Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks penilaian
sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati atau observasi oleh guru sebagai representasi dari sikap yang
dinilai. Berikut ini dideskripsikan beberapa contoh indikator dari sikap-sikap yang tersurat dalam KI-1 dan KI-2 jenjang SMPMTs.
Tabel 2.2 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-1 Jenjang SMPMts
Sikap dan pengertian Contoh indikator
Sikap spiritual Berdoa sebelum dan
sesudah menjalankan
sesuatu. Menjalankan
ibadah tepat waktu.
Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi
sesuai agama
yang dianut.
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan yang
maha Esa. Mensyukuri kemampuan
manusia dalam
mengendalikan diri. Mengucapkan
syukur ketika
berhasil mengerjakan sesuatu.
Berserah diri tawakal kepada
tuhan setelah
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut
berikhtiar atau
melakukan usaha. Menjaga
lingkungan hidup di sekitar rumah
dan masyarakat. Dll
Tabel 2.3 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-2 Jenjang SMPMts
Sikap dan pengertian Contoh indikator
Sikap sosial tidak
menyontek dalam
mengerjakan ujianulangan. Tidak menjadi plagiat.
Mengungkapkan perasaan apa
adanya. Menyerahkan kepada yang
berwenang barang
yang ditemukan.
Membuat laporan berdasarkan data
atau informasi
apa adanya.
Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakkan dan pekerjaan.
Disiplin Adalah tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Datang tepat waktu. Patuh pada tata tertib aturan
bersama sekolah. Mengerjakan tugas sesuai
dengan waktu
yang
ditentukan. Mengikuti kaedah berbahasa
tulis yang baik dan benar. Tanggungjawab
Adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap
diri sendiri,
masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan.
melaksanakan tugas individu dengan baik.
Menerima resiko
dari tindakkan yang dilakukan.
Tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti yang akurat.
Mengembalikan barang yang dipinjam
Menepati janji.
3. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 2013
Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006, tentu saja memiliki beberapa perbedaan
dalam sistem yang diterapkan. Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan
kelebihan tersebut dapat berasal dari landasan, komponen, evaluasi, prinsip, metode, maupun model pengembangan kurikulum.
Terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum tersebut, yaitu keunggulan dan kekurangan yang terdapat disana-sini.
Adapun keunggulan dan kekurangan kurikulum 2013 menurut Imas Kurinasih antara lain:
a. Keunggulan kurikulum 2013
1 Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap
pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. 2
Adanya penilaian dari semua aspek, yaitu penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai
kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain. 3
Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4 Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan Nasional.
5 Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain
sikap,keterampilan, dan pengetahuan. 6
Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara proporsional.
7 Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
8 Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena
pemerintah sudah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.
9 Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi
profesi, pedagogi, sosial, dan personal. 10
Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk memiliki keterampilan membuat RPP.
b. Kelemahan kurikulum 2013
1 Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013
guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
2 Banyak sekali guru-guru yang belum siap mental dengan kurikulum
2013. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataanya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga
membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan agar merubah
paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3 Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP.
4 Guru tidak banyak yang bisa menguasai penilaian autentik.
5 Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru belum
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang menjadi plagiat. 6
Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
7 Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu
belajar di sekolah terlalu lama.
21
4. Struktur kurikulum SMPMTs
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi kontenmata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi kontenmata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per-minggu untuk setiap siswa. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
21
Imas kurniasih, berlin sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep Penerapan, Surabaya:katapena, 2014h. 40-42. Cet.2
Beban belajar di SMPMTs untuk kelas VII, VIII, IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMPMTs adalah 40 menit.
Tabel 2.4 Beban Belajar Di SMPMts Untuk Kelas VII, VIII, IX
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
BELAJAR PER MINGGU
VII VIII
IX Kelompok A
1 Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti
3 3
3 2
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 3
3 3
3 Bahasa Indonesia
6 6
6 4
Matematika 5
5 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam
5 5
5 6
Ilmu Pengetahuan Sosial 4
4 4
7 Bahasa Inggris
4 4
4 Kelompok B
1 Seni Budaya Termasuk Muatan Lokal
3 3
3 2
PJOK Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan
3 3
3
3 Prakarya Termasuk Muatan Lokal
2 2
2 Jumlah Alokasi Waktu Perminggu
38 38
38 Keterangan:
muatan lokal dapat memuat bahasa daerah Ekstra kurikuler SMPMTs antara lain:
- Pramuka - UKS
- OSIS - PMR
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah
mata pelajaran yang yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
Seni budaya dan prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan
kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya. a.
Beban belajar Dalam struktur SMPMTs ada penambahan jam belajar per minggu dari
semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMPMTs tetap yaitu
40 menit. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah
kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran
siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan
pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta
didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
b. Organisasi kompetensi dasar dalam mata pelajaran
Menurut Abdul Majid “dalam bukunya yang berjudul implementasi
kurikulum 2013 bahwa “Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari kompetensi dasar
”.
22
Untuk kurikulum SMPMTs organisasi kompetensi dasar kurikulum dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antar kelas
dan keharmonisan antar mata pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti. Khusus untuk muatan lokal, kompetensi dasar yang berkenaan dengan seni
budaya, dan keterampilan, serta bahasa daerah dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya. Sedangkan kompetensi dasar muatan lokal
yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
22
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, Bandung: interes media, 2014 hal.55, cet.1
c. Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan afektif, kognitif, dan psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian organising element kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti,
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara
konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas jenjan di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan
konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan kompetensi inti 1: KI 1, sikap sosial
kompetensi inti 2: KI 2, pengetahuan Kompetensi inti 3: KI 3, dan penerapan pengetahuan kompetensi 4: KI 4. Keempat kelompok itu menjadi acuan dari
kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung indirect teaching pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan kompetensi inti 3 dan penerapan pengetahuan
kompetensi inti 4. Kompetensi inti SMPMTs adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 Kompetensi Inti SMPMts