Implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh: Yuda Setiadi 1110011000082

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

NIM. 1110011000082, Jumsan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IJniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaclasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas'

lakarta,2 Januari 2015

Yang mengesahkan, Pembimbing

NIP : 19 47 09 0219 67 L2l00L

I L


(3)

pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 19 Januari 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam'

Jakarta,27 Januai2015 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Jurusan/Program Studi

Dr. H. Abdul Majid Khon. M' Ag

NIP:19580707 1983 1 005 Sekretaris JurusaniProdi Hj. Marhamah Saleh" Lc. MA NIP: 19720313 200801 2 010

Penguji

I

Dr. Sapiudin Shidik. MA

NIP: 196790206 1995032001

Penguji

II

Dra. ZtkrrNeni Iska. M.Psi

Tanggal

NIP: 19690206 199503 2 001

'o/,-*t

M

a Tangan

Mengetahui:


(4)

Nama

NIM

Jurusan Angkatan

Alamat

Yuda Setiadi

1 1 1001 1000082

Pendidikan Agama Islam 2010

Jl.

Kebon Manggis

II

RT/RW:005/02

NO:

12

I{EL

Kebon

Manggis Jakartatimur.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul imptementasi kurikulum 20L3 dalam pendidikan karakter peserta

didik

SMPIT

Nurul

Hikmah Matraman Jakarta Timur

adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama

Pembimbing

: Prof. Dr' Ahmad Syafi'I Noor'MA

NIP :194709A21967121001

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

lakarta, 2 Jaruwi 2015


(5)

SMPIT Nurul Ilikmah Matraman Jakarta Timur" yang disusun oleh: Nama

NIM

Jurusan Fakultas

Yuda Setiadi

1 I 1001 1000082

Pefldidikan Agama Islam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 2 Januari 2015.

lakarta,2lanuan2015 Dosen Pembimbiag

Prof. Dr. Ahmad Syafi'I Noor. MA


(6)

i

Pendidikan karakter kini sedang marak dibicarakan oleh berbagai kalangan, mengingat bahwa kemerosotan moral/akhlak yang melanda negeri kita ini, bahkan di berbagai belahan dunia yang lain, perilaku manusia sudah tampak seperti tidak mempunyai karakter. Agama yang menjadi landasan agar kita berbeda dengan mahluk-mahluk lain ciptaan Allah SWT, kini hanya sebuah hiasan pada kartu tanda penduduk semata, bahkan ajaran-ajarannya mulai ditinggalkan. Lembaga pendidikan yang menjadi sandaran untuk dapat meningkatkan moral dan intelektual kini semakin jauh dari tujuan semula, mulai dari sistem, metode, dan faktor-faktor yang menunjangnya kini banyak yang kurang relevan dan terjangkau bagi masyarakat. Dari pernyataan tersebut maka rumusan masalah yang penulis ambil ialah bagaimana implementasi kurikulum 2013 di SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur, dalam pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum 2013, dan mengetahui nilai-nilai karakter dari implementasi kurikulum 2013. Adapun lebih dari itu, penulis berharap implementasi kurikulum 2013 ini menjadi alternatif pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang bisa diterima dan diterapkan di masyarakat kita secara luas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis metode deskriptif analisis, adapun teknik pengumpulan datanya selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, digunakan juga dengan cara kuesioner, dengan begitu hasil penelitian terlihat jelas dan valid. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah implementasi kurikulum 2013 ini baik dalam pembentukan karakter peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian penulis, hasil penelitian menunjukan proses dari implementasi kurikulum 2013 yang dilakukan secara aktif, komunikatif, serta terjadinya interaksi secara langsung antara guru dengan peserta didik dapat menimbulkan karakter peserta didik menjadi terbentuk, terlebih lagi adanya beberapa faktor yang dominan untuk pembentukan karakter peserta didik, seperti faktor pembelajaran dan lingkungan. Adapun usaha guru-guru untuk mendidik karakter siswa dalam implementasi kurikulum 2013 adalah poin penting. Di SMPIT Nurul Hikmah para guru tidak lagi hanya memperhatikan hasil belajar pada aspek nilai saja akan tetapi sudah memperhatikan perkembangan siswa-siswinya dari kepribadiannya, tutur katanya, dan karakter mereka. Adanya usaha para guru untuk membentuk karakter peserta didiknya saat mereka mengajar di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Hal itu para guru perhatikan agar terbentuknya beberapa karakter seperti jujur, kerjakeras, disiplin, dan masih banyak lagi. Dari data penelitian dengan menggunakan angket pun menunjukan bahwa implementasi kurikulum 2013 cukup baik dalam pendidikan/pembentukan karakter.


(7)

Character education is now emerging discussed by various groups, given that the decadence / morals that hit our country, even in different parts of the world, human behavior has seemed like not having character. Religion which became the foundation that we are different with other beings created by God, now just a decoration on identity cards alone, even his teachings began to be abandoned. Educational institutions into the back to be able to improve the moral and intellectual is increasingly away from its original purpose, ranging from systems, methods, and factors that support it is now much less relevant and affordable for the community. From these statements, the formulation of the problem that the authors take is how the implementation of the curriculum in 2013 in SMPIT Nurul Hikmah Matraman East Jakarta, in forming the character of learners. Therefore, this study aimed to describe the implementation of the curriculum in 2013, and know the character values of 2013. The implementation of the curriculum is more than that, the authors hope that the implementation of the curriculum in 2013 has become an alternative character education in schools that can be accepted and applied in our society extensively.

This study used a qualitative research approach to the type of descriptive analysis method, while the data collection techniques in addition to using the techniques of observation and interviews, used also by way of a questionnaire, the results of the research so obvious and valid. The conclusion from this study is the implementation of the curriculum 2013 both in shaping the character of learners. This can be seen from the results of the study authors, the results show the process of implementation of the curriculum in 2013 which was active, communicative, and direct interaction between teachers and learners can cause students to be formed character, moreover, the presence of some of the dominant factors for character formation of students, such as learning and environmental factors. The efforts of teachers to educate students in the character of the curriculum implementation in 2013 is an important point. In SMPIT Nurul Hikmah the teachers are no longer just pay attention to the results of study on the value aspect alone but has been observing the development of its students from his personality, he said, and their characters. Any attempt to shape the character of teachers as they teach their students in the classroom and in the school environment. It was the teachers noticed that the formation of several characters such as honest, kerjakeras, discipline, and much more. From the research data by using questionnaires also showed that the implementation of the curriculum in 2013 quite well in the education / formation of character.


(8)

ii

Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Segala nikmat dan karunia-Nya yang selalu mengalir merupakan suatu anugrah yang terindah dalam kehidupan ini. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran atas segala urusan kita di dunia ini, termasuk dalam penulisan skripsi ini yang merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

Allahumma Shalli „ala Sayyidina Muhammad, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Kekasih Allah SWT, yang telah menunjukan kita ke jalan yang diridhai-Nya, jalan yang penuh dengan kemuliaan, dimana kita telah diberi petunjuk sehingga menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter. Karakter atau akhlak adalah sesuatu yang membuat kita berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Nabi Muhammad SAW dipuji oleh Allah SWT bukan karena kepintarannya, keberaniaannya, atau kegigihannya memperjuangkan Islam, tetapi karena karakter/akhlak beliau yang sangat terpuji, dan patut dijadikan suri tauladan bagi kita semuanya. Oleh karena itu, karakter/akhlak menjadi suatu pencapaian tertinggi di dalam Islam, apabila seseorang sudah berakhlak dengan benar maka sudah dianggap menjadi insan mulia yang pada tingkatannya menempati maqam Ihsan, dari ketiga maqam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam skripsi ini, yang

berjudul “implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik di SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur”, akan menerangkan bahwa implementasi kurikulum 2013 yang baik dari guru-guru adalah langkah yang sangat penting untuk membuat kepribadian yang berkarakter/berakhlak, khususnya peserta didik di SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur.


(9)

iii

tulisan yang sederhana ini dapat diselesaikan. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terhindarkan dari motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon,

M.Ag.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Hj. Marhamah Saleh, LC.

MA

4. Dosen pembimbing skripsi Bapak Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Noor yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan

saran kepada penulis Bapak Dr. Khalimi M.Ag.

6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam.

7. Kepala sekolah SMPIT Nurul Hikmah Bapak Rusmani Azmi, Lc M.Ag

yang telah membantu segala proses pengumpulan data penulis selama di sekolah.

8. Ibu Hj. Yayah Masturiah, bapak Ahmad Fauzi, bapak Fahrul, ibu Zahra, ibu Dwi Woro Hastuti, ibu Lidya, ibu Nina, ibu Endah, selaku guru-guru di SMPIT Nurul Hikmah yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis, sehingga saya dapat mendapatkan informasi-informasi yang bersangkutan dengan penelitian saya selama itu di sekolah.

9. Seluruh pengurus TPA Baitul Amin yang telah mendukung saya dalam penulisan skripsi ini dengan diberikannya cuti.

10.Bapak Lurah Zainul Arifin yang telah memberi motivasi penulis dan membantu penulis di awal pencarian judul.


(10)

iv

12.Yang teristimewa untuk kedua orang tua saya, bapak Muladi dan ibu Supami, yang selalu memberikan nasehat, perhatian, kasih sayang, dan

do’a-do’anya setelah ibadah shalat mereka.

13.Saudara-saudari saya, bang Ari, mba Ita dan mba Iin yang telah menyemangati saya, membantu saya dari hal-hal administrasi saya seperti memberi uang potocopyan, tes TOEFL, DLL.

14.Keluarga besar Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas B angkatan 2010 yang selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

15.Teman-teman saya, Amin, Ryan, Puji, Mimah, dan Retno yang telah ikhlas mengajari saya yang bawel menanyakan yang ini dan itu dalam penyelesaian skripsi.

16.Ibu Roja, Davy Marciano Rossi dan Vio Marciano Rossi yang telah menyemangati dan mengajarkan saya tentang tes-tes TOEFL setelah bimbel usai.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan pahala dari Allah SWT. semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak. Amin Ya Rabbal „alamin.

Jakarta, 15 Januari 2015


(11)

v

Kata Pengantar ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi Kurikulum 2013 ... 6

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 6

2. Latar Belakang Dan Tujuan Kurikulum 2013 ... 10

3. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 2013... 16

4. Struktur Kurikulum SMP/Mts ... 17

B. Pendidikan Karakter ... 22

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 22

2. Dasar-Dasar Pendidikan Karakter...27

3. Tujuan Pendidikan Karakter... 32

4. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 39

B. Latar Penelitian ... 39

C. Metode Penelitian... 39

D. Populasi Dan Sampel ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42


(12)

vi

BAB VI HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Sekolah... 52

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(13)

vii

Tabel 2.1 Cakupan Penilaian Sikap 13

Tabel 2.2 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-1 Jenjang SMP/Mts 14

Tabel 2.3 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-2 Jenjang SMP/MTs 15

Tabel 2.4 Beban Belajar Di SMP/Mts Untuk Kelas VII, VIII, IX 18

Tabel 2.5 Kompetensi Inti SMP/Mts 21

Tabel 2.6 Domain Budi Pekerti Islami 37

Tabel 3.1 Observasi Penelitian 43

Tabel 3.2 Wawancara peneneliti 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Karakter implementasi kurikulum 2013 47

Tabel 3.4 Ketentuan skor pembentukan karakter melalui implementasi kurikulum 2013 49

Tabel 4.1 Jumlah guru yang mengajar yang memiliki latar belakang pendidikan 54

Tabel 4.2 Hasil Angket 60

Tabel 4.3 Angket Karakter Kejujuran 62

Tabel 4.4 Angket Karakter Kerjakeras 63

Tabel 4.5 Angket Karakter Disiplin 64

Tabel 4.6 Angket Karakter Kerjasama 65

Tabel 4.7 Angket Karakter Tanggungjawab 65


(14)

viii

Lampiran 1

Hasil Observasi

82

Lampiran 2

Angket

84

Lampiran 3

Hasil Angket

88

Lampiran 4

Wawancara

93


(15)

1

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranan di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika moralitas dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah masyarakat. Akibatnya, di satu sisi, pendidikan yang telah dijalankan menjadikan manusia kian terdidik intelektualitasnya. Namun, di sisi lain, pendidikan yang diusung semakin menjadikan manusia kehilangan kemanusiaanya. Pendidikan Indonesia memang mengalami perkembangan yang memuaskan. Siswa-siswi Indonesia mulai sering mengikuti ajang-ajang kompetisi Internasional. Mendali, penghargaan Internasional telaih diraih siswa-siswi Indonesia di kancah Internasional.

Lembaga pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Demikian pula dengan pendidikan di negeri tercinta ini. Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang, terutama dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era kecanggihan teknologi dan komunikasi. Maka, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan.

Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Menurut Akhmad

Muhaimin “Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia”.1 Dalam mencapai gagasan tersebut-pun dunia pendidikan Indonesia berusaha untuk meraih tujuan pendidikan dengan berbagai cara, diantaranya

1

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia,(Jogjakarta:


(16)

membenahi kurikulum yang ada, komponen-komponennya, peningkatan kualitas pendidik, sarana dan prasaranya pendidikan serta yang lainnya. Salah satu dari objek pembenahannya ialah penerapan pendidikan karakter. Sebagaimana yang tersirat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Berkenaan dengan kurikulum 2013 adalah produk baru yang dipublikasikan dan pemerintah implementasikan di sekolah-sekolah, baik itui tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah keatas. Kurikulum 2013 menurut Sunarti dalam bukunya yang berjudul penilaian dalam kurikulum 2013 itu “Diawali dari kegelisahan melihat sistem pendidikan yang diterapkan selama ini hanya berbasis pada pengajaran untuk memenuhi target pengetahuan siswa. Selain itu, diperlukan keterampilan dan sikap yang tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan lulusan yang andal dan beretika untuk selanjutnya siap

berkompetisisecara global”.3

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.4 Hal ini mengandung pengertian bahwa karakter merupakan kebajikan yang ditanamkan pendidik melalui internalisasi atau memasukkan materi dan nilai yang mempunyai relevansi dalam membangun sistem berpikir dan berprilaku siswa.

2

Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 26.

3

Sunarti dan Selly Rahmawati, Penilaian Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:C.V Andi

offset, 2014), h. 1

4

Asmaun Sahlan, Angga Teguh Prastyo. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan


(17)

Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 90 sebagai berikut:











































Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.(Q.S An-Nahl: 90)

Dengan demikian pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha-usaha yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak didik, baik berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan, ataupun latihan yang tujuannya adalah membawa si terdidik ke arah terbentuknya kepribadian utama baik jasmani maupun rohani bagi perjalanan hidupnya dimasa yang akan datang.

Karakter diajarkan dengan mengenalkan, memahamkan hingga mengajak siswa sehingga pada akhirnya mereka mampu mempraktikkan dan memaknainya sebagai sesuatu yang melekat dan menjadi tindakan perenungan (reflective action) serta mengembangkannya menjadi pusat keunggulan insani.

Dalam hal ini pembentukkan karakter menjadi sangat penting untuk dibahas, karena ketika seseorang tidak lagi memilki karakter yang baik, maka tindak kejahatan akan terus tumbuh. Oleh karena itu butuh suatu pengetahuan dasar tentang bagaimana metode membentuk karakter anak yang baik, hal itu diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya tindak kejahatan di masa-masa yang akan datang. Setidaknya metode pembentukkan karakter anak diharapkan mampu memberikan bekal bagi orang tua atau pendidik agar dapat mengarahkan anak didiknya agar memilki karakter yang bagus.


(18)

Dalam implementasi pendidikan karakter, perencanaan pembelajaran perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan karakter yang akan dibentuk dengan komponen pembelajaran lainya, yakni standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan karakter peserta didik, materi berfungsi memaknai dan memadukan kompetensi dasar dengan karakter; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukkan karakter peserta didik, sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan karakter dalam setiap kompetensi dasar, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila karakter yang telah ditentukan belum terbentuk atau belum tercapai.

Untuk ini penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang dituangkan dalam skripsi dengan judul: “Implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan Karakter Peserta Didik

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul yang penulis ambil yakni, “Implementasi kurikulum

2013 dalam pendidikan Karakter Peserta Didik”, dapat diambil garis besar yang melatar belakangi, dari judul tersebut pertama, yakni dari faktor kemerosotan karakter anak bangsa, yang kedua adalah system pendidikan Indonesia yang masih bermasalah, dan yang ketiga adalah sumber daya manusia dalam mengatasi pendidikan di Indonesia yang belum kompeten, seperti penggunaan metode pembelajaran yang kurang pas dalam kegiatan pembelajaran dan minimnya metode yang dikembangkan. Maka dari itu dapat di identifikasikan permasalahan dasar dari latar belakang tersebut antara lain :

1.

Guru hanya memperhatikan hasil belajar pada bidang nilai saja.

2.

Kurangnya siswa dalam kerjasama, toleransi, percaya diri dan disiplin.

3.

Adanya perilaku siswa yang menyimpang.

4.

Bagaimana pendidikan karakter pada kurikulum 2013.

C.

Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dijelaskan sebagai berikut:


(19)

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan dengan banyaknya permasalahan yang muncul tetapi waktu dan tenaga, faktor biaya, dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dalam penelitian ini penulis akan membatasi pada permasalahan pendidikan karakter peserta didik kelas delapan di SMPIT Nurul Hikmah melalui implementasi kurikulum 2013.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik kelas delapan di SMP Islam Terpadu Nurul Hikmah Jakarta?”

D.

Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pendidikan karakter peserta didik melalui implementasi kurikulum 2013 di SMP Islam Terpadu Nurul Hikmah Jakarta.

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam

kependidikan.

2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi para akademisi atau pihak lain yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang jelas, serta turut mengembangkan wacana kependidikan dalam aplikasi di dalam kehidupan.

3. Bagi instansi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber masukan bagi guru agama dalam mendidik dan mengembangkan kualitas peserta didiknya.


(20)

6

1. Pengertian Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum adalah sebuah sistem membentuk garis lurus dalam arti implementasi

mencerminkan rancangan. Menurut Fullan “Implementasi adalah proses

mempraktekkan/menerapkan suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah”.1

Implementasi menurut brownedan widavsky adalah “Perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan”.2Miller mengemukakan bahwa “I

mplementasi adalah suatu proses peletakan dalam praktik tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu

perubahan”.3

Sedangkan menurut Hasan menyatakan “Bahwa implementasi

kurikulum adalah usaha sadar merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang

terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan”.4

Menurut Syafruddin Nurdin implementasi adalah “Suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/ gagasan, program, atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar

dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut”.5

Sedangkan secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “Pelari” dan curere yang berarti “Tempat

berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang

atletikpada zaman Romawi kuno di Yunani. Dalam bahasa Perancis, istilah

1

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung:

interes media, 2014) hal.6, cet.1

2

Syafruddin Nurdin, guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: ciputat

pers, 2002) hal. 70.

3 Abdul Majid, op.cit. hal.6, cet.1

4

Abdul Majid, ibid., hal.6, cet.1

5 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: ciputat


(21)

kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, menurut zainal arifin secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah”.6

Menurut Abdul Majid, bahwa implementasi kurikulum adalah

“Operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran”.7 Dengan demikian, implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan guru terhadap kurikulum yang dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai rencana tertulis.

Dari definisi tersebut maka implementasi kurikulum dapat dimaknai sebagai berikut: pertama, implementasi sebagai aktualisasi rencana atau konsep kurikulum. Kedua, implementasi kurikulum sebagai proses pembelajaran. Ketiga, implementasi kurikulum sebagai realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum.

Keempat, implementasi kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta didik. Dengan demikian wujud nyata dari implementasi kurikulum adalah aktivitas belajar mengajar di kelas, dengan kata lain aktivitas belajar mengajar di kelas merupakan operasionalisasi dari kurikulum tertulis atau disebut juga dengan kurikulum aktual.

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor diantaranya: lama siswa bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah;

6 Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja

Rosdakarya, 2011) hal.3

7

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung:


(22)

pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; buku pegangan atau buku babon; dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan.

Dan menurut Yunus Abidin dalam bukunya yang berjudul desain pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 ada beberapa tantangan-tantangan dalam meng-implementasikan kurikulum 2013,

“Yaitu pertama, adalah guru. Diakui atau tidak sejumlah permasalahan mendasar masih terjadi dalam ekologi pembelajaran yang terdapat di sekolah kita selama ini. Sejumlah permasalahan tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu kualitas pembelajaran, yang pembelajarannya masih didominasi oleh gurunya. Kedua, adalah waktu. Implementasi kurikulum 2013 akan memakai banyak waktu pelaksanaan pembelajaran. Hal ini berdasarkan kurikulum 2013 menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran aktif. Ketiga, adalah sarana prasarana pembelajaran/TIK. Implementasi kurikulum 2013 yang menghendaki dilaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif akan mendatangkan tantangan tersendiri dalam aspek sarana prasarana pembelajaran. Keempat, adalah bahan ajar. Kelima, adalah penilaian pembelajaran. Kurikulum 2013 menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran. Keenam, adalah strategi pembelajaran. Guru

harus cermat dan „arif dalam menggunakan metode mengajar di setiap materinya”.8

Pengembangan kurikulum 2013 dirientasi terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowladge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Menurut Abdul Majid dalam bukunya orientasi pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada saat ini yaitu:

a. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukaranya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

8

Yunus Abidin, Desain Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:PT.


(23)

b. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

c. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,

keterampilan, dan pengetahuan.

d. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan

kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif)belum terakomodasi di dalam kurikulum.

e. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

f. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragamdan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.9

Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Prof.Ir. Muhammad Nuh, DEA mengatakan bahwa “Kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan”. 10

Adapun ciri kurikulum 2013 menurut Imas Kurniasih yang paling mendasar adalah:

a. Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu

pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

b. Siswa lebih didorong untuk mremiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

c. Meliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.11

Dan menurut Imas Kurniasih terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013:

a. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut

metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46.

b. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

9

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung:

interes media, 2014) hal.37-38, cet.1

10

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014) h.21-22, cet.2

11


(24)

c. Kompetensi sosial yang harus dimilki guru agar tidak bertindak asosial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.

d. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang

akan digugu dan ditiru siswa.12

Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

2. Latar Belakang Dan Tujuan Kurikulum 2013

Menurut Imas Kurinasih ada banyak sekali alasan kenapa terjadi

perubahan kurikulum, yaitu antara lain “Kurikulum sebelumnya harus

disempurnakan karena ada kekurangan disana-sini, tapi yang paling mendasar adalah agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi”.13

Menurut beberapa ahli pendidikan di buku ibu imas kurinasih yakni,

“Perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun Negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah”.14

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan Yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum

12

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014) h.21-22, cet.4

13

Imas kurniasih, Berlin Sani, Ibid., h. 31. Cet.2

14


(25)

sebagai dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.

a. Landasan Yuridis

“Landasan yuridis kurikulum adalah pancasila dan undang-undang dasar 1945, undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi. Lebih lanjut, pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh rencana pendidikan-pendidikan menengah nasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembanga kurikulum 2013 lainnya adalah instruksi presiden republik indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter, pembelajaran aktif dan pendidikan kewirausahaan”.15

b. Landasan Filosofis

“Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini

dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Pada pengembangan kurikulum 2013, pancasila sebagai falsafah bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai dasar yang dikembangkan dalam kurikulum”.16

c. Landasan Empiris

“Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan

Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA (program for international student assessment), studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada

15

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung:

interes media, 2014) hal.55, cet.1

16

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,


(26)

aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya pada abad 21”.17

d. Landasan Teoritik

“Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “Pendidikan berdasarkan

standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara untuk satu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau diatasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.18

Adapun tujuan diimplementasikannya kurikulum 2013 menurut Imas Kurniasih untuk menyederhanakan kurikulum 2006 yang di dalamnya ada beberapa permasalahan diantaranya;

a. Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

b. Belum semuanya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional.

c. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,

keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills) belum terakomodasi dalam kurikulum.

d. Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, Nasional, maupun global.

e. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran

yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

f. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi

(proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

17

Imas Kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014)h. 35. Cet.2

18

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung: interes media, 2014) hal.55, cet.1


(27)

g. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.19

Konsep kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Pada intinya, orientasi pengembangan/implementasi kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.

Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.

Pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu:

a. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukkan peserta didik yang ber-iman dan bertakwa.

b. Sikap sosial yang terkait dengan pembentukkan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.20

Cakupan penilaian sikap:

Tabel 2.1

Cakupan Penilaian Sikap

Penilaian sikap spiritual Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianut

Penilaian sikap sosial

1. Jujur 2. Disiplin

3. Tanggung jawab

4. Toleransi

5. Gotong royong

6. Santun

7. Percaya diri

19

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014)h. 132-133. Cet.2

20


(28)

Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks penilaian sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati atau observasi oleh guru sebagai representasi dari sikap yang dinilai. Berikut ini dideskripsikan beberapa contoh indikator dari sikap-sikap yang tersurat dalam KI-1 dan KI-2 jenjang SMP/MTs.

Tabel 2.2

Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-1 Jenjang SMP/Mts

Sikap dan pengertian Contoh indikator

Sikap spiritual  Berdoa sebelum dan

sesudah menjalankan

sesuatu.

 Menjalankan ibadah

tepat waktu.

 Memberi salam pada saat

awal dan akhir presentasi

sesuai agama yang

dianut.

 Bersyukur atas nikmat

dan karunia Tuhan yang maha Esa.

 Mensyukuri kemampuan

manusia dalam

mengendalikan diri.

 Mengucapkan syukur

ketika berhasil

mengerjakan sesuatu.

 Berserah diri (tawakal)

kepada tuhan setelah

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut


(29)

berikhtiar atau melakukan usaha.

 Menjaga lingkungan

hidup di sekitar rumah dan masyarakat.

 Dll

Tabel 2.3

Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-2 Jenjang SMP/Mts

Sikap dan pengertian Contoh indikator

Sikap sosial

 tidak menyontek dalam

mengerjakan ujian/ulangan.

 Tidak menjadi plagiat.

 Mengungkapkan perasaan apa

adanya.

 Menyerahkan kepada yang

berwenang barang yang

ditemukan.

 Membuat laporan berdasarkan

data atau informasi apa

adanya.

 Mengakui kesalahan atau

kekurangan yang dimiliki.

 Jujur

adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakkan dan pekerjaan.

 Disiplin

Adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

 Datang tepat waktu.

 Patuh pada tata tertib/ aturan bersama /sekolah.

 Mengerjakan tugas sesuai


(30)

ditentukan.

 Mengikuti kaedah berbahasa

tulis yang baik dan benar.

 Tanggungjawab

Adalah sikap dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan.

 melaksanakan tugas individu

dengan baik.

 Menerima resiko dari

tindakkan yang dilakukan.

 Tidak menyalahkan orang lain

tanpa bukti yang akurat.

 Mengembalikan barang yang

dipinjam

 Menepati janji.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 2013

Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006, tentu saja memiliki beberapa perbedaan dalam sistem yang diterapkan. Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat berasal dari landasan, komponen, evaluasi, prinsip, metode, maupun model pengembangan kurikulum.

Terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum tersebut, yaitu keunggulan dan kekurangan yang terdapat disana-sini. Adapun keunggulan dan kekurangan kurikulum 2013 menurut Imas Kurinasih antara lain:

a. Keunggulan kurikulum 2013

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek, yaitu penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional.


(31)

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap,keterampilan, dan pengetahuan.

6) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara proporsional.

7) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

8) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah sudah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.

9) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi

profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

10)Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk memiliki keterampilan membuat RPP.

b. Kelemahan kurikulum 2013

1) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013

guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2) Banyak sekali guru-guru yang belum siap mental dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataanya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.

3) Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP.

4) Guru tidak banyak yang bisa menguasai penilaian autentik.

5) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru belum dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang menjadi plagiat.

6) Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

7) Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.21

4. Struktur kurikulum SMP/MTs

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per-minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.

21

Imas kurniasih, berlin sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan, (Surabaya:katapena, 2014)h. 40-42. Cet.2


(32)

Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.

Tabel 2.4

Beban Belajar Di SMP/Mts Untuk Kelas VII, VIII, IX

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU BELAJAR PER

MINGGU

VII VIII IX

Kelompok A

1 Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7 Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

1 Seni Budaya (Termasuk Muatan Lokal)* 3 3 3

2 PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan

Kesehatan)

3 3 3

3 Prakarya (Termasuk Muatan Lokal) 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 38 38 38

Keterangan:

*muatan lokal dapat memuat bahasa daerah Ekstra kurikuler SMP/MTs antara lain:

- Pramuka - UKS

- OSIS - PMR

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.


(33)

Seni budaya dan prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.

a. Beban belajar

Dalam struktur SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

b. Organisasi kompetensi dasar dalam mata pelajaran

Menurut Abdul Majid “dalam bukunya yang berjudul implementasi

kurikulum 2013 bahwa “Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari kompetensi dasar”.22 Untuk kurikulum SMP/MTs organisasi kompetensi dasar kurikulum dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antar kelas dan keharmonisan antar mata pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti.

Khusus untuk muatan lokal, kompetensi dasar yang berkenaan dengan seni budaya, dan keterampilan, serta bahasa daerah dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya. Sedangkan kompetensi dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

22 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung: interes


(34)

c. Kompetensi inti

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian

hard skills dan soft skills.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti, merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/ jenjan di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1: KI 1), sikap sosial (kompetensi inti 2: KI 2), pengetahuan (Kompetensi inti 3: KI 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4: KI 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).

Kompetensi inti SMP/MTs adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5


(35)

KELAS

VII VIII IX

Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati ajaran

agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya. Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

Memahami dan

menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

Memahami dam

menerapkan

pengetahuan (faktual,

konseptual, dan

prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

Mencoba, mengolah, dan

menyaji dalam ranah

mengolah, menyaji dan

menalar dalam ranah

mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah


(36)

konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan karakter

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 tahun 2003,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, msyarakat bangsa, dan negara”.23

Menurut Azyumardi Azra, “Pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya

secara lebih efektif dan efisien”.24 Menurut Waini Rasyidi “P

endidikan adalah keseluruhan yang terpadu dari semua kegiatan pendidikan atau pengalaman

belajar yang terdapat dalam kehidupan manusia.”25

Sedangkan Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas dalam buku

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia pendidikan karakter untuk guru adalah:

23

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 3

24

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), h.4


(37)

bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas

tabiat, temperamen, watak,.” Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Asal kata “Karakter” dapat dicari dengan kata lati “Kharakter”, “Kharassein”, dan “Xharax”, yang

maknanya “Tool for marking”, “To engrave”, dan “Pointed stake”. Kata ini mulai banyak dignakan kembali dalam bahasa Prancis “carter” pada abad ke

-14 dan kemudian masuk dalam bahasa inggris, menjadi “Character”, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia “Karakter”. Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir (verb) dan sifat-sifat kebajikan (noun). Secara konseptual, konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau melembagakan sifat-sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau pada orang lain.26

Kata karakter dalam kamus lengkap bahasa indonesia yaitu: “Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Kalau berkarakter: mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak”.27

Menurut Wynne “Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti

to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebajikan dalam bentu tindakan atau tingkah laku”.28 Jadi istilah karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang berkarakter (the character person) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.

Karakter atau lain katanya adalah tabiat, juga disebut akhlak. Menurut

Imam Ghazali, bahwa “Akhlak yang disebutnya dengan tabiat manusia dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: satu, tabiat-tabiat fitrah. Kekuatan tabiat pada asal kesatuan tubuh dan berkelanjutan selama hidup. Sebagian tabiat tersebut lebih kuat dan lebih lama dibandingkan dengan tabiat lainnya. Lebih kuat dan lebih sulit diluruskan dan diarahkan dibanding tabiat marah. Dua, akhlak yang

26

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, (Jakarta: Islamic

Research Publishing, 2010), Cet. III, h. 8.

27 Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (surabaya: Karya Agung, 2005), h.241

28 Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, (Jakarta:aulia


(38)

muncul dari suatu perangai yang banyak diamalkan dan ditaati, sehingga menjadi bagian dari adat kebiasaan yang berurat berakar pada dirinya”.29

Menurut pendapat Ramayulis “Akhlak menurut pengertian Islam adalah

salah satu hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalam islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung, yang

dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh, yaitu ridha Allah SWT”.30

Karakter adalah istilah serapan dari bahasa Inggris character. Menurut Encarta Dictionaries dalam buku Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam menyatakan bahwa

“Karakter” adalah kata benda yang memiliki arti:

a. Kualitas-kualitas pembeda b. Kualitas-kualitas positif

c. Reputasi

d. Seseorang dalam buku atau film e. Orang yang luar biasa

f. Individu dalam kaitannya dengan kepribadian, tingkah laku, atau tampilan

Di samping itu terdapat kata karakteristik (characteristic) yang masih kata benda yang artinya : figur (ciri) pembatas (defining feature), sebuah fitur atau kualitas yang membuat seseorang atau suatu hal dapat dikenali.31

Kata sifat untuk karakter adalah “Khas” (typical), artinya pembeda atau mewakili seseorang atau hal tertentu. Hurlock dalam bukunya, Personality Development, secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan. Hati nurani, sebuah unsur esensial dari karakter, adalah sebuah pola kebiasaan perlarangan yang mengontrol tingkah laku seseorang, membuatnya menjadi selaras dengan pola-pola kelompok yang diterima secara sosial.

Berikut merupakan komponen-komponen karakter menurut Hurlock :

a. Aspek kepribadian

b. Standar moral dan ajaran moral

29

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006),h. 89

30

Ramayulis, Ibid., h. 89

31


(39)

c. Pertimbangan nilai

d. Upaya dan keinginan individu e. Hati nurani

f. Pola-pola kelompok

g. Tingkah laku individu dan kelompok.32

Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan , dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup berdasarkan atas pilar kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happines), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity). Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau

ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran”

(Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya

32 Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktis Di Sekolah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23.


(40)

melilit atau menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter. Di sekitar lingkungan sosial yang keras seperti di Harlem New York, para remaja cenderung berperilaku antisosial, keras, tega, suka bermusuhan, dan sebagainya. Sementara itu di lingkungan yang gersang, panas, dan tandus, penduduknya cenderung bersifat keras berani mati. Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter,

maka karakter menurut Muchlas Samani dapat dimaknai “Sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari”.33

Patut kita pahami bahwa bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki jumlah penduduk sangat besar dengan adat istiadat dan budaya yang bermacam-macam. Kenyataan itu mempengaruhi masyarakat dalam membangun pola interaksi satu sama lain.

Sementara itu, dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya program pembangunan dengan baik. Dan akhirnya dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki SDM yang bermutu.

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas.

Menurut Dharma Kesuma berpendapat ada beberapa masalah

ketidaktepatan makna yang beredar di masyarakat mengenai makna pendidikan karakter, dapat diidentifikasi di antaranya sebagai berikut:

33Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 41.


(41)

a. Pendidikan karakter: mata pelajaran agama dan PKn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan PKn.

b. Pendidikan karakter: mata pelajaran pendidikan budi pekerti.

c. Pendidikan karakter: pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukan tanggung jawab sekolah.

d. Pendidikan karakter: adanya penambahan mata pelajaran baru dalam

kurikulum. e. Dan sebagainya.34

Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran banyak orang tua, guru, dan masyarakat umum.

Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional no.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, msyarakat bangsa, dan negara.

Menurut Azyumardi Azra, “Pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya

secara lebih efektif dan efisien”.35

Menurut Waini Rasyidi “pendidikan adalah keseluruhan yang terpadu dari semua kegiatan pendidikan atau pengalaman

belajar yang terdapat dalam kehidupan manusia.”36

Pendidikan karakter, menurut Ratna megawangi “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.37

2. Dasar-Dasar Pendidikan Karakter

Menurut Abdul Majid ada empat dasar dalam pendidikan karakter:

34

Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di

Sekolah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.5

35 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), h.4

36 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Ibid., h.5

37

Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di


(42)

a. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatifsetiap tindakan.

b. Koherensi yang memberi keberanian membuat seseorang teguh pada prinsip,

dan tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.

c. Otonomi. Di sana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain.

d. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.38

Menurut pendapat Rusworth Kidder yang telah diterjemahkan oleh Abdul Majid dalam bukunya yang berjudul pendidikan karakter perspektif Islam tentang tujuh kualitas yang diperlukan dalam pendidikan karakter, antara lain:

a. Empowered (pemberdayaan). Guru harus mapu memberdayakan dirinya untuk menagajarkan pendidikan karakter dengan memulai dari dirinya sendiri.

b. Effective, proses pendidikan harus dilaksanakan denga efektif.

c. Extended into community, komunitas harus membantu dan mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai.

d. Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembelajaran.

e. Engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang cukup essensial.

f. Evaluating, menurut kidder terdapat lima hal yang harus diwujudkan dalam menilai manusia berkarakter, yaitu :

1) Diawali dengan kesadaran etik.

2) Adanya kepercayaan diri untuk berpikir dan membuat keputusan tentang etik.

3) Mempunyai kapasitas untuk menampilkan kepercayaan diri secara praktis

dalam kehidupan.

4) Mempunyai kapasitas dalam menggunakan pengalaman praktis tersebut dalam sebuah komunitas..

5) Mempunyai kapasitas untuk menjadi agen perubahan dalam

merealisasikan ide-ide etik dalam menciptakan suasana yang berbeda.39 Dalam buku Dharma Kesuma yang berjudul Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di Sekolah bahwa:

38

Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan karakter perspektif Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 36-37

39


(1)

DAFTAR

REFERENSI

Nama

: Yuda Setiadi (1110011000082)

Judul

: Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pendidikan Karakter Peserta Didik

Di

SMPIT Nurul Hrkaah Matranian, Jakarta.

Dosen

Pembimbing

:

Prof.Dr. Ahmad

Syaf

i Noor.MA

No Bab Nomor

F ootnote

Hlm

Skrinsi

Referehsi

Parrif

Bimbinsan 1

1

I 1

Ahmad

Muhaimin

Azzet,

Urgensi

Pendidikan

Karakter

Di

Indonesia, (logjLkA4alAr-Ruzz Media, 20 1 1 ) h. 9

2 2 2 Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep

dan

Model

Pendidikan

Karakter,

(Bandung:

PT

Remaja

Rosdakarya,

20tt\.h.26.

Il

a

J aJ 2 Sunarti

dan

selly

rahmaWati, penilaian dalam kurikulum 20 13, (Yogyakarta:C.V

Andi offset,2014), h; 1

4 4 2

Asmau:r sahlan,

t.iirgga

teguh

piastyo.

Desain

Pemb0lajaran

Berbasis

Pendidikan

Karakter,

(Jogjakarta:

AR-Ruzz Media). Cet.I. h.13

5 5 J Al-Maqhribi bin said al-maghribi. Begini Seharusnya

Mendidik

Anak,

(Jakarta:

Darul Haq,2007), cet.4, h,

I

6

2

I 6 Abdul Majid, implementasi kurikuhim 2013 kajian teoritis dan praktis, (Bandung: interes media, 2014) hal.6, cet.1

\_

\

7 2 6 Syafruddin Nurdin, guru profesional dan

implementasi kurikulum, (Jakarta: ciputat

pers. 2002) hal. 70.

(_

8 3 6 Abdul Maiid. loc. cit. ha1.6. cet.1

9 4 6 Abdul Majid,Ibid., hal.6, cel1

10 5 6 Syafruddin Nurdin, guru profesional dan

implementasi kurikulum, (Jakarta: ciputat pers.2002) hal.73

11 6 7 ZainaLArifin, konsep dan model

pengernbangan kurikulum, ( bandung:PT Remeja Rosdakarya, 2011) hal.3

12 7 7

Abdul Majid,

irnplementasi kurikulum

2013 kajian teoritis

dan

praktis,

(Bandung: interes

media, 2014)

hal.6,

cet.1

t3 8 8

Yunus

Abidin,

desain

pembelajaran


(2)

(Bandr.tng:PT.

Refrka

Aditama,

2014), hal.24

Abdul majid,

implementasi kurikulum

2013 kajian teoritis

dan

praktis, (Bandung: interes' media, 2014) hal,37. Imas kunriasih, berlin sani, Implementasi

Kurikulum

2013:Konsep

&

Penerapan,

2014\h.21-22. cet"2

Imas

kurniasih dan

berlin

sani,

Ibid.,

h.2I-22. cet.Z

Irtras kurniasih, berlin sani, knplementasi

Kurikulurn

2013:Konsep

&

Penerapan,

2014\h.21-22; cet.4

Imas kurniasih, berlin sani,

Ibid.,

h.

31.

Cet.2

Imas kurniasih, berlin sani,

Ibid.,

h.

39.

Cet.2

Abdul rnaj id, implementasi kurikulum 20 L3 kajian teoritis dan praktis,

(Bandung: interes rhedia, 2014) hal.55,

cet.1

Imas kurniasih, berlin sani, Implementasi

Kurikulum

2013:Konsep

&

Penerapan,

2014)h. 33. Cet.2

Imas kumiasih, berlin sani, Implementasi

Kurikulum 20 I 3 :Konsep

&

Penerapan,

2014\h.35. Cet.2

Abdul maj id, implementasi kurikulum 2013 kajian teoritis dan praktis,

(Bandung: iirteres media,

z}lq

hal.55,

cet.

l

Imas kumiasih, berlin sani, Implementasi

Kurikulum

2013:Konsep

&

Penerapan,

(Surabaya:katapena,

2014)h.

132-133.

Cet.2

Imas kumiasih, berlin sani,

Ibid.,

h.

65.

Cet.2

Imas kurniasih, berlin sani, Implementasi

Kurikulum

2013:Konsep

&

Penerapan,

Surabaya:katapena, 20 l4)h. 40 -42, Cet.2

Abdul

majid,

implementasi kurikulum

2013 kajian teoritis

dan

praktis,

(Bandung: interes media, 2fr14) ha1.55,

cet.1

10

16

L-LI

L6

L9

Hamdani

Hamid

dan Beni

Ahmad Saebani, Pendidikan Karakier Perspektif

trslam,

(Bandung:

CV.

Pustaka Seti


(3)

Hamdani Hamid dan Beni Ahnrad Saebani,ibid,, h,5

Nuraida

dan

Fjhlah

Nur

Aulia,

Pendidikan

Karaher Untuk

Guru,

(Jakarta:

Islamic

Research Publishing, 2010). Cet.

III.

h. 8.

Budiono,

Kamus

Lengkap

Bahasa

Indonesia, (surabaya:

Karya

Agong, Nuraida dan rihlah nur aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, (Jakarta:aulia

Ramayulis,

Ilmu

Pendidikan

Islam, Jakarki: Kalam Mu

Ramawlis,Ibid., h. 89

Iakatta: Kalam

Mulia

200fl.h. 89-90

Dharma

Kesuma,

dkk,

Pendidikan

Karakter

Kajian Teori

dan

Praktis

di

Sekolah,(Bandung:

PT

Remaja Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep

dan

Model

Pendidikan

Kai'akter,

(Bandung:

PT

Remaja

Rosdakarya,

2011), h. 41.

Dharma Kesuma, dk,k, Pendidikan Karakter Kajian Teari dan Praktis di

S e ko I a h, @ andung: PT Remaj a

Rosdakarya,2012),h.5

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad

Saebani, Pendidikan Karakter Pet spektif

Islam, (Bandung: CV. Pustaka Sotia,

2013),h.4

Hamdani

Hamid

dan Beni

Ahmad

Saebani. Ibid.,h.5

Dharma

Kesuma,

dkk,

Pendidikan

Karakter

Kajian Teori

dan

Praktis

di

Sekolah,(Bandung:

PT

Remaja 2012),h,5

Abdul majid dan dian andayani,

pendidikan karakter perspektif

Islarn,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

20tt),h.36-37


(4)

Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h.37-38

\

44 39

2

29 Dharma Kesuma, dW, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktts di

S e ko la h, @andung: PT Remaj a Rosdakarya ,2012\.h.9

45 30 muchlas samani dan hariyanto, konsep

dan model pendidikan karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2A1D.b.24

!)

46 31 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad

Saebani, Pendidikan Karakter Perspehif

Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2013), hal. 38

\4-+/

32 Maswardi Muhamiirad Amin, ,

Pendidikon Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media

t

akatt, 20 L

l),

h. 67.

/

48 32 muchlas samani dan hariyanto, konsep

dan model pendidikan karakter, @andung: PT Remaja Rosdakarya,

2o7t),h,43.

49

l-

33 Hamdani Harnid dan Beni Ahmad

Saebani, P endidikqn Karakter P erspektif Islam, @andung: CV. Pustaka Setia,

2013), h. 39.

I

\

50 33 Nurla Isna Aunillah, Panduan

Menerapkan Pendidikan Karakter

Di

S eko lah, (Jakarta: Transmedia, 20 I

I),

h.105.

51 46 33 Masrvardi muharirmad amin, pendidikan

karakter anak bangsa, (Jakarta: baduose

media, 20L0), h. 36, cet.1

I

52 Z 33 Maswardi muhammad amin, Ibid., h. 36,

cet .1 53

t

48 34 Maswardi muhammad amin, pendidikan karakter anak bangsa, (Jakarta: baduose media,2010), h. 37. cet.1

I

54 34 Maswardi muhammad amin, Ibid., h. 37,

cet.l

\

55 34 Abdul majid dan dian andayani,

pendidikan karakter perspektif

Islam,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,

201 1), h. 30

56 5l 35 Abdul majid dan dian andayani,

pendidikan karakter persp

ektif

Islam, (B andung: PT.Remaja Rosdakarya,


(5)

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2012\.h.

tt.

Dhauna Kesuma, Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

20t2\.h.

t6.

Nurla Isna Aunillah, Panduan

Menerapkan Pendidikqn Karakter

Di

Sekolah, (Jakarta: Transmerlia, 2011), h.

49-52

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2012\.h.20.

Sugiyono, Meto de P enelitian P endidikan

P en d eka tan Kuantitatif, Kua litatif, D an

R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 20 10),

cet. 10. h. 38.

Nana Syaodih Sukrnadinata, luleto de

P enelitian Pendidikan, @andung: PT 2012\. cet.8.h.72

Sugiyono. Metode penelitian pendidikan

pendekatan kuantitatit, kualitatif, dan

bandune: alfabeta.2013) Hal. 116

Ibid., Hal. 118 S. Margono, Metode Penelitian

P endidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h. 1s8

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode P enelitian Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja R.osdakarya, 2012), cet.

8,

h.

220,

I{aris Herdiansyah. Metodoio

gi

P enelitian Kualitatif: untuk llntu-Ilmu

Sos ial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2017), Cet. 3,

h.132

Suharsimi Arikunto, Pros e dur P enelitian

Su atu P e nd ekat an P raktik, (Jakarta:

Rineka Cipta,

2002\,

cet. 12,h. 128.

Haris Herdian syah. Meto dol o gi

P enelitian Kualitatif: untuk llmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), Cet.3,h.

118

Haris Herdiansyah. Ibid., Cet. 3, h, I l8

0 T

7

7 46 Sugiyono, Metode Penelitian

P e n di dikan : P en d ekat an Ku a nti t a

tif

Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

4l&b.lL?q9Q,g9!

j.h,

:?g

Samiaj

i

Sarosa, P enelitian

Kualitarif


(6)

52-63

t5 13 s0 Zarnal

Arifin,

" P enelitian Penrdidikiri Metode dan Paradigma Baru",

(Bandung: PT Rernaja Rosdakarya,

2011),

cet.I, h.

17l.

Ir

74

t4

52 Anas Sudjiono, Pengantar Stdtistik

Pendidikan, (Jakarta: PT Radja Grafindo I

persada, 2Ol1),

cet.23,h.43.

t

ur

J akarta, 5 Januari 201 5

M

Mengetahui,

Pembimbing

Prof.Dr. a.hmad Suafili Noor.wIA