Belanja Modal Landasan Teori

peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Cara mendapatkan belanja modal dengan membeli melalui proses lelang atau tender. Menurut Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Anggaran, Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dam aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Menurut Halim 2004, Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada Kelompok Belanja Administrasi Umum. Belanja Modal dapat diaktegorikan dalam 5 lima kategori utama Syaiful, 2006 : 1. Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan pembelian dan pembebasaan balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai. 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian dan peningkatan kapasitas peralatan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan dan sampai peralatan dan mesin yang dimaksud dalam kondisi siap pakai. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaanpenambahan, penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaanpenambahan,penggantia peningkatan pembangunan atau pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 5. Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan dan penggantian pembangunan pembuatan serta perawatan fisik lainnya yang tidak dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah. Tabel 2.1 Komponen Biaya yang Termasuk ke dalam Belanja Modal Jenis Belanja Modal Komponen Biaya yang Dimungkinkan di dalam Belanja Modal Belanja Modal Tanah 1. Belanja modal pembebasan tanah 2. Belanja modal pembayaran honor tim tanah 3. Belanja modal pembuatan sertifikat tanah 4. Belanja modal pengurungan dan pematangan tanah 5. Belanja modal biaya pengukuran tanah 6. Belanja modal perjalanan pengadaan tanah Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1. Belanja modal bahan baku gedung dan bangunan 2. Belanja modal upah tenaga kerja dan honor pengelola teknis gedung dan bangunan 3. Belanja modal sewa peralatan gedung dan bangunan 4. Belanja modal perencanaan gedung dan bangunan 5. Belanja modal perizinan gedung dan bangunan 6. Belanja modal pengosongan dan pembongkaran bangunan lama gedung dan bangunan 7. Belanja modal honor perjalanan gedung dan bangunan Tabel 2.1 Komponen Biaya yang Termasuk ke dalam Belanja Modal Jenis Belanja Modal Komponen Biaya yang Dimungkinkan di dalam Belanja Modal Belanja Modal Peralatan dan Mesin 1. Belanja Modal Bahan Baku Peralatan dan Mesin. 2. Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin. 3. Belanja Modal Sewa Peralatan, Peralatan dan Mesin. 4. Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Peralatan dan Mesin. 5. Belanja Modal Perizinan Peralatan dan Mesin. 6. Belanja Modal Pemasangan Peralatan dan Mesin. Belanja Modal Perjalanan Peralatan dan Mesin. Belanja Modal, Jalan, Irigasi, dan Jaringan 1. Belanja Modal Bahan Baku Jalan dan Jembatan. 2. Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Jalan dan Jembatan. 3. Belanja Modal Sewa Peralatan Jalan dan Jembatan. 4. Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan. 5. Belanja Modal Perizinan Jalan dan Jembatan. 6. Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama, Jalan dan Jembatan. Jenis Belanja Modal Komponen Biaya yang Dimungkinkan di dalam Belanja Modal Belanja Modal, Jalan, Irigasi, dan Jaringan 7. Belanja Modal Perjalanan Jalan dan Jembatan. 8. Belanja Modal Bahan Baku Irigasi dan Jaringan. 9. Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor. 10. Belanja Modal Sewa Peralatan Irigasi dan Jaringan. 11. Belanja Modal Perencaan dan Pengawasan Irigasi dan Jaringan. 12. Belanja Modal Perizinan Irigasi dan Jaringan. 13. Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama, Irigasi dan Jaringan. Belanja Modal Bahan Fisik Lainnya 1. Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Pengelola Teknis Fisik lainnya. 2. Belanja Modal Sewa Peralatan Fisik lainnya. 3. Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Fisik lainnya. 4. Belanja Modal Perizinan Fisik lainnya. Belanja Modal Jasa Konsultan Fisik lainnya Sumber : Syaiful, 2006 Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, menurut kelompok belanja terdiri dari : 1. Belanja tidak langsung Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsudi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. 2. Belanja langsung Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai yang dimaksudkan untuk pengeluaran honorarium upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah; belanja barang dan jasa; dan belanja modal. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, “Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.” Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik. Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap. Semakin tinggi investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasayarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Proses pembuatan keputusan pengalokasian belanja modal menjadi sangat dinamis karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki serta terdapat banyak pihak dengan kepentingan dan preferensi yang berbeda Rubin, 1993. Pengalokasian sumber daya ke dalam anggaran belanja modal merupakan sebuah proses yang sarat dengan kepentingan- kepentingan politis. Anggaran ini sebenarnya dimasudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah daerah. Namun, adanya kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan permasalahan di masyarakat Keefer dan Khemani, 2003. Menurut Darwanto dan Yustikasari 2007, faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi keputusan dalam pengalokasian belanja daerah, termasuk pengalokasian belanja modal dibagi menjadi 2 variabel, yakni variabel non keuangan dan variabel keuangan. Variabel non keuangan meliputi: kebijakan pemerintahan dan kondisi makroekonomi; sedangkan variabel keuangan meliputi : ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan pemerintah daerah lainnya.

3. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber penerimaan yang harus selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan daerah dan pelayaan kepada masyarakat. Oleh sebab itu pertumbuhan investasi di pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur perlu diprioritaskan karena diharapkan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian regional. Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri : 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang sah Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pasal 1, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut Halim 2007 kelompok Pendapatan Asli Daerah

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN UPAH MINIMUM KABUPATEN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

0 6 23

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

0 4 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

0 3 24

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Belanja Modal (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Periode Tahun 2010-2014).

0 3 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI BELANJA MODAL (STUDI EMPIRIS PADA Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi belanja modal (Studi empiris pada pemerintah kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah).

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI BELANJA MODAL (STUDI EMPIRIS Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi belanja modal (Studi empiris pada pemerintah kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah).

0 2 13

PENDAHULUAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi belanja modal (Studi empiris pada pemerintah kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah).

0 3 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Belanja Modal Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia).

0 0 18

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran di provinsi Jawa Timur tahun 2011-2014 COVER

0 0 14

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagaivariabel Moderasi

0 0 18