2.2 Limbah Peternakan Babi
Peternakan babi memiliki potensi pencemaran lingkungan udara dan air. Sumber pencemaran kegiatan penyebab pencemaran lingkungan dalam usaha peternakan babi
adalah berupa kotoran feces dan urine, ceceran pakan dan minum ternak babi, dan air cucian untuk memandikan ternak babi atau pembersihan kandang Wanatabe, 1996.
Pencemaran udara oleh peternakan babi berupa bau yang tidak enak menyengat dan penyebaran virus. Bau yang menyengat berasal dari gas-gas produk
perombakan senyawa organik dari kotoran babi oleh mikroorganisme di udara. Senyawa organik yang dirombak mikroorganisme adalah senyawa multikompleks,
diantaranya asam-asam amino protein sehingga menyebar bau menyengat tidak enak. Untuk orang-orang yang tidak terbiasa, bau yang ditimbulkan oleh peternakan babi
bisa menyebabkan mual dan muntah-muntah. Selain menimbulkan bau yang menyengattidak enak, gas-gas produk perombakan kotoran ternak babi hidrokarbon
ringan terutama CH
4
, CO
2
dan NO
x
terakumulasi di udara dan memberi kontribusi bagi pemanasan global Firdaustkubh, 2009.
Pencemaran air terutama terjadi pada musim hujan akibat kotoran, darah, dan urine ternak babi yang mengalir terbawa air hujan. Yang mengandung senyawa
organik, limbah cair ini akan meningkatkan BOD air, yang menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Jika kadar oksigen suatu perairan turun, maka kehidupan
biota air seperti ikan terancam. Selain itu, air tercemar limbah peternakan babi tidak sehat digunakan untuk kebutuhan MCK, karena akan mengakibatkan gatal-gatal
Aritonang, D. 1993.
2.3 Manur Babi
Manur babi terdiri dari limbah cair dan feces yang merupakan sisa dari pencernaan makanan yang dikeluarkan oleh tubuh ternak babi,melalui proses defikasi dan limbah
cairasi. Seekor babi menghasilkan manur yang berbeda-beda,tergantung pada berat badan ternak babi dan jenis makanan yang dimakannya Maramba,1981.
Tabel 2.1. Jumlah manur yang dihasilkan oleh seekor babi
Bobot Badan kg Jumlah Manur segar kgekorhari
Maramba 1978 Sihombing dkk 1981
20 20
– 45 45
– 60 60
– 90 90
– 120 120 induk
pejantan 1,09
1,89 3,24
4,75 5,85
7,95 0,98
1,35 2,75
4,50 5,30
7,00
Bahan makanan
yang masuk
ke tubuh
babi tidak
semuanya dapatdicerna,sehingga didalam manurlimbah cair dan feces ternak babi masih
terkandung zat makanan.Kandungan zat makanan tersisa dalam manur babi dapat dilihat pada tabel2.1.
Tabel 2.2 Kandungan Zat Makanan di dalam Manur Babi Zat makanan
Manur babi Basah
Kering
Serat kasar Lemak kasar
Protein kasar BETN
Abu N
P K
12,67 12,75
26,46 31,81
13,31 4,24
2,08 1,72
14,03 9,02
22,33 39,06
15,56 3,57
2,27 1,40
Sumber : Day, 1999 Adanya zat-zat makanan di dalam manur,menjadikannya sebagai media yang
baik untuk perkembatngbiakan mikroorganisme.Aktivitas mikroorganisme memecah
bahan-bahan dalam manur limbah cair dan feces ternak babi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Gas ammonia dan hydrogen sulfide terbentuk dari protein dalam
manurlimbah cair dan feces.Kedua gas ini menimbulkan bau tidak enak Noren,1977;Curtis,1983.
2.4.Proses Pembentukan ammoniadan Hidrogen Sulfida 2.4.1 Proses Pembentukan ammonia dalam peternakan babi
Menurut Swingle dan Walter 1997,gas ammonia terbentuk dengan tiga cara yaitu: 1.
Dekomposisi Protein.Protein diuraikan oleh bakteri proteolitik menjadi asam amino.Asam amino mengalami deaminasi menghasilkan ammonia dan melalui
proses ini dihasilkan ammonia paling banyak. 2.
Hidrolisis Urea.Urea yang sebagian besar berasal dari limbah cair bersama asam urat dihidrolisis oleh enzim urease membentuk ammonium karbonat,yang mudah
terurai menjadi gas ammonia,karbon dioksida dan air. 3.
Reduksi Nitrat.Nitrat tereduksi menjadi Nitrit dan selanjutnya Nitrit tereduksi menjadi gas ammonia.
Munculnya ammonia dalam kotoran merupakan hasil dari sisa proses pencernaan protein yang tidak sempurna. Sisa protein yang banyak tersebut akan menyebabkan
banyak unsur Nitrogen N didalam kotoran yang selanjutnya sisa protein itu diubah menjadi ammonia NH
3
atau ammonium. Ammonia dalam konsentrasi yang kecil akan menimbulkan bau yang tidak enak, namun dalam konsentrasi yang besar dapat
berdampak pada masalah pernapasan, iritasi, serta dalam menyebabkan kematian. Adanya siklus Nitrogen nitrifikasi akan menyebabkan ammonia teroksidasi
menjadi nitrit oleh Bakteri Nitrosomonas yang kemudian teroksidasi menjadi nitrat oleh Bakteri Nitrobacter yang berlangsung secara anaerob. Nitrat yang terbentuk
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan alga di perairan sehingga dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang selanjutnya dapat memacu pertumbuhan alga
dan tumbuhan air secara pesat. Hal ini dapat mengurangi dan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam perairan. Nitrat yang terdapat dalam perairan dalam jangka
waktu yang lama dapat membahayakan kelangsungan hidup makhluk didalamnya.
Kandungan nitrat yang banyak juga dapat menyebabkan depresi, sakit kepala dan dapat menyebabkan kematian Banon C, 2008.
2.4.2 Proses Pembentukan Hidrogen Sulfida dalam peternakan babi
Gas hidrogen sulfida terbentuk dari asam amino yang memiliki ikatan dengan atom sulfur seperti sistein dan metionin. Dalam kondisi anaerob atau sedikit oksigen, bakteri
genus Desulfobibria menguraikan sistein dan metionin menjadi hidrogen sulfida, ammonia, asam asetat dan asam formiat. Sedangkan dalam kondisi aerob sistein dan
metionin mengalami desimilasi menjadi gas hidrogen sulfida.
2.5 Dampak Negatif Ammoniadan Hidrogen Sulfida terhadap Kesehatan
Gas Ammonia merupakan gas yang bersifat racun dan berbau tidak enak Weillinger,1984.Keberadaan gas Ammonia menyebabkan gangguan kesehatan pada
ternak dan manusia.Terutama gangguan terhadap saluran pernafasan Headon,1992. Gas Ammonia berbau menyengat keras dan pedas.Baunya mulai tercium pada
konsentrasi 5 ppmKavanagh,1992.Konsentrasi gas Ammonia pada peternakan babi yang intensif dapat mencapai 30-50 ppm Curtis, 1983.Gas Ammonia paling banyak
menimbulkan gangguan kesehatan pada ternak dan manusia dan dapat menyebabkan pencemaran udaraCole,Schuerink,dan Koning,1996.
Pada babi, ammonia dapat mengganggu produksi, menyebabkan penurunan berat badan dan meningkatkan kepekaan babi terhadap penyakit.
Menurut Maleyer,Brandt, Geen,1988 Konsentrasi 20 ppm gas ammonia menyebabkan kemauan kawin babi jantan tertunda.Penundaan itu diakibatkan bau gas
ammonia lebih tajam dan mengalahkan bau feromon yang dikeluarkan oleh ternak babi betina sehingga hormon tersebut tidak tercium oleh ternak babi jantan.
Gas Ammonia pada konsentrasi 25 ppm menyebabkan penurunan produksi dan pada konsentrasi 50 ppm menyebabkan gangguan saluran pernapasan ternak
Andreason,Baekbo,dan Niealsen 1994. Secara lebih terperinci melaporkan bahwa ternak babi yang terpapar 50 ppm gas ammonia selama 20 menit per hari dalam 4 kali
keterpaparan mengalami penurunan berat badan antara 37 – 90 kg. Ternak babi
tersebut juga lebih peka terhadap penyakit septicaemia epizooticae SE dan mycoplasma induced respiratory diseases complex MIRD-Complex.
Bau tidak enak menyengat dapat mengganggu kenyamanan masyarakatyang tinggal di sekitar kandang karena menimbulkan reaksi fisiologik tubuh seperti
timbulnya rasa muntah,mual,sakit kepala,pernapasan dangkal,batuk batuk,tidur tidak nyenyak dan kehilangan selera makanWanatabe, 1996.Konsentrasi gas ammonia
tertinggi yang dapat diterima oleh manusia adalah 25 ppm selama 8 jam atau 35 ppm selama 10 menit Andreason,1991. Dampak yang dihasilkan akibat terpapar gas
ammonia pada manusia diuraikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Dampak Terpapar Gas Ammonia pada Manusia Konsentrasi gas ammonia
ppmjam Gejala yang ditimbulkan
2 – 20
40 100
400 Iritasi mata, gangguan pernafasan
Sakit kepala, mual, nafsu makan menurun Iritasi pada permukaan mukosa
Iritasi pada hidung dan tenggorokan Sumber : Pauzenga, 1991
Gas hidrogen sulfida berbau tidak enak seperti telur busuk. Baunya mulai tercium pada konsentrasi 0,1 ppm. Keterpaparan yang terus menerus pada konsentrasi
rendah atau keterpaparan pada konsentrasi tinggi selama 30 menit sampai 1 jam dapat mematikan manusia. Gas ini sangat berbahaya karena pada konsentrasi lebih dari 30
ppm melumpuhkan indra penciuman sehingga keberadaannya tidak disadari Noren, 1977. Dampaknya pada kesehatan manusia dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 dampak terpapar gas hidrogen sulfida pada manusia Konsentrasi gas hidrogen sulfida
ppmjam Gejala yang ditimbulkan
10 20
50 – 100
200 500 per menit
600 per menit Iritasi mata
Iritasi mata, hidung dan tenggorokan Mual, muntah, diare
Pusing, depresi, rentan pneumonia Mual, muntah, pingsan
Mati Sumber : Pauzenga, 1991
Di Indonesia, baku mutu ammonia dan gas hidrogen sulfida di udara ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
KEP-03MENKLHII1991 dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Baku Mutu Ambien dan Emisi Ammonia dan H
2
S
Konsentrasi gas ammonia
H
2
S Baku mutu udara ambien
Baku mutu udara emisi : Ringan
Ketat 2,00 ppm24 jam
5,00 ppm 1,00 ppm
0,03 ppm30 menit 6,25 ppm vv
5,00 ppm vv
Sumber : Wardhana, 1995 2.6 Zeolit
Zeolit merupakan material yang memiliki banyak kegunaan. Zeolit telah banyak
diaplikasikan sebagai adsorben, penukar ion dan sebagai katalis. Zeolit adalah mineral kristal alumina silika tetrahedral [SiO
4
]
4-
dan [AlO
4
]
5-
yang saling terhubung oleh atom-atom oksigen sedemikian rupa, sehingga membentuk kerangka tiga dimensi
terbuka yang mengandung kanal-kanal dan rongga-rongga, yang didalamnya terisi oleh
ion-ion logam, biasanya adalah logam-logam alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas Chetam, 1992.
Kerangka Struktur Zeolit
Tetrahedral silika Tetrahedral alumina
Struktur kerangka zeolit disusun dari gabungan unit-unit tersebut yang tersambung oleh ion oksigen yang digunakan secara bersama-sama. Karena atom Si
dan O dalam strukturnya tidak memiliki muatan sedangkan atom Al mempunyai kelebihan muatan negatif maka struktur alumina silika tersebut harus dinetralkan oleh
kation seperti Na
+
, Ca
2+
, K
+
, dll. O
O O
Si Al
-
Si
O O O
O
Gambar 2.1 Struktur Kerangka Zeolit Zeolit alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks
dari batuan-batuan yang mengalami berbagai macam perubahan alam. Para ahli geokimia dan minerologi memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk gunung
berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan batuan metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas
dan dingin sehingga akhirnya terbentuk mineral-mineral zeolit. Anggapan lain menyatakan proses terjadinya zeolit berawal dari debu-debu gunung berapi yang
4
-
5
-
beterbangan kemudian mengendap didasar danau dan dasar lautan. Debu-debu vulkanik tersebut selanjutnya mengalami berbagai macam perubahan oleh air danau
atau air laut sehingga terbentuk sedimen-sedimen yang mengandung zeolit di dasar danau atau lautan Setyawan, 2002.
Zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : a.
Zeolit yang terdapat diantara celah-celah batuan atau diantara lapisan batuan. Zeolit jenis ini biasanya terdiri dari beberapa jenis mineral zeolit bersama-sama
dengan mineral lain seperti kalsit, kwarsa, renit, klorit, fluorit dan mineral sulfida. b.
Zeolit yang berupa batuan, hanya sedikit jenis zeolit yang berbentuk zeolit, diantaranya adalah : klinoptiolit, analsium, laumantit, modernit, filipsit, erlonit,
kabasit, dan heulandit. Zeolit alam langsung ditambang dari alam, oleh karena itu zeolit alam ini memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya mengandung banyak pengotor seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe serta kristalinitasnya kurang baik. Keberadaan pengotor-pengotor
tersebut dapat mengurangi aktivitas dari zeolit, untuk memperbaiki karakter zeolit alam sehingga dapat digunakan sebagai katalis, absorben, atau aplikasi lainnya,
biasanya dilakukan aktivasi dan modifikasi terlebih dahulu. Yunita, 2010.
2.7 Aktivasi Zeolit Alam