istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan jasa danatau barang yang dipakai tidak
serta merta hasil dari transaksi jual beli.
21
c jasa danatau barang, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi
yang disediakan bagi masyarakat untuk dianfaatkan oleh konsumen, sementara itu UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan,
dpakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan
oleh konsumen,
22
d yang tersedia dalam masyarakat, jasa danatau barang yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran,
merujuk pada pasal 9 ayat 1 huruf e UUPK,
23
e bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup, transaksi konsumen
ditunjukkan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga,orang lain, dan makhluk hidup lainnya. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba
untuk memperluas untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi jasa danatau barang itu diperuntukkan bagi orang lain di luar diri sendiri dan keluarga,
bahkan untuk makhluk hidup lainnya,
24
f jasa danatau barang itu tidak untuk diperdagangkan, pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas,
yakni hanya konsumen akhir.
25
21
Ibid, hlm.27.
22
Ibid, hlm.29.
23
Ibid
24
Ibid, hlm.30.
25
Ibid.
4. Syarat-Syarat Sebagai Pengangkut
Demi terciptanya tertib administrasi dan tertib hukum dalam penyelenggaraan
pengangkutan, pemerintah
melalui kementrian
perhubungan selaku otoritas yang memiliki kewenangan penuh dalam bidang penyelenggaraan pengangkutan di Indonesia menetapkan regulasi
bagi barang siapa yang bertindak sebagai pengangkut agar dianggap dalam menjalankan peranannya tersebut.
Penyelenggaraan pengangkutan oleh pengangkut dianggap telah sah dan layak setelah memenuhi persyaratan, yaitu memiliki ijin usaha
angkutan, mengasuransikan orang danatau barang yang diangkut serta layak pakai bagi kendaraan yang dioperasikannya.
Khusus dalam syarat “memiliki izin usaha angkutan” sebagaimana dimaksud diatas, Menteri Perhubungan Republik Indonesia melalui
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum
selanjutnya disingkat KM No.35 Tahun 2003. Pasal 36 KM No.35 Tahun 2003 jo pasal 20 Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1993 ditegaskan “untuk memperoleh izin usaha angkutan, wajib memenuhi persyaratan”.
a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP;
b. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk
badan usaha, akte pendirian koperasi bagi pemohon yang berbentuk koperasi, tanda jati diri bagi pemohon perorangan;
c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;
d. Memiliki surat izin tempat usaha SITU;
e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 lima
kendaraan bermotor untuk pemohon yang berdomisili di pulau Jawa, Sumatera dan Bali;
f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan
kendaraan. Pengangkut yang tidak memiliki perusahaan pengangkutan, tetapi
menyelenggarakan pengangkutan,
hanya menjalankan
pekerjaan pengangkutan. Pengangkut yang menjalankan pekerjaan pengangkutan
hanya terdapat pada pengangkutan darat melalui jalan raya.Ia tidak diwajibkan mendaftarkan usahanya dalam daftar perusahaan, tetapi harus
memperoleh izin operasi izin trayek.
26
Dilihat dari makna yang dimaksudkan di atas upaya pengangkut atau pihak penyelenggara pengangkutan mampu untuk melancarkan
pengangkutan umum dengan teratur dan aman bagi penumpang danatau barang angkutan.
5. Sumber Hukum Pengangkutan
a. Umum
Buku III KUHPerdata tentang Perikatan b.
Khusus 1
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD
26
Morlok, E. K, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta.