keterampilan”.
55
4. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia
Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlakperilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad
SAW, yaitu: shidik, amanah, fathonah, dan tabligh. Rasululloh adalah contoh atau uswatun hasanah bagi kita semua. Karena Nabi Muhammad SAW juga terkenal
dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lainnya. Ke empat sifat Rasul tersebut diartikan sebagai berikut :
a. Sidik yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah SAW
berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran.
b. Amanah yang berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah SAW dapat dipercaya oleh siapa pun, baik kaum muslimin maupun nonmuslim.
c. Fathonah yang berarti cerdaspandai, arif, luas wawasan, terampil, dan
professional. Artinya,
perilaku Rasulullah
SAW dapat
dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam memecahkan masalah. d.
Tabligh yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapapun yang menjadi lawan bicara Rasulullah SAW, maka orang tersebut akan mudah
memahami apa yang dibicarakandimaksudkan oleh Rasulullah SAW.
56
Dalam kajian Pusat Pengkajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia P3 UPI nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini
adalah sebagai berikut. a.
Jujur Perilaku jujur merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa ini
menjadi bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jujur dalam kamus Bahasa Indonesia dimaknai dengan lurus hati; tidak curang. Dalam
pandangan umu m, kata jujur sering dimaknai “Adanya kesamaan antara realitas
kenyataan den gan ucapan”, dengan kata lain “Apa adanya”. Jujur sebagai
sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan dalam bentuk perasaan, kata-kata atau perbuatan bahwa realitas yang ada tidak
dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan
55
Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan karakter perspektif Islam,Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011, h. 30
56
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, h. 11.
dirinya. Kata jujur identik dengan “Benar” yang antonimnya adalah “Salah”.
Maka jujur lebih dekat dikorelasikan dengan kebaikan kemaslahatan. Kemaslahatan memiliki makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri
sendiri atau kelompoknya, tetapi semua orang yang terlibat. Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang berperilaku jujur diantaranya:
1 Jika bertekad inisiasi keputusan untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah
kebenaran dan kemaslahatan. 2
Jika berkata tidak berbohong benar apa adanya 3
Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.
57
Sedangkan menurut Nurla Isna Aunillah, mengatakan bahwa “Penanaman
kejujuran bagi peserta didik sejak dini dapat dilakukan saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Terkait itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa sekolah
dasar dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter. Dan selain guru, orang tua juga memegang peranan penting dalam menumbuhkan karakter jujur
bagi peserta didik. Oleh sebab itu, sekolah perlu melakukan kerja sama yang intensif dengan keluarga pes
erta didik”. Serta Mansur Umar menambahkan bahwa “Keteladanan merupakan faktor yang sangat penting dilakukan oleh guru dan
orang tua dalam menanamkan karakter jujur pada diri peserta didik. Sebab, sikap tidak jujur dan berbohong yang dilakukan olehnya seringkali dipengaruhi oleh
tingkah laku orang lain. Dengan ungkapan lain, sikap tidak jujur dan suka berbohong merupakan hasil peniruan dari orang lain
”.
58
b. Kerja keras
Perilaku kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan dalam menyelesaikan pekejaan yang menjadi tugasnya sampai
tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah kepada visi besar yang harus dicapai untuk
kebaikankemaslahatan manusia dan ligkungannya. Mengingat arah dari dari
57
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, h. 16.
58
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, Jakarta: Transmedia, 2011, h. 49-52.
istilah kerja keras, maka upaya untuk kemaslahatan manusia dan lingkungannya merupakan upaya yang tiada hentinya.
c. Ikhlas
Ikhlas berasal d ari bahasa Arab, yang artinya “Murni”, “Suci”, “Tidak
bercampur”, “Bebas” atau pengabdian yang tulus”. Dalam kamus bahasa Indonesia, Ikhlas memiliki arti tulus hati;dengan hati yang bersih dan jujur.
Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT. Para ulama bervariasi
dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Ada yang mendefinisikan ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk
Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan
wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang mengatakan bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari komentar manusia”,
yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah
perkataan komentar mereka tentang perbuatanmu itu. Perilaku yang mencerminkan ikhlas memiliki sejumlah karakter, yaitu:
1 Konsistensi yang kuat dari waktu ke waktu dan dari satu kondisi ke kondisi
lainnya. Konsistensi sebagai ciri ikhlasnya seseorang bukan dari cara pemecahan masalah yang dihadapi, tetapi perilaku seseorang yang memihak
kepada yang benar tidak berubah dan terus melakukan apapun yang dihadapi yang bersangkutan sebagai konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya.
2 Pengharapan dan kepuasan bagi pelaku adalah keridhaan dari Tuhannya,
bukan dari siapa pun. Hal ini sangat berguna untuk evaluasi diri kita dalam mengidentifikasi perilaku yang kita lakukan, apakah karena Allah atau karena
makhluknya.
3 Memiliki karakteristik kebermutuan yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Artinya, perilaku yang diperbuat oleh yang bersangkutan selalu diperbaiki dari waktu ke waktu. Dengan demikian jika perilaku seseorang tidak ada
perbaikan seiring dengan bertambahnya waktu, maka perilaku tersebut kemungkinan besar bukan didasari oleh keikhlasan atau mengharap ridha
Allah SWT.
59
Domain budi pekerti Islami yang dikutip dari Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, dan Menengah
59
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, h. 20.