23
Winarso 2005 yang menyatakan bahwa, tanah-tanah yang mempunyai kadar liatkoloid yang lebih tinggi danatau kadar bahan organik tinggi memiliki KTK
lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kadar liat rendah tanah pasiran dan kadar bahan organik rendah.
Hasil dari analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa semua plot memiliki kandungan sulfur yang rendah, hal ini di duga karena jenis tanah di
kawasan Cagar Alam Tinggi Raja sebagian besar termasuk ke dalam struktur tanah laterit berkapur, sehingga memiliki kandungan sulfur yang rendah. Hal ini
sesuai pernyataan Engelstad 1997, yang menyatakan bahwa tingginya kandungan Ca
2+
pada tanah dapat mengurangi kelarutan SO
4 2-
. Oleh karena itu pada tanah-tanah alkalin dan tanah yang dikapur berlebihan, tanaman sering
mengalami kekurangan sulfur.
B. Total Mikroorganisme Tanah
Parameter yang diamati dalam sifat biologi tanah adalah total mikroorganisme tanah. Hasil perhitungan total mikroorganisme tanah dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil perhitungan total mikroorganisme x10
8
SPKml
Plot Jarak dari bibir kawah ke
plot m Bakteri
Fungi Total Mikroorganisme
1 20
114,22 0,83
115,05 2
24 104,22
0,82 105,04
3 28
103,88 0,50
104,38 4
32 80,61
0,15 80,76
5 36
78,48 0,35
78,83
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah total mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 1 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 1 sejauh 20m
adalah 115,05 x 10
8
SPKml. Jumlah total mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 2 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 2 sejauh 24m adalah
Universitas Sumatera Utara
24
105,04 x 10
8
SPKml. Jumlah total mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 3 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 3 sejauh 28m adalah 104,38 x 10
8
SPKml. Jumlah total mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 4 dengan jarak dari
bibir kawah ke plot 4 sejauh 32m adalah 80,76 x 10
8
SPKml. Jumlah total mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 5 dengan jarak dari bibir kawah ke
plot 5 sejauh 36m adalah 78,83 x 10
8
SPKml. Jumlah total mikroorganisme tanah tertinggi terdapat pada sampel
tanah plot 1 sebesar 115,05 x 10
8
SPKml dengan jarak dari bibir kawah ke plot 1 sejauh 20m, sementara jumlah total mikroorganisme tanah terendah terdapat
pada sampel tanah plot 5 sebesar 78,83 x 10
8
SPKml dengan jarak dari bibir kawah ke plot 5 sejauh 36m. Hal ini terjadi karena semakin jauh jarak plot dengan
bibir kawah, pH tanah semakin basa, sehingga jumlah total mikroorganisme pada tanah tersebut semakin sedikit. Karena mikroorganisme umumnya hidup pada pH
netral hal isi sesuai dengan pernyataan Lay 1994, bahwa mikroorganisme tumbuh dengan baik pada pH sekitar 7. Meskipun begitu, mikroorganisme
juga dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8 dan ada juga yang tumbuh pada pH 2 dan pH 10.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah fungi tidak sebanyak bakteri, hal ini terjadi karena kebanyakan spesies fungi lebih toleran dengan pH masam. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah 2009 yang menyatakan bahwa jumlah fungi tidak sebanyak bakteri dan aktinomisetes tetapi ukurannya lebih besar.
Kebanyakan spesies fungi lebih toleran terhadap kemasaman dibandingkan bakteri dan aktinomisetes sehingga pada tanah-tanah masam populasi fungi lebih
banyak. Hal ini didukung oleh pernyataan Hastuti dan Ginting 2007 yang
Universitas Sumatera Utara
25
menyatakan bahwa pH tanah juga mempengaruhi jenis dan jumlah mikroorganisme yang ada dalam tanah misalnya bakteri dan aktinomisetes di
tanah biasanya lebih banyak dari pada fungi, sehingga mikroba ini memerlukan suatu medium yang mempunyai pH masam 4 sampai 5 untuk menghambat
pertumbuhan mikroba lain. Pada Tabel 2 dapat di lihat bahwa jumlah total mikroorganisme pada
plot 1 lebih banyak di bandingkan pada plot 2, hal ini terjadi karena ketersediaan bahan organik pada plot 1 lebih banyak jika di bandingkan dengan
ketersediaan bahan organik pada plot 2 karena bahan organik berperan sebagai suplai makananenergi bagi mikroorganisme, hal isi sesuai pernyataan Hanafiah,
dkk 2009 bahwa semakin banyaknya bahan organik sebagai suplai makanan atau energi di dalam tanah menyebabkan semakin meningkatnya pertumbuhan
populasi mikroorganisme yang kemudian akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan
Purwaningsih 2004 yang menyatakan bahwa tingginya jumlah mikroba merupakan pertanda tingginya tingkat kesuburan tanah, karena mikroba berfungsi
sebagai perombak senyawa organik menjadi nutrien yang tersedia bagi tanaman dan di dalam tanah terkandung cukup bahan organik dan senyawa lainnya untuk
pertumbuhan mikroba. Hasil perhitungan total mikroorganisme tanah menunjukkan bahwa jumlah
total bakteri pada tanah tersebut termasuk banyak sedangkan kandungan bahan organik yang terdapat pada tanah tersebut sedikit hal ini diduga karena kelompok
bakteri pada tanah tersebut merupakan kelompok bakteri autotrof dimana kelompok bakteri ini memperoleh persediaan karbon dari sinar matahari. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
26
sesuai pernyataan Yuliprianto 2010 yang menyatakan bahwa, kelompok autotrof memperoleh persediaan karbon dari sinar matahari. Pada bentuk heterotrof,
menggunakan bahan organik untuk memenuhi kebutuhan energi dan karbon. Hasil perhitungan total mikroorganisme menunjukkan bahwa jumlah total
mikroorganisme pada plot 3 lebih tinggi di bandingkan pada plot 4, hal ini terjadi karena kandungan Sulfur pada plot 3 lebih rendah jika di bandingkan dengan
kandungan Sulfur tanah pada plot 4, hal ini terjadi karena kandungan Sulfur di dalam tanah mempengaruhi pH tanah dan secara tidak langsung mempengaruhi
jumlah total mikroorganisme di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Curtin dan Syers 1990 yang menyatakan bahwa, hampir semua Sulfur organik
dalam tanah yang beraerasi baik berada dalam bentuk ion sulfat yang berkombinasi dengan unsur-unsur lain seperti Ca
2-
, Mg
2+
, K
+
, Na
+
, atau NH
4 +
. Peningkatan adsorpsi SO
4 2-
per unit meningkatkan adsorpsi Ca
2+
12 kali lebih besar dalam tanah yang mengandung Fe dan Al hidrooksida dibandingkan dengan
tanah yang didominasi oleh bahan organik. Meningkatnya adsorpsi Ca
2+
dengan kehadiran SO
4 2-
terjadi karena peningkatan muatan negatif yang diakibatkan oleh SO
4 2-
dan meningkatnya pH karena pertukaran SO
4 2-
dengan ion OH. C. Aktivitas Mikrooganisme Tanah
Parameter yang diamati dalam aktivitas mikroorganisme tanah adalah jumlah CO
2
yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah. Jumlah CO
2
yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
27 Tabel 3. Hasil respirasi mikrooganisme tanah kghari
Plot Jarak dari bibir kawah ke plot
m Respirasi Mikroorganisme Tanah
1 20
1,86 2
24 1,64
3 28
1.62 4
32 1,59
5 36
1,41
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah respirasi mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 1 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 1 sejauh 20 m
adalah 1,86kghari. Jumlah respirasi mikroorganisme pada sampel tanah pada plot
2 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 2 sejauh 24 m adalah 1,64kghari.
Jumlah respirasi mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 3 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 3 sejauh 28 m adalah 1,62kghari. Jumlah respirasi
mikroorganisme pada sampel tanah pada plot 4 dengan jarak dari bibir kawah ke
plot 4 sejauh 32 m adalah 1,59kghari. Jumlah respirasi mikroorganisme pada
sampel tanah pada plot 5 dengan jarak dari bibir kawah ke plot 5 sejauh 36 m adalah 1,41kghari.
Respirasi mikroorganisme tanah tertinggi terdapat pada sampel tanah plot 1 sebesar 1,86kghari, sementara respirasi mikroorganisme tanah terendah
terdapat pada sampel tanah plot 5 sebesar 1,41kghari. Hal ini terjadi karena ketersediaan bahan organik pada plot 1 adalah yang tertinggi jika dibandingkan
dengan sampel tanah pada plot 5. Semakin tinggi ketersediaan bahan organik dalam tanah maka jumlah total mikroorganismenya semakin tinggi sehingga akan
berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang ada didalam tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah, dkk 2009 bahwa aktivitas
mikroorganisme yang tinggi berhubungan dengan banyaknya populasi mikroorganisme dan bahan organik sebagai sumber energi mikroorganisme untuk
melakukan aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
28
Respirasi mikroorganisme tanah pada plot 2 lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah respirasi mikroorganisme tanah pada plot 3. Hal ini terjadi karena
kapasitas tukar kation pada plot 2 lebih tinggi dibandingkan kapasitas tukar kation pada plot 3 karena kapasitas tukar kation berhubungan dengan tekstur, bahan
organik, dan pH tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan membuat aktivitas mikroorganisme semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hardjowigeno 2007 bahwa, kapasitas tukar kation mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah
tergantung pada tekstur, bahan organik, dan pH tanah. Semakin tinggi nilai kapasitas tukar kation maka tanah akan semakin subur dan membuat aktivitas
mikroorganisme semakin meningkat. Respirasi mikroorganisme tanah berkaitan erat dengan CO
2
yang dihasilkan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Semakin banyak CO
2
yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah maka semakin tinggi pula respirasi
mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumariasih 2003 bahwa respirasi di dalam tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme, produksi CO
2
yang tinggi berarti aktivitas mikoorganisme tanah juga tinggi. Aktivitas mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh daerah rhizosfer, karena
terdapat kumpulan makanan di sekitar akar sehingga dapat merangsang pertumbuhan fungi dan bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulipriyanto
2010, akar mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Pengaruh yang paling kuat adalah daerah rhizosfer, yaitu tanah sekitar permukaan akar di mana kumpulan
makanan dari tanaman merangsang fungi dan bakteri untuk meningkatkan kepadatan populasinya 10 hingga 100 kali dibanding bagian tanah yang lain.
Universitas Sumatera Utara
29
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan