Diagnosis Diagnosis Banding KERANGKA TEORI

Pterigium derajat 1 Pterigium derajat 2 Pterigium derajat 3 Pterigium derajat 4 Gambar 2.4 Derajat Ptrerigium Ghondhowiardjo,2006

2.1.6. Diagnosis

2.1.6.1. Anamnesis Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa mata sering berair dan tampak merah dan mungkin menimbulkan astigmatisma yang memberikan keluhan berupa gangguan penglihatan. Keluhan subjektif dapat berupa rasa panas, gatal atau alasan kosmetik.Pada kasus berat dapat terjadi diplopia, biasanya penderita mengeluhkan adanya sesuatu tumbuh di kornea dan kuatir akan adanya keganasanIlyas, 2011. 2.1.6.2. Pemeriksaan fisik Pada inspeksi, pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular pada permukaan konjungtiva.Pterigium dapat memberikan gambaran yang Universitas Sumatera Utara vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang avaskular dan datar Zaki, 2011. 2.1.6.3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis pterigiumadalah topografi kornea, yang untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmatisma irregular yang disebabkan oleh pterigium Fisher, 2013.

2.1.7. Diagnosis Banding

Secara klinis pterigium sering didiagnosis banding dengan kelainan mata yaitu pinguekula dan pseudopterigium Perhimpuan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2010. Pinguekula adalah kelainan mata yang terdapat pada kunjungtiva bulbi, pada bagian nasal maupun temporal, di daerah celah kelopak mata James, Chew, Bron, 2006. Pinguekula terlihat sebagai penonjolan berwarna putih kuning keabu-abuan, berupa hipertrofi yaitu penebalan selaput lendir. Bentuknya kecil, meninggi dan kadang–kadang mengalami inflamasi. Secara histopatologik pada puncak penonjolan ini terdapat degenerasi hialin. Pinguekula tidak menimbulkan keluhan, kecuali apabila menunjukkan peradangan sebagai akibat iritasi. Dalam keadaan iritasi, maka dapat disertai seperti ada benda asing Perhimpuan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2010. Menurut Vaughan 2000, prevalensi insiden meningkat dengan meningkatnya umur. Pinguekula sering pada iklim sedang dan iklim tropis dan angka kejadian sama pada laki–laki dan perempuan. Paparan sinar ultraviolet bukan merupakan faktor risiko penyebab pinguekula. Pseudopterigium mirip dengan pterigium, dimana jaringan parut fibrovaskular timbul pada konjungtiva bulbi menuju kornea Laszuarni, 2009. Dapat terjadi dalam proses penyembuhan suatu ulkus kornea atau kerusakan permukaan kornea, konjungtiva menutupi luka kornea tersebut, sehingga terlihat seolah-olah konjungtiva menjalar ke kornea. Keadaan ini disebut Universitas Sumatera Utara pseudopterigium. Pseudopterigium merupakan kelainan terdapatnya perlengketan konjungtiva dengan kornea yang cacat Ilyas, 2011. Perbedaan pseudopterigium dengan pterigium adalah: - puncak pterigium menunjukkan pulau-pulau Fuchs pada kornea sedangkan pseudopterigium tidak. - pseudopterigium didahului riwayat kerusakan permukaan kornea sedangkan pterigium tidak. Selain kedua hal di atas kadang-kadang dapat dibedakan dengan melihat pembuluh darah konjungtiva yang lebih menonjol pada pterigium daripada pseudopterigium. Pada pseudopterigium pembuluh darah konjungtiva sesuai dengan konjungtiva bulbi normal. Pada pseudopterigium dapat dimasukkan sonde di bawahnya, sedangkan pada pterigium tidak. Pterigium bersifat progresif sedangkan pseudopterigium tidak. Pseudopterigium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan kecuali sangat menganggun visus, atau alasan kosmetik Perhimpuan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2010. A B Universitas Sumatera Utara C Gambar 2.5 Diagnosa Banding Pterigium Ilyas, 2011 Diagnosis banding pterigium sangat luas. Massa pada limbus seperti papilloma, squamous sel karsinoma, melanoma konjungtiva dan pagetoid atau sebaceous karsinoma. Lesi yang jarang seperti kista epitel, pyogenic granuloma, keratoacanthoma, adenoma, fibroma, fibrochondroma, fibrous histiocytoma, angioma, lyphaangioma, Kaposi sarcoma, alveolar endothelioma, neurolommoma, maligna schwanoma, mycosis fungioides, juvenile xantthagranuloma, leukemia, episclera osseous christoma, ectopic lacrimal tissue, lipoma, amyloid, blue nevus, nevus dan limbal dermoid. Namun lesi tersebut mudah dibedakan dengan pterigium Stephen Antony, 2004.

2.1.8. Penatalaksanaan