107 lisan kepada dosen mata kuliah Dasar Rias menyatakan bahwa pembelajaran
Dasar Rias membutuhkan modul pembelajaran berbasis metakognisi untuk menunjang proses pembelajaran saat dalam ruang kelas maupun di luar
ruangan kelas untuk memaksimallkan pemahaman mahasiswa mengenai materi koreksi wajah.
3. Hasil validasi ahli materi pembelajaran menunjukkan bahwa kualitas materi
pembelajaran secara umum dinyatakan “Sangat Baik”
4. Hasil validasi ahli desain pembelajaran menunjukkan bahwa kualitas desain
pembelajaran, kualitas desain susunan materi, kualitas sumber belajar, secara umum dinyatakan “Sangat Baik”
5. Penilaian yang dilakukan 2 orang validasi ahli media terhadap kualitas
teknistampilan berada pada kriteria “Sangat Baik”.
6. Tanggapan tiga orang mahasiswa pada uji coba perorangan di Jurusan PKK
terhadap modul pembelajaran dari aspek kualitas materi pembelajaran dan secar
a keseluruhan dinyatakan dalam kriteria “Sangat Baik”. 7.
Penilaian 9 orang mahasiswa pada aspek kualitas materi pelajaran untuk uji coba kelompok kecil di Jurusan PKK, Universitas Negeri Medan
menunjukkan bahwa secara keseluruhan berada dalam kriteria “Sangat Baik”
8. Penilaian dari 32 orang mahasiswa pada aspek kualitas materi pelajaran untuk
uji coba lapangan di Jurusan PKK, Universitas Negeri Medan menunjukkan bahwa secara keseluruhan berada
dalam kriteria “Sangat Baik” 9.
Ahli materi menilai modul pembelajaran ini berdasarkan lima aspek yaitu kesesuaian materi pembelajaran, keakuratan materi
pembelajaran, Materi pendukung pembelajaran , Teknik penyajian dan Kelengkapan penyajian
108 pembelajaran yang menunjukkan persentase rata-rata penilaian masing-masing
91,73 pada aspek kualitas materi kesesuaian materi pembelajaran, 93,33 pada aspek keakuratan materi pembelajaran, dan 92,00 pada aspek materi
pendukung pembelajaran , 93,33 pada aspek Teknik penyajian dan 86.66 pada aspek kelengkapan penyajian termasuk kategori sangat baik secara
keseluruhan, yang berarti modul pembelajaran dasar rias
berbasis metakognisi dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran.
10. Penilaian ahli desain pembelajaran terhadap aspek kualiatas desain
pembelajaran menunjukkan persentase rata-rata 86,60 termasuk kategori “Sangat Baik” yang berarti penampilan fisik modul pembelajaran dasar rias
berbasis metakognisi mata berfungsi dengan baik untuk peningkatan motivasi belajar mahasiswa dan disajikan dengan desain semenarik mungkin sehingga
memotivasi mahasiswa untuk belajar. Hal ini berarti media metakognisi yang telah dikembangkan memiliki tampilan yang menarik sehingga mampu
menimbulkan rasa
ketertarikan mahasiswa
untuk melakukan
pembelajaran. 11.
Penilaian ahli media terhadap aspek teknis tampilan sampul menunjukkan persentase rata-rata 89.66
termasuk kategori “Sangat Baik” yang berarti tampilan pada modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi berfungsi
dengan baik bagi mahasiswa dalam memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Penilaian
ahli media
pembelajaran terhadap aspek desain kulit modul menunjukkan skor rata-rata 93,3
3 termasuk kategori “Sangat Baik”, yang berarti cover modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi dapat memberikan motivasi dan
109 mampu menciptakan kondisi yang mampu memfasilitasi proses pembelajaran
bagi mahasiswa. 12.
Nilai rata-rata yang diperoleh saat melakukan uji coba perorangan kepada 3 orang mahasiswa di peroleh skor rata-rata sebesar 98.3
”. Berdasarkan hasil penilaian pada modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi pada uji
coba perorangan tidak terdapat saran perbaikan. 13.
Nilai rata-rata yang diperoleh saat melakukan uji coba kelompok kecil
kepada 9 orang mahasiswa di peroleh skor rata-rata sebesar 94.17 ”.
Berdasarkan hasil penilaian pada modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi pada uji coba perorangan tidak terdapat saran perbaikan.
14. Nilai rata-rata yang diperoleh saat melakukan uji coba lapangan kepada 32
orang mahasiswa di peroleh skor rata-rata sebesar 92.00 ”. Hasil penilaian
terhadap modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi pada uji coba lapangan pada 32 orang mahasiswa Jurusan PKK, Universitas Negeri Medan
menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan
sangat baiklayak
digunakan
110
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan temuan pada penelitian pengembangan modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi yang telah dilakukan, terlihat bahwa
secara umum modul yang dikembangkan berada pada criteria yang layak untuk digunakan dan memiliki implikasi yang tinggi dibandingkan dengan metode
ceramah yang selama ini digunakan .Adapun implikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisiakan memberikan
sumbangan praktis terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran bagi dosen di mana modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi ini
memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan pembelajaran sehingga berdampak pada efektifitas proses pembelajaran dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan demikian modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi dosen dalam
penyampaian materi koreksi wajah dan bidang materi tata rias lainnya dengan pertimbangan di mana mahasiswa memiliki ketertarikan dalam proses
pembelajaran akan meningkatkan hasil belajarnya pula, 2.
Penerapan modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi memerlukan kesiapan mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan bahan ajar
secara mandiri sehingga siswa akan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal, bila menerapkan modul pembelajaran dasar rias berbasis
metakognisisecara maksimal pula, 3.
Dengan menggunakan modul pembelajaran dasar rias berbasis metakognisi mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kreatifitasnya sebagai
111 usaha mendalami pada materi koreksi wajah yang diberikan. Pada saat
mahasiswa mengalami masalah dalam pendalaman materi, mahasiswa dapat menggali informasi dari dosen pengampu mata kuliah di kelas sehingga
mahasiswa dapat belajar dengan lebih efektif.
C. Saran
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada simpulan serta implikasi hasil penelitian, berikut ini diajukan beberapa saran, yaitu:
1. Mengingat selama ini proses pembelajaran masih menggunakan bahan ajar
diktat saja maka disarankan agar dapat menambahkan bahan ajar berupa modul pembelajaran ini sebagai salah satu bahan ajar pembelajaran yang
digunakan untuk proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, menarik, dan tidak membosankan.
2. Kepada dosen agar kiranya memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
dapat belajar dengan menggunakan modul, karena peserta didik dapat belajar mandiri dengan menggunakan modul serta dapat menjawab soal tes secara
mandiri juga 3.
Dengan alasan keterbatasan waktu dan dana peneliti, sehingga masih banyak beberapa pengaruh-pengaruh yang belum terkontrol, maka masih perlu
kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih banyak dan luas.
112
DAFTAR PUSTAKA
Andiyanto dan Ayu Isni Karim 2003 The Make Over Rahasia Rias Wajah Sempurna, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Apsari, 1997. Tata Rias Dasar, Malang: IKIP Malang Depdikbud, 1999. Kurikulum SMK 1999 , Jakarta
Andi prastomo . 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : Diva Press
Bukit Masriam 2014. Strategi Dan Inovasi Pendidikan Kejuruan Dari Kompetensi Ke Kompetensi. Bandung : Alfabeta
Collins, N.D 1994 Metacognition and Reading to Learn . New York : ERIC Clearinghouse on information research Syracusa. NY
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers Allin and Bacon, Inc. Boston
Desoete. A. L. 1998. Off-Line Metakognition In Children With Mathematics Learning Disabilities. Faculteit Psychologies en Pedagogische Wettenschappen.
Universiteit-Gent. Available. Dharma, Surya. 2008. Penulisan Modul. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan,
Dirjen PMPTK Depdiknas. 2008 Teknik Penyusunan Modul . Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah , Departemen Pendidikan Nasional http:lpmjogja.diknas.go.idmaterifsb2011-pembekalan pengawas, diunduh pada
tanggal 5 Februari 2016 Dick, W. Carey, L. 1996. The Systematics Design Of Instruction. New York : Longman
Flavell, J. 1979. Metacognition and Cognitive Monitoring: A new Area of Cognitive Developmental Inquiry. American Psychologist, 34:906-911
Gagne, Robert M. 1998. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk for Pengajaran Essential of Learning F. Terjemahan oleh Hanafi Manan. Surabaya:Usaha Nasional
113 Gok, T. 2010. The General Assessment. Of Problem Solving Proscesses and
Metacognition in Physics Education. Eurasian Journal Of Physics and Chemistry Education 22:110-122, 2010
Herni Kusantati Dkk. 2006.Tata Kecantikan Kulit Jilid 1.Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional
Herni Kusantati Dkk. 2007. Tata Kecantikan Kulit Jilid 2 Jakarta : Depdiknas Herni Kusantati Dkk. 2008. Tata Kecantikan Kulit Jilid 3 Jakarta : Depdiknas
Isnaini Muhammad 2015 Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis
Metakognisi Di Kelas XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGAL. Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Miarso Yusufhadi 2013. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kecana Prenadamedia
Mulbar, Usman. 2008. Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. FMIPA. UNM Makasar
Mulyani Sumantri Johar Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdiknas
Nurul anifah 2011. Pengembangan Modul Pembelajaran Untuk Pencapaian Kompetensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Program Keahlian Tata Busana Di
SMK N 4 Surakarta. FT UNY Nasution, S. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Oemar Hamalik. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Jakarta : Bumi Aksara Oemar Hamalik.2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Pintrich, P. R. 2002. The Role of Metakognitive Knowledge In Learning, Teaching, Assesssin,Theory into Practice. VOL 414, 219-225
Program Studi Tata Rias 2009 Perawatan Muka dan Make – Up, Jakarta,
FPTK IKIP Jakarta. Rachmi Primadiati. 2001. Kecantikan, Kosmetika Estetika. Jakarta : PT