commit to user
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Jamur
Metarhizium anisopliae
a. Klasifikasi dan Morfologi
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Metarhizium
Spesies :
Metarhizium anisopliae
Alexopoulus
et al
., 1996. Morfologi dari Metarhizium
yang telah banyak diketahui yaitu konidiofor tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau lonjong
dengan panjang 6-16 mm, bersel satu, masa spora berwarna hijau zaitun. Metarhizium mempunyai miselium yang bersepta dengan
konidia yang berbentuk lonjong.
Metarhizium anisopliae
bersifat saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuhannya adalah
konidium membengkak
lalu mengeluarkan
tabung-tabung kecambah
appresorium
. Tabung kecambah tersebut memanjang selama 30 jam. Beberapa cabang tersebut membesar ke atas
commit to user
7 membentuk konidiofor yang pendek, bercabang, berdekatan, dan
saling melilit. Konidia terbentuk setelah satu minggu pertumbuhan, mula-mula berwarna putih kemudian berangsur menjadi hijau
apabila telah masak. Pembentukan konidia terdiri dari kuncup dan tunas yang memanjang pada kedua sisi konidiofor tersebut.
Umumnya sebuah rantai konidia bersatu membentuk sebuah kerak dalam media Benjamin
et al
., 2002 ; Ladslaus
et al
., 2009. b.
Kandungan
Metarhizium anisopliae Metarizhium anisopliae
mampu menghasilkan sejenis cairan khusus yang disebut dengan
microsclerotia
yang dapat merusak sistem sirkulasi tubuh serangga Widiyanti dan Muyadihardja,
2004.
Metarhizium anisopliae
memiliki aktifitas larvasida karena menghasilkan
cyclopeptida
,
destruxin A, B, C, D, E
dan
desmethyldestruxin
.
Destruxin
telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru. Efek
destruxin
berpengaruh pada organela sel target mitokondria, retikulum endoplasma dan
membran nukleus, menyebabkan paralisis sel dan kelainan fungsi lambung tengah, tubulus malphigi, hemosit dan jaringan otot
Widiyanti dan Muyadihardja, 2004; Luz
et al
., 2008; Kurtt dan Keyhani, 2008.
commit to user
8 c.
Mekanisme Kerja
Metarhizium anisopliae
pada Serangga
Metarhizium anisopliae
dapat berpenetrasi pada jaringan atau kutikula serangga yang terserang Brooks dan Wall, 2005.
Mekanisme penetrasi
Metarhizium anisopliae
pada kutikula serangga
melalui beberapa tahap sebagai berikut, 1
Tahap pertama yaitu kontak antara konidia jamur dengan tubuh serangga.
2 Tahap kedua adalah proses penempelan dan perkecambahan
konidia jamur pada integumen serangga. 3
Tahap ketiga yaitu penetrasi dan invasi. Jamur dapat membentuk tabung kecambah
appresorium
dalam proses penetrasi integumen. Titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh
konfigurasi morfologi integumen. Penembusan dilakukan secara kimiawi dengan toksin yang dikeluarkan jamur ini.
4 Tahap keempat yaitu destruksi pada titik penetrasi dan
terbentuknya blastospora yang kemudian beredar ke dalam hemolimfe dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang
jaringan lainnya. Garcia
et al
., 2005; Scholte
et al
., 2006; Thomas dan Read, 2007; Kurtt dan Keyhani, 2008.
commit to user
9 d.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
dan Perkembangan
Metarhizium anisopliae
1 Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur Metarhizium terutama untuk pertumbuhan dan
perkecambahan konidia serta patogenesitasnya. Batasan suhu untuk pertumbuhan jamur antara 5-35
o
C, pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 25-30
o
C Ouedraogo
et al
., 2004. Konidia akan tumbuh dengan baik dan maksimum pada kelembaban 80-
92 persen Soundarapandian dan Chandra, 2007. 2
Sinar Matahari Perkembangan konidia jamur
Metarhizium anisopliae
dapat terhambat apabila terkena sinar matahari secara langsung. Gelombang ultraviolet B merusak membran nukleus dan
mendenaturasi protein pada
Metarhizium anisopliae
. Konidia tidak akan mampu berkecambah apabila terkena sinar matahari
langsung selama satu minggu, sedangkan konidia yang terlindung dari sinar matahari mempunyai viabilitas yang tinggi
meskipun disimpan lebih dari tiga minggu. Pada suhu 8
o
C konidia yang disimpan pada kondisi gelap selama 3-5 hari
masih mampu berkecambah 90, sedangkan pada keadaan terang hanya 50 Farenhorst
et al
., 2008; Mustafa dan Kaur, 2009.
commit to user
10 3
pH Dalam beberapa penelitian pH media berpengaruh tehadap
pertumbuhan jamur Metarhizium. Tingkat pH yang sesuai berkisar antara 3,3-8,5. Pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7
Soundarapandian dan Chandra, 2007. e.
Kebutuhan Nutrisi Jamur
Metarhizium anisopliae
Sumber nutrisi dapat berpengaruh pada pertumbuhan jamur entomopatogen. Media jamur harus mengandung cukup substansi
organik sebagai sumber C, sumber N, dan ion anorganik bagi pertumbuhan jamur.
Metarhizium anisopliae
juga memerlukan karbohidrat sebagai sumber karbon dalam pertumbuhannya
Nugroho, 2007. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan karbohidrat tinggi mendorong pertumbuhan vegetatif
jamur Ghanbary
et al
., 2009. Pembentukan konidia jamur dipengaruhi oleh kandungan
protein dalam media. Protein diperlukan untuk pembentukan organela yang berperan dalam pembentukan apikal hifa dan
sintesis enzim. Enzim yang disintesis akan berperan dalam aktivitas perkecambahan Nugroho, 2007.
Jamur entomopatogen membutuhkan oksigen, air, dan sumber organik karbon. Jamur ini juga memerlukan sumber nitrogen
organik maupun anorganik dan mineral sebagai pemacu pertumbuhan. Sumber karbon yang biasa digunakan sebagai media
commit to user
11 adalah dekstrosa namun dapat diganti dengan polisakarida seperti
tajin atau lipid. Nitrogen dapat disediakan dalam bentuk nitrat, amonia atau bahan organik seperti asam amino atau protein.
Makronutrisi penting yang lain adalah fosfor dalam bentuk fosfat, potasium, magnesium, dan sulfur. Mikronutrisi penting yang
dibutuhkan oleh kebanyakan jamur entomopatogen adalah kalsium, besi, tembaga, mangan, molibdenum, seng, dan vitamin B
komplek, khususnya biotin dan tiamin. Semua mikronutrisi ini biasanya terdapat dalam bahan mentah, akan tetapi dapat dipenuhi
dalam bentuk protein hidrolisat Nugroho, 2007.
Metarhizium anisopliae
dapat tumbuh pada berbagai media antara lain
Sabouraud Dextrosa Agar
SDA, media gandum, media beras, media jagung dan media
Potato Dextrosa Agar
PDA Costa
et al
., 2002; Liu
et al
., 2003. Media yang paling baik dalam pembiakan jamur
Metarhizium anisopliae
adalah media
Potato Dextrosa Agar
PDA karena menghasilkan konidiospora paling banyak, tidak merusak virulensi, patogenitas serta
toksisitasnya Munif, 1997; Widiyanti dan Muyadihardja, 2004.
commit to user
12 2.
Nyamuk
Anopheles aconitus
a. Klasifikasi Gandahusada
et al
., 2000 Filum
: Arthropoda Kelas
: Insecta Ordo
: Diptera Famili
: Culicidae Tribus
: Anophelini Genus
: Anopheles Spesies
:
Anopheles aconitus
b. Siklus Hidup Nyamuk
Anopheles aconitus
Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna dalam bentuk siklus hidup berupa telur,
larva beberapa instarstadium, pupa, dan dewasa Sembel, 2009. Siklus hidup nyamuk mempunyai empat stadium dengan tiga
stadium berkembang di dalam air dan satu stadium hidup di alam bebas Nurmaini, 2003.
Perkembangan telur nyamuk bergantung pada temperatur dan kelembapan Nurmaini, 2003. Nyamuk
Anopheles aconitus
akan meletakkan telurnya di permukaan air satu per satu atau
bergerombol tetapi saling lepas Nurmaini, 2003; Sembel, 2009. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam
bentuk dorman. Apabila air cukup tersedia, telur-telur itu menetas 2-3 hari sesudah diletakkan Sembel, 2009.
commit to user
13 Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik.
Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva Anopheles
menggantungkan tubuhnya secara horizontal atau sejajar dngan permukaan air
Sembel, 2009. Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh temperatur, nutrien, dan ada tidaknya predator Nurmaini, 2003. Larva
biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah sekitar 7 hari Sembel, 2009.
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pembentukan pupa. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan,
tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air.
Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau tiga hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta
terbang Nurmaini, 2003; Sembel, 2009. Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di
atas air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya. Sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa
mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Anopheles hinggap agak tegak lurus dengan permukaan Sembel, 2009.
c. Tempat Perindukan
Pada umumnya, nyamuk memerlukan tiga macam tempat dalam proses perkembangan, yaitu tempat berkembang biak
commit to user
14
breeding places
, tempat mendapat umpan
feeding places
, dan tempat istirahat
resting places
. Tempat perindukan nyamuk
Anopheles aconitus
adalah tempat yang tertutup oleh tanaman air. Densitas
Anopheles aconitus
rendah pada permukaan air yang bersih Nurmaini, 2003.
Anopheles aconitus
menyukai air tenang atau sedikit mengalir seperti sawah untuk berkembang biak
Nurmaini, 2003. Nyamuk Anopheles juga dapat berkembang biak dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air payau, maupun air-
air yang tergenang di pinggiran laut Sembel, 2009. d.
Perilaku Nyamuk
Anopheles aconitus
Nyamuk Anopheles ada yang senang hidup di dalam rumah dan ada yang aktif di luar rumah. Nyamuk ini ada yang aktif
terbang pada waktu pagi, siang, sore, maupun malam Sembel, 2009. Nyamuk
Anopheles aconitus
aktif mengigit pada malam hari Nurmaini, 2003. Nyamuk akan beristirahat selama 2-3 hari
setelah mengigit manusia atau binatang Nurmaini, 2003.
commit to user
15
B. Kerangka Pemikiran