Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Hipotesis Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Subyek Penelitian

commit to user 3 akan mengisi kuesioner tentang kebiasaan merokok dan evaluasi belajarnya sehingga dapat dilihat hubungan risikonya.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada perbedaan perolehan indeks prestasi antara mahasiswa kedokteran yang merokok dan yang tidak merokok?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa kedokteran yang merokok dan tidak merokok.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui risiko terjadinya perbedaan prestasi belajar yang diukur dengan indeks prestasi pada mahasiswa kedokteran yang merokok dan tidak merokok.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Memberikan pengetahuan bahwa kebiasaan merokok dapat mempengaruhi prestasi belajar pada mahasiswa.

2. Manfaat Terapan

Sebagai informasi bagi pembaca tentang efek aktivitas kebiasaan merokok terhadap prestasi belajar terkait peranan fungsi kognitif. commit to user 4 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan negatif manusia yang sudah lama dilakukan, yaitu menghisap daun-daun tembakau yang telah dicacah dan dimasukkan ke dalam kertas berbentuk silinder berukuran panjang sekitar 70 hingga 120 mm dan berdiameter sekitar 10 mm. Salah satu ujung dibakar sedangkan ujung yang lain dihisap melalui mulut. Penghisapan asap rokok tersebut menimbulkan polusi yang mengganggu orang lain serta lingkungan Wismanto dan Sarwo, 2007. Ada sekitar 4000 jenis zat yang terkandung dalam sebatang rokok yang berasal dari pembakaran daun tembakau dan reaksi kimia dari rokok yang dibakar serta komponen-komponen lain yang digunakan selama proses pembuatan sebatang rokok untuk meningkatkan cita rasanya. Salah satunya yang terkenal adalah nikotin, yang merupakan neurotoxin dari daun tembakau Haustein, 2010. Nikotin dapat mencapai otak sekitar 15 hingga 20 detik setelah dihisap, kemudian berikatan dengan reseptor asetilkolin subtipe nikotinik dan selanjutnya akan melepaskan dopamin dan hormon-hormon yang akan merubah aktivitas tubuh. Dosis satu commit to user 5 bungkus rokok sudah termasuk dosis yang cukup bermakna, karena satu batang rokok mengandung 0.5-1 mg nikotin yang dapat menyebabkan toksisitas bagi orang yang terbiasa merokok per hari, walaupun dosis tersebut rendah Perkins et al. , 2008; Kaplan dan Sadock, 1997. Wismanto dan Sarwo 2007 menyebutkan berbagai penelitian yang telah dilakukan memberi hasil dampak dari kebiasaan merokok. Antara lain adalah timbulnya penyakit seperti penyakit paru-paru, jantung, janin, otak dan kanker pada mulut, faring, bahkan hingga kelainan janin pada ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok dan seringkali berujung pada kematian. Merokok memiliki banyak efek negatif pada kesehatan, bahkan pada fungsi otak pun, perokok cenderung mengedepankan emosinya saat menanggulangi masalah. Kriteria perokok umumnya dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan jumlah batang rokok yang dihabiskan per hari. Perokok ringan menghabiskan sekitar 14 batang, perokok sedang menghabiskan sekitar 15 - 24 batang, perokok berat menghabiskan 25 lebih batang per hari. Selain kriteria tersebut ada juga yang dinamakan mantan perokok yaitu mereka yang dahulunya pernah memiliki kebiasaan merokok tetapi pada masa sekarang sudah tidak memiliki kebiasaan merokok lagi. Kemudian, non-smoker yaitu mereka yang tidak merokok baik di masa lampau maupun sekarang, atau mereka yang commit to user 6 hanya merokok 1 – 2 batang saja Eysenck et al ., 1960. Namun menurut Kaplan dan Sadock 1997 merokok satu bungkus yang berisi sekitar 12 batang, sudah termasuk dalam kriteria perokok berat.

2. Belajar

a. Definisi Belajar adalah sebuah proses yang mengandung tiga unsur yakni tujuan pengajaran, proses atau pengalaman belajar mengajar, dan hasil belajar. Proses belajar mengajar dilakukan bertujuan agar tujuan pengajaran tercapai. Hasil belajar adalah suatu tindakan menilai sejauh mana tujuan pengajaran itu dicapai oleh siswa. Hasil belajar dapat dilihat dan diukur dengan indeks prestasi, nilai-nilai ulangan harian dan raport Sudjana, 1990. Belajar merupakan suatu proses berpikir dan salah satu fungsi luhur dalam otak yakni kemampuan bahasa. Guyton 2007 menerangkan bahwa Area Wernicke di Hipotalamus adalah area yang mengatur kemampuan tersebut. Proses berpikir ini terkait dengan kemampuan intelegensi yang merupakan salah satu komponen dari fungsi kognitif. commit to user 7 b. Peranan fungsi kognitif Kognisi terkait dengan fungsi otak yang lebih kompleks, mencakup kemampuan persepsi, ingatan, perhatian, penerimaan dan pengolahan informasi serta intelegensi atau kecerdasan yang lebih dominan pada otak kiri Ginsberg, 2005. Seperti diuraikan dalam definisi, belajar merupakan proses mencapai tujuan pengajaran dan ditunjang oleh kemampuan intelegensi seseorang. Sebenarnya untuk mencapai hasil belajar yang baik tidak hanya diperlukan intelegensi saja, akan tetapi seorang siswa perlu mengandalkan perhatian saat belajar di kelas, menggunakan ingatan dan kemampuan- kemampuan kognitif, serta kesehatan badan dan mental pada umumnya Suharnan, 2005. Selanjutnya, tujuan pengajaran dapat dilihat dari hasil belajar, penilaian atau evaluasi belajar. Menurut Sudjana 1990 penilaian sumatif adalah cara penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program seperti catur wulan dan semester. Mahasiswa mendapat hasil belajar berupa indeks prestasi setiap akhir semester. commit to user 8

3. Merokok dan Penurunan Prestasi Belajar

Banyak uraian tentang dampak negatif merokok pada kesehatan fisik seperti penyakit sistem kardiovasuler, sistem pernapasan dan kanker. Namun, dampak negatif merokok juga terdapat pada fungsi otak seperti kecanduan oleh karena kandungan nikotin. Kesehatan psikis pernah dilaporkan terganggu dengan adanya pajanan rokok yang lama. Sebuah penelitian longitudinal menyebutkan merokok dapat menyebabkan gangguan dan perubahan fungsi kognitif menjadi turun ketika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok Haustein, 2010; Perkins et al. , 2008. Kemampuan mengingat yang merupakan salah satu fungsi kognitif memiliki peran dalam kemampuan bahasa atau proses berpikir dan belajar. Kebiasaan merokok dihubungkan dengan risiko kemampuan ingatan yang buruk. Sebuah penelitian cross sectional memberi hasil bahwa didapatkan hasil yang lebih rendah dalam tes fungsi kognitif pada perokok dibandingkan dengan orang yang tidak merokok serta mantan perokok. Mantan perokok memiliki risiko lebih rendah karena mereka melakukan penghentian perilaku merokok sehingga memiliki peningkatan perilaku gaya hidup yang akan berimbas juga pada perbaikan fungsi kognitif setelah sekian lama terpajan dengan kebiasaan merokok Sabia, 2008; McEwen, 2006; Elwood et al ., 1999. commit to user 9 Deary et al. 2003 menyebutkan bahwa fungsi kognitif yang ada pada usia 11 tahun akan dapat berubah menjadi seperti usia 80 tahun. Orang-orang yang termasuk dalam kategori perokok aktif dan sudah lama memiliki kebiasaan buruk tersebut memiliki fungsi kognitif dan kecepatan psikomotor yang jelek. Efek langsung merokok pada penurunan fungsi kognitif dihubungkan dengan adanya unsur-unsur biokimia pada rokok dan kelainan- kelainan otak terkait dengan rokok. Menurut Perkins et al. 2008, Mc Ewen 2006, serta Kaplan dan Sadock 1997 nikotin yang merupakan kandungan dalam tembakau, merupakan suatu zat kimia yang sangat toksik. Pada dosis rendah sekalipun, termasuk dalam kebiasaan merokok secara umum zat ini dapat menyebabkan gejala toksisitas seperti mual, pusing, peningkatan denyut nadi, tremor, bahkan kesulitan berkonsentrasi. Apalagi jika perokok sudah mengalami ketergantungan, maka ketika perokok tidak menambah dosis nikotin, hal yang akan muncul adalah gejala putus nikotin seperti ganguan mood , frustasi, cemas, gangguan konsentrasi serta gelisah karena kadar nikotin yang drop . Hal ini terjadi karena salah satu efek nikotin pada fungsi otak adalah menyebabkan otak ingin terus mencari dan mengulangi pemaparan nikotin tersebut, terkait dengan lepasnya dopamin pada jalur area tegmental ventral ke korteks serebri dan sistem limbik. Nevid et al. 2003 menjelaskan bahwa apabila nikotin menyebabkan commit to user 10 peningkatan kewaspadaan dan mood yang bagus, perlu diketahui bahwa hal itu hanya terjadi secara singkat. Hal itu bukan merupakan manfaat yang bisa dipertahankan. Efek ketergantunganlah yang akan menyebabkan hal tersebut. Kesehatan mental dan psikologi menjadi tidak sehat. Cakupan fungsi kognitif tersebut di atas berdampak satu sama lain. Intelegensi atau kecerdasan dapat terpengaruh oleh karena terganggunya fungsi kognitif secara umum sehingga kemampuan bahasa atau proses belajar akan terganggu pula seperti yang dikemukakan oleh Suharnan 2005. Guyton 2007 menjelaskan bahwa fungsi Area Wernicke tergantung pada fungsi- fungsi area di dekatnya yang merupakan fungsi kognitif itu sendiri ditambah fungsi bicara dan pendengaran. Penelitian tentang perilaku berisiko terhadap prestasi belajar juga diungkapkan oleh Mananta 2008 bahwa ada hubungan merokok terhadap penurunan prestasi belajar siswa sebesar 5.505 kali dengan menggunakan analisis data C hi Square . Penelitian tersebut berbicara tentang perilaku beresiko seperti mengkonsumsi napza, kebiasaan menonton film porno, dan merokok yang berisiko terhadap prestasi belajar pada siswa SMA. Pada penelitian ini, dikhususkan untuk perilaku merokok yang memiliki imbas pada prestasi belajar pada mahasiswa. commit to user 11 Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar yang merupakan tindakan mengevaluasi proses belajar itu sendiri dalam mencapai tujuan pengajarannya, hal ini disebut juga prestasi belajar atau penguasaan pengetahuan terhadap mata pelajaran. Hasil belajar tersebut bisa dalam bentuk perolehan indeks prestasi atau penilaian sumatif tiap semester. Prestasi belajar yang baik diukur dengan IP di atas 2,50, sedangkan prestasi belajar yang kurang baik ditunjukkan dengan IP kurang dari 2,50 Sudjana, 1990. commit to user 12

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan: : menyebabkan : mempengaruhi

C. Hipotesis

Ada perbedaan prestasi belajar yang diukur dengan indeks prestasi antara mahasiswa kedokteran yang memiliki kebiasaan merokok dan mahasiswa kedokteran yang tidak merokok Kebiasaan merokok Terpajan nikotin pada sistem limbik Indeks Prestasi Lingkungan pendidikan, kepribadian, umur, jenis kelamin Gangguan fungsi kognitif dan konsentrasi pada otak Pelepasan dopamin di area tegmental ventral Toksisitas nikotin pada sistem limbik Tidak merokok Tidak terpajan nikotin pada sistem limbik Tidak terjadi peningkatan pelepasan dopamin Tidak terjadi toksisitas pada sistem limbik Tidak terjadi gangguan pada fungsi kognitif commit to user 13 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Surakarta

C. Subyek Penelitian

1. Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta Surakarta. 2. Subyek penelitian Subyek dalam penelitian ini terdiri atas subyek kasus dan subyek kontrol. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi subyek kasus sebagai berikut: a. Kriteria inklusi: 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran di atas semester IV dengan kebiasaan merokok mulai dari tingkatan ringan sampai tingkatan berat selama 1 tahun commit to user 14 2 Jenis kelamin laki-laki 3 Tidak punya gangguan fisik dan mental 4 Ikut dalam penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap b. Kriteria eksklusi: 1 Mahasiswa tidak merokok 2 Jenis kelamin perempuan 3 Memiliki gangguan fisik dan mental 4 Data kuesioner tidak lengkap Kriteria inklusi dan eksklusi pada subyek kontrol antara lain: a. Kriteria inklusi: 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran di atas semester VI yang tidak memiliki kebiasaan merokok 2 Jenis kelamin laki-laki 3 Tidak memiliki gangguan fisik dan mental 4 Ikut dalam penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap b. Kriteria eksklusi: 1 Mahasiswa merokok 2 Jenis kelamin perempuan 3 Memiliki gangguan fisik dan mental 4 Data kuesioner tidak lengkap commit to user 15 3. Besar subyek penelitian Subyek berjumlah 184 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran di atas semester VI yang memenuhi persyaratan, yaitu: a. 92 mahasiswa merokok sebagai kasus, dan b. 92 mahasiswa tidak merokok sebagai kontrol

D. Teknik Sampling

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Merokok di Kalangan Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Stambuk 2010

1 60 65

Perbedaan Rasio D2:D4 antara Laki-laki dan Perempuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

3 53 62

Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kebiasaan Merokok Dikalangan Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 38 53

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS ILMU KESEHATAN Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 7 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA LAKI-LAKI Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 7 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 4

PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2007 dan 2008.

0 0 13

Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Merokok di Kalangan Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Stambuk 2010

0 0 19

Perbedaan Rasio D2:D4 antara Laki-laki dan Perempuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

0 0 13