commit to user
19
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Yang menjadi variabel bebas adalah suspensi jamur
Metarhizium anisopliae.
2. Variabel terikat
Yang menjadi variabel terikat adalah mortalitas larva nyamuk
Anopheles aconitus.
3. Variabel luar terkendali:
a. Umur larva
b. Kepadatan larva
c. Makanan
4. Variabel luar tidak terkendali:
a. Suhu ruangan
b. Kelembaban ruangan
c. Kualitas air
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas: Suspensi Jamur
Metarhizium anisopliae
Suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
adalah spora jamur
Metarhizium anisopliae
yang telah dipanen dari media, kemudian dilarutkan dalam akuades steril dengan pengenceran 10
-1
Scholte
et al.
, 2003. Suspensi
Metarhizium anisopliae
dibuat perlakuan pada 7 kelompok dengan 20 larva pada 100 ml air tiap perlakuan. Jumlah spora yang digunakan
commit to user
20 adalah 4,26x10
7
sporaml; 7,1x10
7
sporaml; 9,94x10
7
sporaml; 1,42x10
8
sporaml; 2,13x10
8
sporaml; 4,26x10
8
sporaml; dan 8,8x10
8
sporaml. 2.
Variabel Terikat: Mortalitas Larva
Anopheles aconitus
Mortalitas larva nyamuk
Anopheles aconitus
adalah jumlah kematian larva nyamuk
Anopheles aconitus
yang dihitung dalam setiap kelompok uji dengan memberi rangsangan gerakan air atau saat disentuh dengan
lidi. Larva dianggap sudah mati saat sudah tidak aktif bergerak saat diberi rangsangan gerakan air atau disentuh dengan lidi.
3. Variabel Luar Terkendali
a. Umur Larva
Umur larva nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada daya tahan nyamuk terhadap pajanan insektisida nabati. Larva
nyamuk yang digunakan pada penelitian ini adalah stadium III Wakhyulianto, 2005.
b. Kepadatan Larva
Kepadatan larva adalah jumlah larva dalam satuan volume air tiap kelompok uji, sebesar 20 larva tiap 100 ml air Komisi Pestisida,
1995. c.
Makanan Larva Makanan larva adalah daging bakar yang digiling menjadi bubuk.
commit to user
21 4.
Variabel Luar Tidak Terkendali
a. Suhu Ruangan
Suhu ruangan adalah suhu pada ruangan yang dipakai sebagai tempat penelitian.
b. Kelembaban Ruangan
Kelembaban ruangan adalah kelembaban pada ruangan yang dipakai sebagai tempat penelitian.
c. Kualitas Air
Kualitas air adalah air yang digunakan sebagai media larva dengan
tempat pengambilan yang sama, suhu dan pH yang sama.
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
a. Mangkok plastik untuk tempat media percobaan.
b. Pipet larva untuk mengambil larva.
c. Pipet volume untuk mengambil bahan cair dengan volume yang
diinginkan. d.
Petridish
untuk pembuatan
Potato Dextrose Agar.
e.
Oshe
jarum untuk pembiakan jamur. f.
Incaselaminar flow
untuk pembiakan jamur. g.
Otoklaf sebagai alat untuk mensterilkan media pertumbuhan jamur. h.
Inkubator untuk menginkubasi suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
.
commit to user
22 i.
Haemacytometer
untuk menghitung jumlah spora. j.
Letter L
untuk memanen spora dalam
petridish
.
2. Bahan Penelitian
a. Larva nyamuk
Anopheles aconitus
stadium III b.
Makanan larva nyamuk
Anopheles aconitus
c. Air sebagai tempat perindukan larva.
d. Isolat murni
Metarhizium anisopliae.
e. Akuades steril
f. Kentang 200 gram untuk pembuatan
Potato Dextrose Agar.
g. Dekstrosa 10 gram untuk pembuatan
Potato Dextrose Agar.
h. Agar-agar 20 gram untuk pembuatan
Potato Dextrose Agar.
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan media
Potato Dextrose Agar
Munif, 1997 1
Kentang dikupas, dicuci, dan dipotong kecil-kecil kemudian direbus selama satu jam sampai mendidih dengan menjaga
volume tetap pada 1000 ml. 2
Hasil rebusan disaring sehingga memperoleh filtrat. 3
Dekstrosa dimasukkan ke dalam filtrat dan diaduk sampai homogen.
4 Hasil campuran dekstrosa dan filtrat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi steril dengan volume 10 ml.
commit to user
23 5
Disterilisasikan dengan otoklaf selama 20 menit pada temperatur 120ÂșC atau tekanan 1 kgcm
2
. b.
Pembiakan
Metarhizium anisopliae
pada
Potato Dextrose Agar
1 Media
Potato Dextrose Agar
miring dalam tabung reaksi dituangkan pada
petridish
, kemudian ditunggu sampai membeku. 2
Oshe jarum dipijarkan pada lampu spirtus, kemudian secara aseptik diambil cuplikan koloni jamur dari isolat murni.
3 Inokulasi pada
Potato Dextrose Agar
dilakukan dengan cara meletakkan cuplikan koloni jamur pada permukaan media.
4 Inkubasi selama 4 minggu pada suhu laboratorium.
2. Tahap Pengecekan
Metarhizium anisopliae
a. Untuk memastikan bahwa jamur
Metarhizium anisopliae
tidak terkontaminasi dengan jamur lain, maka dilakukan pengecekan.
b. Pengecekan dilakukan dengan pembuatan preparat
Metarhizium anispoliae
pada
object glass
kemudian diamati di bawah mikroskop. c.
Gambar spora yang tampak dicocokkan dengan sumber referensi. 3.
Tahap Pemanenan Jamur
Metarhizium anisopliae
Widiyanti dan Muyadihardja, 2004
a. Sepuluh ml akuades dimasukkan ke dalam
petridish
yang berisi koloni jamur, kemudian dipanen dengan cara menggores permukaan
media dengan
letter L
sampai seluruh spora diambil. b.
Suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
dari
petridish
dituang ke dalam tabung reaksi, kemudian digojok sampai homogen.
commit to user
24 c.
Dari 10 ml suspensi tersebut, diambil 1 ml untuk membuat suspensi dengan tingkat pengenceran 10
-1
. Pada suspensi tingkat pengenceran 10
-1
ini dilakukan penghitungan jumlah spora dengan menggunakan
haemacytometer
. 4.
Tahap Uji Pendahuluan a.
Suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
dibuat dalam berbagai kelompok. Berdasarkan penelitian Widiyanti 2004, maka dibuat 8
perlakuan dengan jumlah spora masing-masing 4,26x10
7
sporaml; 7,1x10
7
sporaml; 9,94x10
7
sporaml; 1,3x10
8
sporaml; 1,5x10
8
sporaml; 2x10
8
sporaml; 2,3x10
8
sporaml; dan 2,7x10
8
sporaml. b.
Larva nyamuk
Anopheles aconitus
sebanyak 20 ekor pada setiap kelompok dan kontrol.
c. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati
dalam 7 hari. d.
Konsentrasi suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
yang dapat mematikan larva digunakan sebagai acuan penelitian.
5. Tahap Penelitian
a. Suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
dibuat perlakuan pada 7 kelompok dengan 20 larva pada 100 ml air tiap perlakuan. Jumlah
sporaml pada tiap suspensi disesuaikan dengan hasil uji pendahuluan. Jumlah spora yang digunakan adalah 4,26x10
7
sporaml; 7,1x10
7
sporaml; 9,94x10
7
sporaml; 1,42x10
8
sporaml; 2,13x10
8
sporaml; 4,26x10
8
sporaml; dan 8,8x10
8
sporaml.
commit to user
25 n-1 t-1 15
b. Perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif.
c. Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali ulangan Munif, 1997.
Penentuan jumlah ulangan berdasarkan rumus
Keterangan: n : jumlah ulangan
t : jumlah kelompok perlakuan Karena pada kelompok ini menggunakan 7 kelompok perlakuan,
maka: n-1 t-1
15 n-1 7-1
15 6n
15 n
3,5 jadi untuk setiap kelompok, jumlah ulangan harus lebih dari 3,5.
Dalam penelitian ini digunakan 4 kali ulangan dalam setiap kelompok Cavalcanti
et al
., 2004. d.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati dalam 7 hari Cavalcanti
et al
., 2004.
commit to user
26
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan beberapa uji yaitu uji regresi linier dan analisis Probit Cavalcanti
et al
., 2004. 1.
Uji Regresi Linier Uji regresi linier untuk mengetahui perbedaan jumlah kematian rata-rata
larva nyamuk
Anopheles aconitus
pada berbagai tingkat konsentrasi suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
. 2.
Analisis Probit Untuk mengukur toksisitas jamur
Metarhizium anisopliae
terhadap larva nyamuk
Anopheles aconitus
pada kelompok perlakuan, maka dihitung nilai LC 50 dan LC 90 dengan analisis probit.
commit to user
27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Uji Pendahuluan
1. Hasil Penelitian
Uji pendahuluan yang dilakukan sebelum penelitian diperoleh hasil penghitungan jumlah rata-rata spora suspensi jamur
Metarhizium anisopliae
pada tingkat pengenceran 10
-1
sebanyak 1,42x10
7
sporaml.
Tabel 1. Jumlah Larva
Anopheles aconitus
yang Mati Setelah Mendapat Perlakuan Suspensi Jamur
Metarhizium anisopliae
Sumber data: Primer, November 2010 Keterangan: pemberian volume suspensi jamur Metarhizium anisopliae didasarkan pada
penelitian Widiyanti dan Muyadihardja 2004.
Volume suspensi jamur
yang diberikan
Jumlah rata-rata
sporaml Total
Jumlah larva
Jumlah larva yang
mati Prosentase
kematian larva
3 ml 4,26x10
7
20 7
35 5 ml
7,1x10
7
20 5
25 7 ml
9,94x10
7
20 6
30 9,2 ml
1,3x10
8
20 12
60 10,6 ml
1,5x10
8
20 12
60 14,1 ml
2x10
8
20 10
50 16,2 ml
2,3x10
8
20 16
80 19 ml
2,7x10
8
20 10
50 0 ml kontrol
- -