Pengertian Bahan Tambah Drying shrinkage Autogenus Shrinkage Chemical Shrinkage Carbonation Shrinkage Plastic Shrinkage

commit to user 13 Gambar 2.1 Limbah beton dan limbah yang sudah diolah

2.2.5.3. Air

Air merupakan bahan dasar pembuat dan perawatan beton, penting namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang memenuhi syarat sebagai air minum, memenuhi syarat pula untuk bahan campuran beton. Tetapi tidak berarti air harus memenuhi persyaratan air minum. Jika diperoleh air dengan standar air minum, maka dapat dilakukan pemeriksaan secara visual yang menyatakan bahwa air tidak berwarna, tidak berbau, dan cukup jernih. Menurut Tjokrodimuljo 1996, dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut: a. Kandungan lumpur benda melayang lainnya maksimum 2 gramliter. b. Kandungan garam-garam yang merusak beton asam, zat organik, dll maksimum15 gramliter. c. Kandungan klorida Cl maksimum 0,5 gramliter. d. Kandungan senyawa sulfat maksimum 1 gramliter.

2.2.5.4. Bahan Tambah

a. Pengertian Bahan Tambah

Bahan tambah merupakan bahan selain unsur pokok bahan penyusun beton semen, air, dan agregat yang ditambahkan ke dalam adukan material penyusun beton sebelum atau selama proses pencampuran. Bahan ini biasanya ditambahkan commit to user 14 kedalam beton apabila diinginkan untuk mengubah sifat-sifat beton, baik itu dalam keadaan segar maupun setelah beton itu mengeras. Hal ini juga dilakukan mengingat berbagai persoalan yang ada di lapangan sangat kompleks, sehingga dibutuhkan cara-cara khusus untuk menanggulanginya.

b. Accelellator

Accelerator adalah bahan tambah yang berfungsi untuk untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton maupun mortar, bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton maupun mortar. Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah air, atau pada struktur beton yang memerlukan pengerasan segera.

2.2.5.5. Serat Baja Ban Bekas

Dewasa ini, serat yang paling populer yang dipakai di luar negeri adalah serat baja steel fiber. Salah satu penyebab pemakaian konsep beton serat belum banyak dikenal di Indonesia adalah belum tersedianya serat baja secara murah dalam jumlah banyak karena harus mendatangkannya dari luar negeri. Untuk mengatasi hal tersebut, telah ditemukan solusi alternatif dengan menggunakan serat baja ban bekas. Dari penelitian sebelumnya membuktikan bahwa sifat – sifat beton yang kurang baik dapat diperbaiki dengan menambahkan serat yang terbuat dari potongan kawat ban bekas. Ide dasar penambahan serat adalah memberi tambahan pada beton dengan serat yang disebarkan secara merata ke dalam adukan beton dengan orientasi random akan dapat mencegah terjadinya retak-retak beton secara dini, baik akibat panas hidrasi, penyusutan, dan pembebanan Harjono, 2001. commit to user 15 Penambahan serat dalam beton dapat memperbaiki kekuatan tarik beton dan sifat getasnya Soroushian dan Bayashi, 1987. Untuk beton berserat, serat akan berfungsi dengan baik jika ukuran panjang serat lebih besar dari ukuran agregatnya. Apabila agregatnya yang lebih besar dapat meyebabkan penggumpalan serat, serat tidak mampu mengikat antar agregat. Hal ini memungkinkan munculnya efek negatif pada sifat beton yang dihasilkan. Ketika beton dibiarkan mengering pada tempat yang terbuka maka beton tersebut akan menyusut. Hal ini disebabkan karena pada beton terjadi proses penguapan atau evaporasi sehingga tegangan pori pada beton meningkat akibat berkurangnya kadar air. Pada saat beton mengeras dan menyusut, retak yang sangat kecil akan berkembang. Bila retak kecil tersebut terpotong oleh batangan-batangan serat maka retak tersebut akan tecegah untuk berkembang menjadi retak yang lebih besar. Penelitian ini menggunakan serat dari limbah industri yaitu kawat baja ban bekas.. Serat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ukuran panjang 50 mm dengan prosentase campuran 0, 0.5, 1, 1.5 dari volume adukan beton. Limbah industri ban bekas dan serat baja dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Limbah industri ban bekas dan serat baja

2.2.6. Sifat Struktural Beton Serat

Peningkatan sifat struktural yang diperlihatkan oleh beton serat dipengaruhi oeh hal-hal sebagai berikut : commit to user 16 a. Orientasi penyebaran Dispersion Short Fiber yang acak. Arah penyebaran serat yang acak dan terdistribusi secara merata dan baik akan menyebabkan peningkatan sifat struktural yang optimal. Untuk mencapai hal ini maka faktor yang perlu diperhatikan adalah metode penyebaran dan pencampuran serat ke dalam adukan, konsentrasi dan aspek rasio serat. b. Lekatan pada Alur Retakan Ukuran serat yang pendek dan tidak menerus, memungkinkan terjadinya alur retak tidak melewati serat, sehingga lekatan antara serat dan partikel penyusun beton dalam komposit menjadi tidak optimal. Apabila lekatan serat yang terjadi pada massa beton lebih kecil dari kuat tarik serat, maka kekuatan beton serat akan ditentukan oleh kuat lekat serat bond strength. c. Panjang tertanam serat yang tidak teratur acak Gaya aksial yang diakibatkan oleh tegangan lekat serat pada pasta semen, merupakan fungsi dari panjang tertanam minimum serat pada bidang retak. Panjang tertanam serat ini juga tidak teratur.

2.2.7. Penyusutan pada Beton Shrinkage

2.2.7.1. Definisi Shrinkage

Pada awal pengerasan beton selalu terjadi penyusutan pada beton. Penyusutan volume beton yang tidak dipengaruhi oleh perubahan beban disebut Shrinkage. Shrinkage yang berlebih pada beton mengakibatkan terjadinya deformasi seiring bertambahnya umur beton. Besarnya susut pada beton akan tergantung pada keterbukaan beton itu sendiri. Keterbukaan terhadap angin akan mempercepat kecepatan susut beton, sedangkan atmosfir yang lembab akan mengurangi kecepatan susut.Biasanya regangan susut berkisar antara 0,0002 sampai 0,0006. Tapi terkadang dapat mencapai 0,001. commit to user 17 Sumber : R.Park and T.Paulay 1974 Gambar 2.3. Penyusutan Terhadap Waktu

2.2.7.2. Macam-macam Shrinkage

Saat ini sudah dikenal 5 macam shrinkage yaitu sebagai berikut :

a. Drying shrinkage

Drying shrinkage adalah penyusutan yang terjadi karena penguapan air pori dan penguapan permukaan evaporasi. Ketika beton berada di lingkungan kering maka akan terjadi penguapan dan terjadi kehilangan uap air, yang dikenal sebagai drying shrinkage pada beton tersebut.

b. Autogenus Shrinkage

Autogenus shrinkage adalah penyusutan yang terjadi karena berkurangnya air pori karena dikonsumsi semen untuk proses hidrasi sehingga menyebabkan naiknya tegangan pori. Autogenus shrinkage dimulai beberapa jam setelah beton dituang dalam cetakan.

c. Chemical Shrinkage

Chemical shrinkage adalah suatu reaksi kimia antara semen dan air dimana volume hasil hidrasi pasta semen lebih kecil dari volume mula-mula.

d. Carbonation Shrinkage

Seiring dengan proses karbonasi yang berarti reaksi antara CO 2 dengan hasil hidrasi semen, beton mengalami penyusutan yang disebut Carbonation shrinkage. commit to user 18 Proses ini berlangsung sangat lambat dan tergantung pada permeabilitas beton, moisture content, CO 2 dan kelembaban relatif dari lingkungan.

e. Plastic Shrinkage

Plastic Shrinkage adalah perubahan volume akibat berkurangnya air dalam beton segar fresh concrete pada proses hidrasi. Berkurangnya air tersebut akibat adanya penguapan air pada permukaan beton evaporasi dan penyerapan absorbsi. Penyusutan ini besarnya kira-kira 1 dari volume sebenarnya dari semen saat kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi plastic shrinkage antra lain suhu udara, kelembaban relatif dan kecepatan angin.

2.2.7.3. Drying Shrinkage Beton

Hilangnya air pori pada drying shrinkage akan menyebabkan terjadinya tegangan kapiler yang menyebabkan dinding-dinding kapiler tertarik sehingga beton akan menyusut. Beton akan mengalami drying shrinkage selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sampai kandungan air dalam beton tersebut telah habis menguap. Dengan adanya perawatan yang baik pada beton yaitu dengan cara disiram air pada umur awal maka drying shrinkage beton akan tertunda karena adanya penyediaan kelembaban dari siraman air tersebut. Setelah beton mencapai kekuatan yang dinginkan maka perawatan boleh dihentikan, jadi drying shrinkage yang terjadi tidak akan mengurangi kekuatan beton. Tetapi dalam penelitian ini yang diselidiki adalah besarnya drying shrinkage, maka tidak dilakukan perawatan agar drying shrinkage bisa segera diketahui.

2.2.7.4. Mekanisme Terjadinya Drying Shrinkage

Berikut ini akan dijelaskan mekanisme terjadinya drying shrinkage dalam suatu beton : commit to user 19 a. Sifat dasar yang tidak stabil dari pembentukan kalsium silikat hidrat pada proses penyusutan saat terjadi pengeringan. Sifat yang tepat dari mekanisme ini sukar dimengerti dan merupakan sesuatu yang bersifat permanen. b. Dalam pasta semen terdapat pori-pori besar dan kecil. Mula-mula pori-pori yang terdapat dalam beton terisi penuh oleh air, tetapi dengan bertambahnya umur beton maka air tersebut secara perlahan-lahan akan menguap dari beton. Air yang pertama menguap adalah air dari pori yang besar, berlangsung sampai air pada pori yang besar habis. Berkurangnya air dari pori yang besar ini belum cukup menimbulkan tegangan kapiler yang akan mengakibatkan shrinkage. Selanjutnya setelah air dari pori yang besar habis menguap maka air dari kapiler yang lebih kecil dan lebih halus secara berangsur-angsur akan mulai menguap. Kehilangan air dari kapiler kecil inilah yang akan menyebabkan terjadinya tegangan pori yang signifikan dan menyebabkan terjadinya shrinkage. Mekanisme ini akan dijelaskan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Mekanisme Shrinkage c. Luas permukaan dari sistem koloid pasta semen cukup luas sehingga air yang terserap di permukaan akan mempengarhi keseluruhan sifat sistem koloid commit to user 20 tersebut. Ketika air menguap maka akan terjadi perubahan energi di dalam koloid silikat hidrat. Perubahan energi ini akan menyebabkan penyusutan. d. Pada saat semen bercampur sengan air maka akan terjadi reaksi kimia, hal ini yang disebut dengan proses hidrasi. Proses ini menghasilkan produk berupa kalsium silikat gel C-S-H gel dan kalsium hidroksida. Air yang ada pada beton sebagian digunakan untuk proses hidrasi dan sebagian lagi digunakan untuk mengisi pori-pori pada pasta semen. Pada saat beton mulai mengering, air bebas pada pori yang tidak terikat secara fisik maupun kimiawi akan keluar, tetapi tidak begitu signifikan menyebabkan perubahan volume. Saat air bebas habis, air yang terikat secara fisik keluar, sehingga hal inilah yang signifikan menimbulkan terjadinya penyusutan. Proses hidrasi pada pasta semen dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5. Proses hidrasi pada pasta semen Proses-proses tersebut di atas berperan secara terpisah dan atau berkombinasi sehingga menyebabkan terjadinya drying shrinkage. air agregat semen hidrasi Fase CSH Pori-pori kapiler commit to user 21

2.2.7.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Drying Shrinkage

Penyusutan akan terjadi apabila ada faktor-faktor penyebab berikut :

a. Jumlah agregat