Aktivitas dakwah santri di pondok pesaantren qotrum nada cipayung

(1)

AKTIVITAS DAKWAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN

QOTRUN NADA CIPAYUNG JAYA DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun oleh : Sri Ayu Rahayu Nim : 107051002395

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

AKTIVITAS DAKWAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA CIPAYUNG JAYA DEPOK

Pondok pesantren Qotrun Nada merupakan pesantren yang sudah cukup di kenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Cipayung Jaya Depok. Dari banyaknya pesantren yang ada di kota Depok, pondok pesantren Qotrun Nada merupakan pesantren yang cukup unggul sekota Depok, karena dengan kegiatan-kegiatannya yang bagus dan kesederhanaannya yang dimiliki oleh pondok pesantren Qotrun Nada tersebut. Karena dengan kesederhanaannya dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya, membuat tertarik masyarakat untuk memasuki anaknya ke Qotrun Nada khususnya masyarakat Cipayung Jaya. maka penulis tertarik untuk meneliti pondok pesantren Qotrun Nada ini dengan judul “Aktivitas Dakwah Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya Depok.”

Adapun yang akan diteliti oleh penulis yaitu aktivitas apa saja yang dilaksanakan di Qotrun Nada, bagaimana pelaksanaan aktivitas dakwah pondok pesantren Qotrun Nada baik dalam dakwah Bil Lisan maupun dakwah Bil Hal, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat di pondok pesantren Qotrun Nada.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penulis mengadakan penelitian ini dengan cara wawancara, observasi langsung kelapangan dan ikut serta dalam kegiatan pengajian seperti: pengajian ratiban yang dilaksanakan setiap malam Jum’at dan kegiatan muhadhoroh.

Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisis data. Aktivitas dakwah santri yang dilaksanakan di pondok pesantren Qotrun Nada baik dalam bentuk Bil Hal dan Bil Lisan bertujuan semata-mata untuk menuntut Ilmu, khususnya Ilmu agama dan serta dapat memberikan apresiasi tentang peningkatan akhlak santri, sehingga generasi yang akan datang masih ada penerus-penerus yang akan memperjuangkan agama Islam.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang telah memberikan berbagai macam nikmat, rahmat dan karunia-Nya serta kasih sayang-Nya yang tidak terduga serta telah member kekuatan, kesabaran dan pertolongan kepada penulis hingga terselesainya tugas akhir ini.

Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan kita pengetahuan tentang hakikat kebenaran yang sesungguhnya, dan dengan ajarannya kita bisa menanggapi segala problematika kehidupan ini dengan suatu ketenangan, kesabaran, dan solusi yang terbaik.

Selama proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dan alami, baik yang menyangkut waktu, pengumpulan bahan-bahan, pembiayaan dan sebagainya. Namun, kesemuanya itu akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, karena berkat kesungguhan hati, do’a dan kerja keras dan disertai dorongan dan bantuan dari banyak pihak.

Skripsi ini mungkin bukanlah sesuatu yang sempurna bahkan yang baru, karena meskipun didalamnya masih banyak kekurangan (penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang tentunya membangun) dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang banyak. Sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih dan rasa penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak DR. H Arif Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik. 3. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA. Selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan.


(7)

5. Bapak Drs. Jumroni, M.S, Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

6. Ibu Umi Musyarofah, MA, seketaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus selaku pembimbing, yang telah bersedia meluangkannya memberikan bimbingan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini dan penulis berharap Ibu dan keluarga selalu mendapatkan kesehatan dan dimudahkan segala macam aktivitasnya oleh Allah SWT, Amin.

7. Seluruh Dosen KPI yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan berlangsung.

8. Kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda H.Anda. St. Bagindo dan Ibunda Hj. Yulmaita, yang selalu memberikan support baik moral dan materil serta do’a yang tidak pernah henti-hentinya kepada penulis hingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.

9. Seluruh santri Qotrun Nada khususnya Zahratus Sa’adah, Sri Wahyuni dan Shela Amelia dan seluruh para Ustad Pondok Pesantren Qotrun Nada khususnya ustad Ready Gunawan, ustad Shofian Efendy dan ustad Musa Abadi Wahab yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sekitar Pondok Pesantren Qotrun Nada. Terutama kepada Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada yaitu KH. Burhanudin Marzuki yang telah meluangkan waktunya dan memberikan informasi kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini selesai.

10.Seluruh teman-teman KPI angkatan 2007, yang selalu menyegarkan suasana dan menjadikan hidup lebih hidup.

11.Seluruh Staf perpustakaan utama dan staf perpustakaan dakwah dan komunikasi yang telah meminjamkan buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT semoga semua pihaak yang telah memberikan dukungan moral, materi, dan do’a mendapatkan balasan dan keridhoan dan Allah SWT (Amin).


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan perumusan Masalah...6

C. Tujuan dan Manfaat penelitian...6

D. Tinjauan Pustaka...7

E. Metodologi Penelitian...8

F. Sistematika Penulisan...11

BAB II : KERANGKA TEORITIS A. Pengertian Aktivitas...13

B. Pengertian Dakwah...14

C. Unsur-Unsur Dakwah...17

D. Tujuan Dakwah……….……….…...30

E. Fungsi-fungsi Dakwah………31


(9)

BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA

A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Qotrun

Nada...35

B. Struktur Organisasi………...39

C. Visi dan Misi………... 40

D. Tujuan ………...41

E. Program Kerja Pondok Pesantren Qotrun Nada...42

1. Kegiatan Harian………....…….42

2. Kegiatan Mingguan………...…....42

3. Kegiatan Bulanan………...…...43

4. Kegiatan Tahunan………..43

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Aktivitas Dakwah Pondok pesantren Qotrun Nada...44

1. Pelaksanaan Dakwah Bil-Lisan : 1. kegiatan Harian ………..…….…….….……...44

2. kegiatan Mingguan………...….……...50

3. Kegiatan Bulanan……….………54

4. Kegiatan Tahunan...55

2. Pelaksanaan Dakwah Bil-Hal : 1. Penyembelihan Hewan Qurban...61

2. Kegiatan Bakti Sosial...62

B. Metode Pelaksaan Dakwah Pondok Pesantren Qotrun Nada...64

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Kegiatan Pondok Pesantren Qotrun Nada...67


(10)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan………69

B. Saran-saran……….…70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.1

Islam juga merupakan ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam keseluruhan ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi kegenerasi berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi.2

Dakwah sangatlah penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena tanpanya manusia akan sesat. Berarti hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas kemanusiannya merosot. Tanpa adanya dakwah

1

Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang 1993), Cet ke-3, h.1

2


(12)

manusia akan kehilangan akhlak, nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, binal, kehilangan moral, akan saling menindas, saling memakan dan saling memeras. Tanpa adanya dakwah atau karena lemahnya dakwah maka manusia akan melakukan kerusakan dimana-mana. Sumber daya alam akan dipergunakan semaunya yang pada gilirannya akan terjadi kerusakan dan kebangkuratan dimana-mana.3

Firman Allah SWT:

                                         

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesaat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125).

Kata ud’u yang diterjemahkan dengan ajakan adalah fi’il amr. Menurut aturan ushul fiqh, setiap fi’il amr menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau lain-lainnya. Jadi melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada dalam hal ini dalil-dalil lain yang memalingkan kepada sunah atau ibadah (boleh dikerjakan atau boleh tidak).

Wajib itu ada dua jenis, yakni wajib aini dan wajib kifa’i. wajib aini maksudnya setiap orang Islam dewasa tidak ada uzur wajib mengerjakannya, baik laki-laki maupun perempuan, seperti sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan dan lainnya. Sedangkan wajib kifa’i artinya harus ada seseorang didalam satu tempat atau kelompok yang

3

Nawari Ismail, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah Dan Penerapannya, (Jakarta: Pt Bulan Bintang 2004), Ed ke- 2, h. xiv


(13)

mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu. Kalau tidak maka mereka berdosa semuanya seperti sholat jenazah, menyuruh ma’ruf (berbuat baik), melarang munkar (berbuat jahat) dan lain-lainnya. Adapun jenis wajib yang dimaksud didalam dakwah Islamiyah ini pada asalnya adalah wajib kifa’i tetapi harus diingat tentang pertanggungan jawabannya.4

Sebagai diketahui aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasulallah SAW. : “Ballighu ‘anni walau ayat.” Inilah yang membuat kegiatan atau aktifitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam itu sebabnya aktifitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakaukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah tersebut.5 Dan salah satu tempat yang dapat dijadikan untuk mengembangkan dakwah dalam melalui aktivitas-aktivitas dakwah yang dilaksankannya adalah Pondok Pesantren Qotrun Nada.

Di Indonesia pondok pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan yang mewujudkan proses wajar dalam perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis, pondok pesantren tidak hanya mengandung makna dakwah Islam, melainkan juga mengandung unsur keaslian Indonesia. Sebab, lembaga pendidikan berasrama yang serupa ini

4

Muhammad Nuh Sayid. Dakwah Fardiyah pendekatan personal dalam dakwah, Solo: Era Intermedia, 1996. Hal.4

5

Drs.H.Munzier Suparta.M.A.,Metode Dakwah,(Jakarta: Kencana, 2009), Cet ke-3. h.viii.


(14)

sudah terdapat pada masa kekuasaan Hindu-Budha dengan nama pedepokan. Kemudian, datangnya Islam ke Indonesia telah berhasil meneruskan serta meng-Islam-kannya menjadi pesantren. Pada masa pra Islam, lembaga pendidikan model pesantren berfungsi mencetak elit agama Hindu-Budha. Kemudian, pada masa Islam pesantren berkembang menjadi pusat berlangsungnya proses pembelajaran ilmu-ilmu keislaman. di pesantren itulah muslim Indonesia mendalami ajaran dasar keislaman.6

Dengan menyadarkan diri kepada Allah SWT, para kyai pesantren memulai pendidikan pesantrennya dengan modal niat ikhlas dakwah untuk menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana dan terbatas. Inilah ciri pesantren, tidak tergantung kepada sponsor dalam melaksanakan visi dan misinya. Memang sering kita jumpai dalam jumlah kecil pesantren tradisional dengan sarana prasarana yang megah, namun para kyai dan santrinya tetap mencerminkan perilaku-perilaku kesederhanaan. Relevan dengan jiwa kesederhanaan di atas, maka tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, dan menegakkan agama Islam.7

Salah satu pesantren yang dapat dijadikan untuk mengembangkan dakwah dalam melalui aktifitas-aktifitas dakwah yang dilaksanakannya adalah Pondok Pesantren Qotrun Nada. Pesantren ini merupakan pesantren

6

Umi Musyarrofah. Dakwah K.H. Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, (Jakarta: Uin Jakarta Press 2009), Cet.ke-1, h. 4-5

7

M.Sulthon Masyhud & Moh.Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka 2005), Cet.ke-2, h. 92-93


(15)

yang sudah cukup di kenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Cipayung Jaya Depok, dari banyaknya pesantren yang ada di kota Depok, pondok pesantren Qotrun Nada adalah pesantren yang cukup unggul sekota Depok dan aktivitas yang dilaksanakannya pun berbeda dengan pesantren kota Depok lainnya.

Dengan berbagai aktivitas yang berbeda dengan pesantren sekota Depok lainnya, banyak para orang tua memasukkan anaknya ke pesantren Qotrun Nada, karena selain aktivitasnya yang begitu banyak dan bagus tapi bayarannya itu cukup murah dan terjangkau.8 Dan salah satu aktifitas pondok pesantren Qotrun Nada yang berbeda dengan pesantren lain yaitu kegiatan Batsul Masail dan pengajian Amsilati, yang mana Batsul Masail ini membahas tentang masalah fiqih, seperti membahas toharoh, jual beli dalam Islam, haid, nifas, riba dan lain-lain. Dan metode belajarnya ini seperti persentasi, ada Tanya jawab, dan sekaligus bisa saling tukar pendapat maupun pikiran, sedangkan kalau pengajian Amsilati itu, gunanya untuk cara cepat membaca kitab kuning, dan pengajian kitab Amsilati ini hanya di pondok pesantren Qotrun Nada saja yang baru melaksanakannya sedangkan di pesantren Depok lainnya belum ada yang melaksanakannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang mempunyai daya tarik cukup besar bagi para santri.

Oleh karena itu, Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dalam bentuk judul :

8

Waw ancara Pribadi Shela Amelia. Sant ri Pondok Pesant ren Qot run Nada. Jakart a 21 M aret 2011


(16)

“Aktivitas Dakwah Santri Di Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya Pancoran Mas Depok”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Batasan dalam kajian karya Ilmiah ini di batasi yang terkait dalam Aktivitas dakwah santri Pondok Pesantren Qotrun Nada meliputi kegiatan Dakwah Bil-Lisan dan Dakwah Bil-Haal.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti akan merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Aktifitas dakwah apa saja yang dilaksanakan oleh para santri yang ada di pondok pesantren Qotrun Nada ?

b. Bagaimana pelaksanaan aktifitas dakwah santri di pondok pesantren Qotrun Nada ?

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat di pondok pesantren Qotrun Nada ini dalam melaksanakan aktivitasnya ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari diadakan penelitian ini adalah :

a. untuk mengetahui aktivitas-aktifitas dakwah santri yang ada di pondok pesantren Qotrun Nada.


(17)

b. Untuk mengetahui pelaksanaan aktifitas dakwah santri di pondok pesantren Qotrun Nada.

c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ditemukan dalam menyampaikan ajaran Islam.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan keilmuan dakwah khususnya tentang aktifitas dakwah dan guna memenuhi kebutuhan motivasi spiritual masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai sarana yang mendukung dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan dakwah di pondok pesantren Qotrun Nada khususnya, dan pada masyarakat luas pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang penulis teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.


(18)

Setelah penulis mengadakan kajian pustaka, penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Nurmaniyah Tahun 2006 yang berjudul “ Penerapan Retorika K.H. Burhanuddin Marzuki Dalam Dakwah Di Pondok Pesantren Qotrun Nada Depok “.

Focus penelitian pada skripsi karya Nurmaniyah memfokuskan pada penerapan retorika seorang K.H Burhanuddin Marzuki dalam dakwahnya di pondok pesantren Qotrun Nada, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu pada “aktivitas dakwah santri di pondok pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya Depok.”

E. Metodologi Penelitian

Agar dapat membahas dan merumuskan masalah penelitian dengan baik, maka penulis akan mengambil metode penelitian dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu metodologi penelitian yang dihasilkan dari sebuah data yang di kumpulkan berupa kata-kata, gambar dan suatu penelitian bersifat alamiah dengan mendatangi langsung tempat penelitian.

Seperti yang dikemukakan oleh Bodgan dan Taylor mendefinisikan bahwa metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang


(19)

menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9

Tujuan adanya metode ini adalah agar dapat menggambarkan suatu keadaan serta dapat mengambil manfaat dari penelitian yang sebenar-benarnya berdasarkan hasil tes wawancara dengan narasumbernya. Untuk itu guna mempermudah menyelesaikan skripsi ini langkah-langkah metodologi yang disusun oleh penulis ini sebagai berikut:

a. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek adalah orang atau kelompok orang yang memberi informasi, dalam hal ini adalah para santri, para Ustad dan oleh KH. Drs. Burhanuddin Marzuki (Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada).

b. Objek Penelitian

Sedangkan menjadi objek penelitian ini adalah segala bentuk kegiatan dakwah bil lisan dan bil haal yang dilakukan oleh pondok pesantren Qotrun Nada.

2. Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di pondok pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya Depok. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian skripsi ini adalah selama 1 bulan terhitung dari tanggal 5 sampai 30 Maret 2011.

9

Lexy.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989), cet ke-1 h.4


(20)

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui beberapa data yaitu :

a. Observasi, adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.10 Metode ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung ke objeknya. Dalam observasi ini penulis akan meneliti tentang aktifitas dakwah di pondok pesantren Qotrun Nada.

b. Wawancara, adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara langsung dalam proses tanya jawab itu.11 Peneliti mewawancarai dengan pihak yang bersangkutan, untuk mengetahui gambaran umum tentang pesantren dan mengetahui aktifitas-aktifitas apa saja yang ada di pondok pesantren Qotrun Nada. c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang

berkaitan tentang apa yang diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data melalui: fhoto, buku-buku, dan bahan-bahan yang lainnya.

3. Tehnik Analisa Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan di interprestasikan, adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data

10

M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Cet ke-4, h.183

11

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), Ed 1, h.193.


(21)

dengan menggunakan metode analisis deskriptif maksudnya, cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data yang telah terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai karya tulis ilmiah, penulisan skripsi ini akan di susun secara sistematis sesuai dengan ketentuan yang ada dan berlaku. Adapun bentuk penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Dalam bab ini akan membahas pendahuuan yang memaparkan latar belakang masalah, agar tetap fokus, dengan memberikan batasan dan rumusan masalah. Namun yang tak kalah penting juga dicantumkan tinjauan teoritis dan metodologi penelitian sebagai kerangka berpikir serta sistematika penulisan

BAB II Dalam bab ini, akan menjelaskan mengenai pengertian aktivitas, pengertian dakwah, bentuk-bentuk dakwah, unsur-unsur dakwah, tujuan dakwah, fungsi-fungsi dakwah dan pengertian Pondok Pesantren Qotrun Nada.

BAB III Dalam bab ini, menjelaskan mengenai sejarah berdirinya Pondok Pesantren Qotrun Nada, visi dan misi, tujuan, program kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Qotrun Nada dan struktur organisasi.


(22)

BAB IV Sebagai inti pembahasan bab ini membahas tentang aktivitas dakwah dan pelaksanaannya di Pondok Pesantren Qotrun Nada, metode pelaksanaan dakwah di Pondok Pesantren Qotrun Nada, faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan dakwah Pondok Pesantren Qotrun Nada.

BAB V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran yang dilengkapi daftar pustaka, hasil wawancara dan lampiran yang dianggap penting


(23)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Aktivitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, aktivitas diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan.1 Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.2

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktifitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut Samuel Soeltoe sebenarnya aktifitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau mengatakan bahwa aktifitas dipandang sebagai uaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.

Menurut ilmu Sosiologi aktivitas diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat seperti gotong royong dan keja sama disebut sebagai aktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga atau kekerabatan.3

Sedangkan aktivitas dakwah adalah salah satu kegiatan-kegiatan yang penting dalam agama Islam, yang mana di dalamnya terdapat seruan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Cet-9, h.20.

2

Departremen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). Cet. Ke-3, h.17

3

Sojogyo dan Pujiwati Soyogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999) , Cet ke-12 Jilid 1.h.28


(24)

atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha untuk mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat serta mendapatkan ridho dari Allah.4

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan, bahwa aktivitas adalah kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam setiap bagian yang tidak terlepas baik yang bersifat individu ataupun kerja sama atau kelompok.

B. Pengertian Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a – yad’u – da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil.

Sedangkan pengertian dakwah menurut istilah (terminologi) sangat beragam, karena setiap ahli dakwah memberikan pengertian dan sudut pandang yang berbeda-beda sehingga istilah dari suatu ahli dakwah dengan ahli yang lainnya seringkali terdapat beberapa persamaan

Menurut Toha Yahya Omar mendefinisikan dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.5

Menurut H.S. Nasaruddin Latief mendifinisikan : dakwah adalah setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak memanggil manusia lainnya untuk beriman

4

Matuloh, Pengaruh Aktifitas Dakwah Terhadap Perubahan Akhlak Remaja Ustad Jami’Asy-yafi’iyyah Pondok Pucung Karang Tengah Tanggerang, 2009, Skripsi Jurusan KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5


(25)

dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak islam.6

Sedangkan menurut Syekh Ali Mahfudz memberikan definisi tentang dakwah:

َﺣ ﻰَﻠَﻋ ِسﺎﱠﻨﻟا ﱡﺚ ِﻞِﺟَﻻْاَو ِﻞِﺟﺎَﻌْﻟا ِةَدﺎَﻌَﺴِﺑ ْوُزْﻮُﻘَﯿِﻟ ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا ِﻦَﻋ ُﻲْﮭﱠﻨﻟاَو ِفْوُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ ُﺮْﻣَﻻْاَو ِيْﺪَﮭْﻟاَو ِﺮْﯿَﺨْﻟا

“mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, dan menyuruh berbuat baik, dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.”

Dari ungkapan di atas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya adalah segala aktifitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan Islami kepada nilai kehidupan yang Islami. Aktifitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako.7

Selain definisi yang dikemukakan di atas, dalam Al-Qur’an juga banyak disebut tentang pengertian dakwah, salah satu diantaranya dalam surat An-Nahl 125 :

                                          

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang

6

Hasuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2005). Cet. Ke-1, h.41 7


(26)

baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesaat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Ayat diatas menerangkan bahwa dakwah merupakan perbuatan yang sangat penting, karena dalam ayat tersebut terdapat kata serulah, maka umat manusia diperintahkan untuk menyeru, menyebarkan, mengajak, memberikan pengetahuan kepada orang lain tentang ajaran-ajaran Islam, meluruskan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.

Dari berbagai definisi dakwah di atas yang disampaikan oleh para ahli dakwah, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan mengajak manusia kepada jalan kebenaran, menyampaikan syariat Islam kepada individu atau kelompok baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan agar mereka senantiasa berada di jalan Allah.

Adapun bentuk-bentuk dakwah yaitu : 1. Dakwah bil lisan

Dakwah bil lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan objek dakwah). Dakwah bi lisan mempunyai beberapa media, seperti: khutbah, ceramah, ataupun pidato.

2. Dakwah bil qalam

Dakwah bil qalam adalah dakwah dengan menggunakan media tulisan. Dakwah bil qalam merupakan bentuk dakwah yang pernah dipraktekan Rasulullah SAW. Dakwah dalam bentuk tulisan yang


(27)

dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan mengirim surat-surat yang berisi seruan, ajakan, atau panggilan.

Dakwah bil qalam pada era sekarang ini menggunakan media cetak yang meliputi: surat kabar, majalah, brosur, dan bulletin.

3. Dakwah bil hal

Dakwah bil hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-nilai ajaran agama Islam. Dakwah bil hal merupakan usaha merintis dan mempraktekkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah dalam bentuk ini dapat dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apa pun.8

C. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah haruslah ada dalam proses dakwah, bilamana unsur-unsur itu tidak terpenuhi maka dakwah akan mengalami hambatan bahkan kegagalan. Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah.

Adapun unsur-unsur dakwah itu antara : Da’i (pelaku dakwah), mad’u (penerima dakwah), materi dakwah (maddah), media dakwah (wasilah), metode dakwah (metode) dan efek dakwah (atsar).

Adapun pengertian-pengertiannya adalah sebagai berikut :

1. Da’i (pelaku dakwah)

8

Umi Musyarrofah. Dakwah KH.Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan. (Jakarta: UIN Press, 2009) cet ke-1 h.20-21.


(28)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat organisasi.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib, dan sebagainya.

Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama.9

Dalam Al-Qur’an dan sunnah, terdapat penjelasan tentang amr ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.

Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat.

Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i yaitu :

1. Mendalami Al-Qur’an dan Sunnah dan Sejarah kehidupan Rasul serta khulafaurrasyidin.

9


(29)

2. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi.

3. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan di mana pun.

4. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara.

5. Satu kata dengan perbuatan.

6. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.10

Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak Al-Qur’an dan Hadist yang memberikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh da’i. demikian pula banyak buku yang ditulis oleh yang memberikan syarat ideal bagi juru dakwah.

Oleh karena itu, da’i yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat yang akan menjadi mitra dakwahnya adalah calon-calon da’i yang akan mengalami kegagalan dalam dakwahnya.

2. Mad’u (penerima dakwah)

Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah objek dan sekaligus subyek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi

10


(30)

orang-orang diluar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad’u.

Sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ 28 :

                      

“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Saba’ : 2 ).

Mereka yang menerima dakwah ini lebih disebut mitra dakwah dari pada sebutan objek dakwah sebab sebutan yang kedua lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah; padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syari’ah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dan diamalkan secara bersama-sama.11

Di awal surat Al-Baqoroh, mad’u dikelompokkan dalam tiga rumpun, yaitu mukmin, kafir, dan munafik. Mujahid berkata: “ empat ayat di awal surah Al-Baqoroh mendeskripsikan tentang sifat orang mukmin, dua ayat mendeskripsikan sifat orang kafir, dan tiga belas ayat berikutnya mendeskripsikan sifat orang munafik”.

Muhammad Abu al-Fath Al Bayununi mengelompokkan mad’u dalam dua rumpun besar yaitu : rumpun muslimun atau mukminun (umat yang telah menerima dakwah), dan non muslim atau umat dakwah (umat yang perlu sampai kepada mereka dakwah Islam).

11

Cahyadi Takariawan. Prinsip-Prinsip Dakwah, ( Yogyakarta: ‘Izzan Pustaka, 2005), Cet, ke- IV. h. 25


(31)

3. Materi Dakwah (Maddah)

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi 4 masalah pokok, yaitu :

a. Masalah Akidah

Akidah secara harfiah berarti sesuatu yang tersimpul secara erat dan kuat. Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam, yang mengandung pengertian “ pandangan pemahaman, ataui ide yang diyakini kebenarannya oleh hati.

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Karena akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai hatinya. Dari akidah inilah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah akidah atau keimanan.

Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai cirri-ciri yang membedakan kepercayaan dengan agama lain, yaitu :

1. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian seorang muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain.

2. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalakan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan


(32)

kelompok atau bangsa tertentu. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 3 :

                                  

“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulallah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Hujarat: 3).

3. Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam ghaib sangat mudah untuk dipahami.

4. Ketahanan antara iman dan Islam maupun amal perbuatan.

Aspek ajaran Islam tentang ketuhanan dan kepercayaan (akidah) pada intinya mengandung keyakinan terhadap ke-Maha Esa-an Allah SWT.12

b. Masalah Syari’ah

Hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syari’ah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang

12


(33)

melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syari’ah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslim.

Dan materi dakwah dalam bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar, pandangan yang jernih, kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok ke dalam kejelekan, sementara yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.

Dan inilah yang akan dijadikan materi dakwah sebagaimana da’i mampu mengemas masalah syariah ini ke dalam permasalahan umat era sekarang yang bisa menjawab atau memberikan solusi terhadapnya. Dan terpenting materi syariat ini tidak bertentangan dengan sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan Hadist.13

c. Masalah Muamalah

Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan denga Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Dan muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. Hal demikian dengan alasan :

a. Dalam Al-Qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar sumber hukum itu berkenaan dengan urusan muamalah.

13


(34)

b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan).

c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Karena itu sholat jamaah lebih tinggi nilainya daripada sholat sendirian.

d. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya tebusannya adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah.

e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah sebagaimana yang tertera dalam hadits berikut : “orang yang bekerja untuk menyantuni janda dan “ orang-orang miskin, adalah seperti pejuang di jalan Allah (atau aku kata beliau berkata) dan seperti orang yang terus menerus sholat malam dan terus menerus puasa.”14

Dari hadist tersebut, dapat dianalisa bahwa ibadah sosial seperti menyantuni kaum dhuafa, meringankan beban orang lain adalah lebih besar ganjarannya daripada ibadah-ibadah sunnah.

d. Masalah Akhlak

14


(35)

Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.

Secara linguistic (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakainnya di dalam Al-Qur’an maupun Hadist sebagai berikut :







 

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam: 4).15

Menurut istilah, pengertian akhlak adalah akhlak yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.

Sementara menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbullkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Akhlak tidak dapat begitu saja dimiliki oleh seseorang. Akhlak adalah sesuatu yang sudah menempel pada seseorang dan menjadi bagian dari dirinya.

15

Moh.Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), Ed-2.h.25


(36)

Dari definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.16

Untuk itu salah satu materi dakwah Islam dalam rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan legal formal yang terkandung dalam syariat, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak.

Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang menjadi ajaran paling dasar islam.

4. Wasilah (Media Dakwah)

Unsur dakwah yang keempat adalah wasillah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunkan berbagai wasillah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu :

a. Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

16


(37)

b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyrat spanduk, lukisan, gambar dan sebagainya.

c. Audio Visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, internet dan sebagainya.

d. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u.17

5. Thariqoh (Metode Dakwah)

Sebelum kita membicarakan metode dakwah, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian metode. Kata metode berasal dari bahasa latin methodus yang berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodus berarti cara atau jalan. Sedangkan dalam bahasa Inggris methode dijelaskan dengan metode atau cara. 18

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajatan materi dakwah Islam. Dalam meyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat An-Nahl: 125

17

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 120 18


(38)

                                          

“Seluruh ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu degan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl: 125).

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu :

1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi saran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. 2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.19

6. Atsar (Efek Dakwah)

Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi

19


(39)

dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya.20

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah. Seluruh komponen system dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da’i, para tokoh masyarakat, dan para ahli.

Jadi dengan menerima pesan melalui kegiatan dakwah, diharapkan akan dapat mengubah cara berfikir seseorang tentang ajaran agama sesuai dengan pemahaman yang sebenarnya. Begitu pula dengan perbuatan atau perilaku seseorang itu pada hakikatnya, adalah perwujudan dari perasaan dan pikirannya. Adapun dalam hal ini perilaku yang diharapkan adalah

20


(40)

perilaku yang sesuai dengan pesan dakwah, yakni perilaku positif sesuai dengan ajaran Islam baik bagi individu taupun masyarakat.21

D. Tujuan Dakwah

Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam aktivitas dakwah. Ini berarti, bahwa tujuan dakwah masih bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan padanya. Dengan demikian, tujuan dakwah secara umum sebagaimana yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an adalah mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir) kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT.

Di samping itu, tujuan dakwah itu adalah mendapat kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari azab neraka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 202

                

“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 202).

Jadi, dari berbagai macam tujuan dakwah diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah itu adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.

21


(41)

Dan jika dilihat dari sasaran aktivitasnya, tujuan dakwah dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Mengajak orang yang belum masuk Islam untuk menerima Islam, hal ini dapat dipahami dalam firman Allah SWT.

b. Amr ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat. Amr ma’ruf disni, diartikan sebagai usaha mendorong dan menggerakan umat manusia agar menerima dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

c. Nahi munkar, muatan dakwah yang berarti usaha mendorong dan menggerakan umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal yang mungkar.22

E. Fungsi-Fungsi Dakwah

Dakwah mempunyai beberapa fungsi yaitu :

1. Mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam perjuangan melawan kebatilan dan jahiliyah.

2. Menggugah dan membangunkan manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam.

3. Menegakkan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat salah dan dosa.

4. Membentuk opini umum yang benar dan selamat. Opini umum inilah yang mempunyai peran besar di dalam menjaga dan memelihara adab, akhklak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam kehidupan bermasyarkat.

22


(42)

5. Dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqomahnya akhlak kita.

6. Dengan dakwah kita akan memperoleh keberuntungan berupa jannah dan keridhaan Allah di akhirat.

7. Dengan dakwah kita akan terlepas dari siksa di dunia dan di akhirat.

8. Dakwah adalah jalan menuju wihdatul ummah, karena dakwah berusaha menanamkan nilai-nilai ukhuwah, kebersamaan, ta’awun dalam kebaikan dan taqwa serta rasa saling memperhatikan antara kaum muslimin.23

F. Pesantren

Pesantren dikatakan oleh Didin Hafiduddin adalah salah satu lembaga iqamatuddin. Lembaga-lembaga iqamatuddin memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai tempat tafaqquh fiddien (pengajaran, pemahaman dan pendalaman ajaran agama Islam) dan indzar (menyampaikan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat).kata “pondok pesantren” terdiri dari dua suku kata, yaitu “pondok” dan “pesantren”. Kata pondok berasal dari bahasa arab funduqun, yang artinya ‘hotel atau penginapan’.

Dari keterangan di atas dapat dirumuskan tentang pengertian pondok pesantren, yaitu tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk

23

Sayid Muhammad Nuh. Dakwah Fardiyah pendekatan personal dalam dakwah, (Solo: Era Intermedia, 1996), Cet. Ke-1.h. 33-42


(43)

mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dnan mengamalkan ajaran agama islam.24

Sedangkan menurut Drs. Mahmud, pondok pesantren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi aktif antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid/mushalla, ruang kelas, emper asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu.25

1. Tujuan dan ciri-ciri pesantren :

Dengan menyadarkan diri kepada Allah SWT, para kyai pesantren melalui pendidikan pesantrennya dengan modal niat ikhlas dakwah untuk menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana dan terbatas.

Relevan dengan jiwa kesederhanaan di atas, maka tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian.

Sedangkan ciri-ciri pesantren itu seperti :

a. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya. b. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujidkan dalam

lingkungan pesantren.

24

Umi Musyarrofah, Dakwah KH.Haman Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan, h.21-22

25

Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tanggerang: Media Nusantara, 2006), cet-1, h. 1.


(44)

c. Kemandirian amat terasa di pesantren. Seperti, para santri mencuci pakaian sendiri, dan membersihkan kamar tidurnya sendiri.

d. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren.

e. Disiplin sangat dianjurkan.

f. Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia.26

26

M.Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), Cet. Ke-1, h. 92.


(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA

A. Sejarah singkat terbentuknya pondok pesantren Qotrun Nada

Qotrun Nada adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang terletak didaerah Cipayung Jaya – Pancoranmas, Depok, Jawa Barat. Meskipun terletak didaerah yang agak terdalam dan berada persis ditepi sungai namun tidak meruntuhkan niat para santri untuk menuntut ilmu disini, dengan keyakinan yang kuat itulah yang membuat ratusan santri berkumpul dalam sebuah wadah yang selalu dinantikan hasilnya dan mereka terdiri dari keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah Jawa, Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh, Padang dan Jambi.1

Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang hanya digunakan oleh masyarakat cipayung untuk kegiatan mengajarkan Al Qur’an namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini semakin diminati oleh masyarakat cipayung dan sekitarnya, sampai akhirnya atas dorongan dan keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995 mulailah diadakan penerapan pendidikan Islam yang dikembangkan melalui pengajian kitab pada luar jam sekolah atau pada bahasa masyarakat Cipayung adalah santri kalong. Santri kalong adalah santri yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian

1

Wawancara pribadi dengan KH. Burhanuddin Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 30 Maret 2011.


(46)

kitab salafi pada waktu-waktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah masing-masing.

Karena peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan dari para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakan agar lebih dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk bermukim di Majlis Ta’lim, khusus putra bermukim disebelah kediaman kyai sedangkan khusus putri bermukim dikediaman orang tua sang kyai, yaitu Al-Walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat yang memadai untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Seiring dengan dukungan para masyarakat maka tepat pada tanggal 09 September 1996 dimulailah pelaksanaan peletakan batu pertama diatas tanah seluas 1500 M dan sejak itu pula Majlis Ta’lim tersebut dinamai oleh salah seorang kyai yang merupakan guru dari sang pimpinan yang bernama KH. Ahmad Zaini dengan nama ‘ QOTRUN NADA ’ yang memiliki arti Tetesan Embun Pagi”, Dengan nama Qotrun Nada-lah kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran kreatif, inovatif, serta positif dan dengan landasan yang berdasarkan atas Al Qur’an dan Hadits, seperti halnya tetesan embun yang senantiasa Allah turunkan dari langit yang membawa pencerahan untuk alam disekelilingnya.


(47)

Tepat pada tahun 1997 secara resmi penerimaan santri baru dengan jumlah santri yang pada saat itu berjumlah 52 orang itu pun belum semuanya bermukim dikarenakan masih banyaknya kekurangan disana sini, dan Alhamdulillah seiring dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang hingga saat ini atas do’a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat ini pula kami telah memiliki sekitar 750 santri dan seluruhnya bermukim dipondok. 2

Program pendidikan yang dikembangkan oleh pendiri Pondok Pesantren Qotrun Nada (The Family Fathors) yang terdiri dari : Drs. KH. Burhanuddin Marzuki, Ust. Syamwari, Ust.Achyanuddin Syakier. Secara perlahan-lahan dan dengan penuh kesabaran diiringi dengan dedikasi yang tinggi Beliau telah berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Qotrun Nada menjadi suatu lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kaderisasi seorang yang berjiwa keagamaan. Program yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah program terpadu yaitu panduan belajar selama enam tahun yang meliputi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun Pondok Pesantren Qotrun Nada ini juga membuka program pendidikan yang agak singkat meliputi program Takhassus/Intensif yang setingkat dengan Aliyah yaitu hanya tiga tahun bagi para lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau SLTP yang ingin melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Qotrun Nada ini.

2

Wawancara pribadi dengan KH. Burhanuddin Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 30 Maret 2011.


(48)

Pondok Pesantren Qotrun Nada sangat terkenal dengan kedisiplinannya, mulai dari disiplin waktu sampai dengan disiplin akan peraturan yang telah ditetapkan. Qotrun Nada sendiri terdiri dari berbagai macam organisasi, baik organisasi dalam lingkup yang besar (Majlis Guru) maupun yang masih dalam lingkup yang masih kecil / ISQN (Ikatan Santri Qotrun Nada) yang mana seluruh organisasi-organisasi tersebut saling bekerja sama dalam melaksanakan kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang senantiasa dijaga oleh para santrinya.

Upaya pengembangan pondok pesantren tidak cukup jika hanya dari banyaknya prestasi saja, tapi juga jasa dari pengasuh dan pimpinan yang senantiasa selalu menyiarkan tentang Pondok Pesantren kehadapan publik sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang apa itu sebuah pondok pesantren dan bagaimana cara memilih pondok pesantren yang benar sehingga tidak menimbulkan kesalahan nantinya. selain itu juga ada kegiatan akhir tahun yang dilaksanakan oleh para calon alumni setelah mereka mengikuti Ujian Akhir (UN) yaitu kegiatan pembelajaran atau yang biasa disebut dengan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat) hasil dari kegiatan tersebutlah yang sedikit banyaknya mampu mengambil perhatian masyarakat yang menjadi tuan rumah dari kegiatan tersebut dan Alhamdulillah semuanya yang dilakukan oleh para santri kami semuanya dapat mereka terima dan dipandang dengan pandangan yang baik.3

3

Wawancara pribadi dengan KH. Burhanuddin Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 30 Maret 2011.


(49)

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam suatu kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama pula. Susunan ini dibentuk supaya terdapat pembagian kerja, pelimpahan wewenang dan kewajiban yang jelas antar individu yang satu dengan yang lainnya. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Qotrun Nada yaitu :

STRUKTUR ORGANISASI

PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA Tahun Pelajaran 2010/2011

1. Pengasuh : Drs. KH. Burhanuddin Marzuki 2. Direktur : Ust. Drs. H.Syamwari

3. Wakil Direktur : Ust. Achyanuddin Syakier 4. Sekretaris : Ust. Muhammad Fitri Yadi

5. Bendahara : Ustzh.YayahUmmu Adiyah, S.Ag. 6. Pembina ISQN : Ust. Sandy Maelas

7. Pembina Pramuka : Ust. Syahril Azis

8. Pembina Bahasa : Ust. Andi Shofiyan Effendi 9. Koordinator Kutubut Turats & Pengajianan Bulanan

Ketua : Ust. Ayyub Sholihin Sekretaris : Ust. Muhammad Irham


(50)

Anggota : Ust.Muhammad Nashruddin

: Ustzh. Ummu Farida

10. Koordinator Komputer : Ust. Saipul Hidayat, S.Sy. 11. Koordinator Tahfidz Qur’an : Ust. Habibi Hasan

: Ustzh. Aini Fitria

C. Visi Dan Misi

Sebelum menentukan tujuan, sebuah organisasi atau lembaga harus terlebih dahulu menetapkan visi dan misi lembaga atau organisasi, menyajikan kerangka kerja yang menuntun suatu nilai kepercayaan suatu organisasi, pernyataan visi dan misi sebuah organisasi merupakan suatu peranan penting dalam meningkatkan semangat aktivitas atau mengembangkan system kualitas. Visi dan misi memberikan identitas sebuah organisasi dan pemahaman terhadap arah yang dituju oleh organisasi tersebut.

Visi adalah suatu pernyataan yang relatif singkat tentang inspirasi atau arah organisasi yang akan datang. Sedangkan misi adalah tujuan yang paling hakiki dan mempunyai nilai yang paling tinggi dalam kehidupan manusia maupun organisasi yaitu mempertahankan kelangsungan hidup.4

4

Arif, Mirrian Sofyan, Materi Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005), cet. Ke-1.h.1.18 & 1.20


(51)

Adapun Visi Pondok Pesantren Qotrun Nada yaitu :

ﺢﻠﺻﻷا ﺪﯾﺪﺠـﻟﺎﺑ ﺬﺧﻷاو ﺢﻟﺎﺼﻟا ﻢﯾﺪﻘﻟا ﻰﻠﻋ ﺔﻈﻓﺎﺤـﻤﻟا (Melestarikan nilai klasik yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik).

Untuk melaksanakan visi di atas, Pondok Pesantren Qotrun Nada mempunyai misi sebagai berikut :

1. Mencipatakan Generasi Yang Berakhlakul Karimah 2. Berilmu Amaliyah, Beramal Ilmiyah

3. Mampu Menjalankan Perintah & Menjauhi Larangan Allah SWT.5

D. Tujuan

Tujuan adalah akhir dari segala aktivitas atau kegiatan. Oleh sebab itu, setiap orang mempunyai keinginan dan berusaha melakukan kegiatan yang berakhir dengan tercapainya keinginan tersebut.6 Dimana tujuan-tujuan tersebut merupakan arahan dasar akan kemana sebuah organisasi di bawa serta menjadikan organisasi tersebut lebih terarah.

Adapun tujuan Pondok Pesantren Qotrun Nada yaitu : 1. Sebagai sarana menuntut Ilmu

2. Membentuk generasi muda yang akhlakul karimah.

3. Dan mempererat tali silaturrahmi antara warga sekitar dengan para santri dan guru-guru yang lainnya.

5

Wawancara Pribadi dengan Ustad Ready Gunawan, Ustad Pondok Pesantren Qotrun Nada, 18 Maret 2011

6


(52)

E. Program Kerja Pondok Pesantren Qotrun Nada

Adapun program kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Qotrun Nada sudah di susun seperti :

1. Kegiatan Harian

a. Pengajian rutin yang dilaksanakan oleh santri Qotrun Nada setiap ba’da Subuh, Ashar, Maghrib, dan Isya.

2. Kegiatan Mingguan

a. Pembacaan Surat Yasiin Fadhilah, surat Al Waqi’ah, tahlil, sholawat, rawi, dan do’a yang dilaksanakan setiap malam Jum’at.

b. Pengajian Ta’lim Mutalim c. Muhadhoroh ( pelatihan pidato ) d. Pengajian Batsul Masail

Adapun tempat dan waktu dilaksanakannya kegiatan mingguan yang pertama, pembacaan surat Yasin pada malam Jum’at, pengajian ini dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu tepatnya pada malam Jum’at ba’da Maghrib sampai selesai. Pengajian ini dilaksanakan di lapangan Pondok Pesantren Qotrun Nada oleh semua para santri dan ustadz-ustadz lainnya. Kedua, pengajian Ta’lim Mutalim, pengajian ini dilaksanakan pada hari Rabu ba’da Subuh sampai jam 06.00 WIB , yang dilaksanakan oleh seluruh santri di lapangan Pondok Pesantren Qotrun Nada, oleh KH. Burhanuddin Marzuki. Ketiga, kegiatan Muhadhoroh, kegiatan muhadhoroh ini dilaksanakan pada malam minggu jam 20.00-22.00 WIB, dan kegiatan ini dilaksanakan oleh


(53)

para santri tiap tingkatan kelasnya masing-masing. Keempat, pengajian Batsul Masail, pengajian ini dilaksanakan setiap malam minggu dari jam 20..00-23.00 WIB di Masjid Pondok Pesantren Qotrun Nada, dan pengajian ini hanya dilaksankan khusus untuk kelas 3 Aliyah saja. 3. Kegiatan Bulanan

a. Mengadakan pengajian bulanan untuk para wali murid.

Adapun tempat dan waktu dilasanakannya pengajian bulanan pengajian bulanan ini dilaksanakan pada awal bulan, tepatnya pada hari Minggu, jam 09.00-12.00 WIB di Masjid Pondok Pesantren Qotrun Nada. Diadakannya kegiatan pengajian bulanan ini, selain untuk menambah Ilmu Agama tapi juga salah satunya untuk mempererat tali silaturrahmi antara wali murid dengan kyai dan ustadz-ustadz lainnya.

4. Kegiatan Tahunan

1. Mengadakan peringatan hari ( PHBI ), seperti :

a. Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang dihadiri oleh para tokoh Agama dan Alim Ulama.

b. Perayaan Isra Mi’raj. c. Perayaan 1 Muharram.

d. Mengadakan acara malam Nuzulul Qur’an. e. Pemotongan hewan Qurban

f. Pelaksanaan bakti social.7

7

Wawancara Pribadi dengan Ustad Andi Shofian Efendy, Ustad Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 18 Maret 2011.


(54)

BAB IV

ANALISA HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Aktivitas Dakwah Pondok Pesantren Qotrun Nada

Dalam rangka melakukan kegiatan dakwahnya, pondok pesantern Qotrun Nada mengadakan berbagai macam kegiatan yang kesemuanya bertujuan kepada dakwah Islam. Pada saat penelitian dilakukan, sejauh pengamatan dan informasi yang diperoleh dari penelitian mengenai kegiatan dakwah ada berbagai kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada. kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Qotrun Nada untuk para santri selalu mengedepankan nilai-nilai dakwah yang dilaksanakan pada berbagai bidang, bukan saja bidang dakwah yang digelutinya namun merambah pada bidang-bidang lainnya tanpa melepaskan bidang dakwah dalam pelaksanaannya.

Pondok Pesantren Qotrun Nada melakukan aktifitas dakwahnya, secara garis besar meliputi; dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Dakwah bil lisan diantaranya :

1. Pengajian harian

Kesadaran akan pentingnya sebuah Ilmu pengetahuan agama terhadap para santri memiliki peran yang sangat penting, maka setiap kegiatan tersebut dapat diaplikasikan oleh para santri Pondok Pesantren Qotrun Nada dengan melakukan kegiatan pengajian harian. Pengajian ini diadakan bertujuan agar para santri dapat menambah


(55)

wawasan pengetahuan agama secara mendalam dan menjalin ukhuwah Islamiah diantara sesama santri.

Adapun Jadwal Pengajian Harian Santri Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah :

1. Kelas 1 Tsanawiyah :

a. Ba’da subuh , Setiap hari senin & kamis: materi Safinnatunnajah. Membahas tentang tentang masalah fiqih, seperti : rukun Islam, rukun Iman, Tayamum, dan tentang rukun-rukun sholat. Selasa & sabtu, akhlakulilbanat. Membahas tentang bagaimana akhlak seorang perempuan yang baik itu.

b. Ba’da Ashar, setiap hari senin : materi Ibadah Amalia. Membahas tentang Dalam materi ini membahas tentang hafalan doa sehari-hari, dan hafalan bacaan sholat. Hari selasa, materi Khulasoh. Membahas tentang Menjelaskan tentang kehidupan saidina Muhammad SAW. Hari kamis, materi Qiyatul Muklamat. Membahas tentang hafalan-hafalan hadist-hadist dan tentang ayat-ayat Al-Qur’an. hari Jum’at, materi Imla, membahas tentang Metode-metode penjelasan penulisan bahasa Arab yang benar.

c. Ba’da Maghrib, setiap hari senin, selasa, rabu,minggu, dan jum’at : materi Tahsin dan Tahfidz. Dalam materi ini, mempelajari tentang hukum bacaan (tajwid) dan hafalan juz amma.

d. Ba’da Isya, setiap hari senin, selasa, rabu, minggu, dan jum’at : materi Amsilati. Dalam pengajian kitab ini mempelajari tentang cara cepat membaca kitab kuning yang disertai (khulasoh, sarfiyah & amsilati).


(56)

2. Kelas 2 Tsanawiyah :

a. Ba’da Subuh, setiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu : materi Taqrib. membahas tentang masalah-masalah fiqih, seperti; bab thoharoh, zakat, puaasa dan haji.

b. Ba’da Ashar, setiap hari senin & jum’at, materi Nahwu Shorof. Tujuan mempelajari nahwu shorof ini agar bisa mengetahui cara membaca kitab yang baik, baik secara dhomir maupun yang lainnya

c. Ba’da Maghrib, setiap hari minngu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Tahsin & Tahfidz, Dalam materi ini, mempelajari tentang hukum bacaan (tajwid) dan hafalan juz amma.

d. Ba’da Isya, setiap hari minggu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Amsilati Dalam pengajian kitab ini mempelajari tentang cara cepat membaca kitab kuning yang disertai (khulasoh, sarfiyah & amsilati). Dan dalam metode pembelajarannya pun ada Tanya jawab dan hafalan-hafalan.

3. Kelas 3 Tsanawiyah :

a. Ba’da Subuh, setiap hari senin, selasa, kamis, dan sabtu : materi Fathul Qorib. Membahas tentag masalah-masalah fiqih, seperti masalah bab Thoharoh, bab Haji, bab zakat dan ban puasa. Dan bedanya kitab Fathul Qorib ini dengan Taqrib dan safinnahtunnajah ini yaitu penjelasan Fathul Qorib ini lebih luas, sedangkan penjelasan safinnahtunnajah dan Taqrib ini lebih singkat.


(57)

b. Ba’da Ashar, setiap hari senin & kamis : materi Kaylani. Membahas tentang pendalaman Shorof dan Tasrif. Hari rabu & jum’at : materi Qotrul Ghois. Membahas tentang Aqidah Islam ( Tauhid dan Keyakinan ).

c. Ba’da Maghrib, setiap hari minngu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Tahsin & Tahfidz, Dalam materi ini, mempelajari tentang hukum bacaan (tajwid) dan hafalan juz amma.

d. Ba’da Isya, setiap hari minggu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Amsilati Dalam pengajian kitab ini mempelajari tentang cara cepat membaca kitab kuning yang disertai (khulasoh, sarfiyah & amsilati). Dan dalam metode pembelajarannya pun ada Tanya jawab dan hafalan-hafalan.

4. Kelas 1 Aliyah :

a. Ba’da subuh, setiap hari senin, selasa, kamis, dan sabtu : materi Fathul Qorib. Membahas tentag masalah-masalah fiqih, seperti masalah bab Thoharoh, bab Haji, bab zakat dan ban puasa. Dan bedanya kitab Fathul Qorib ini dengan Taqrib dan safinnahtunnajah ini yaitu penjelasan Fathul Qorib ini lebih luas, sedangkan penjelasan safinnahtunnajah dan Taqrib ini lebih singkat.

b. ba’da Ashar, setiap hari senin & jum’at : materi Kaylani. Membahas tentang pendalaman Shorof dan Tasrif. Hari selasa & kamis : materi Tijanuddurory. Membahas tentang nama-nama anak Nabi SAW, nama-nama 25 Nabi yang wajib diketahui, dan pengetahuan zaman nabi.


(58)

c. Ba’da Maghrib, setiap hari minngu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Tahsin & Tahfidz, Dalam materi ini, mempelajari tentang hukum bacaan (tajwid) dan hafalan juz amma.

d. Ba’da Isya, setiap hari minggu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Amsilati Dalam pengajian kitab ini mempelajari tentang cara cepat membaca kitab kuning yang disertai (khulasoh, sarfiyah & amsilati). Dan dalam metode pembelajarannya pun ada Tanya jawab dan hafalan-hafalan.

5. Kelas 2 Aliyah :

a. Ba’da Subu &, ba’da dzhur , setiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu : materi Amsilati. Dalam pengajian kitab ini mempelajari tentang cara cepat membaca kitab kuning yang disertai (khulasoh, sarfiyah & amsilati). Dan dalam metode pembelajarannya pun ada Tanya jawab dan hafalan-hafalan.

b. Ba’da Ashar, setiap hari senin & selasa : materi Ianah Tholibin. Membahs tentang masalah-masalah Fiqh, seperti Jual beli. hari Rabu & Jum’at : materi Fathul Majid. Membahas tentang Tauhid, keesaan Allah, sifat-sifat Allaah dan sifat-sifat Nabi SAW.

c. Ba’da Maghrib, setiap hari minngu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Tahsin & Tahfidz, Dalam materi ini, mempelajari tentang hukum bacaan (tajwid) dan hafalan Al-Qur’an.

d. Ba’da Isya, setiap hari minggu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Amsilati Dalam pengajian kitab ini mempelajari tentang cara cepat membaca kitab kuning yang disertai (khulasoh, sarfiyah & amsilati).


(59)

Dan dalam metode pembelajarannya pun ada Tanya jawab dan hafalan-hafalan.

6. Kelas 3 Aliyah :

a. Ba’da subuh, setiap hari senin , selasa, kamis dan sabtu : materi Ianah Tholibin. membahas tentang masalah-masalah Fiqih, seperti : bab haji, bab puasa, dan bab thoharoh.

b. Ba’da Ashar, setiap hari senin, selasa, rabu & jum’at : materi fathul majid. Membahas tentang tentang Tauhid, keesaan Allah, sifat-sifat Allaah dan sifat-sifat Nabi SAW. Kemudian setiap hari Jum’at : materi Nashoih Ad Diniyah. Membahas tentang nasehat-nasehat seorang guru dalam segi agama Islam.

c. Ba’da Maghrib, setiap hari minngu, senin, selasa, rabu, dan jum’at : materi Tahsin & Tahfidz, Dalam materi ini, mempelajari tentang hukum bacaan (tajwid) dan hafalan Al-Qur’an.

d. Ba’da Isya, setiap hari minggu, senin, selasa, rabu, & jum’at : materi Alfiah. Membahas ilmu I’lad dan bagaimana cara membaca kitab kuning yang baik itu, seperti nahwu shorofnya atau dhomir-dhomirnya.

Pengajian ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para santri Qotrun Nada yang telah ditetapkan oleh para asatidz yang ada di Pondok Pesantren Qotrun Nada. tujuan dilaksanakan pengajian ini, agar para santri lebih bisa mengetahui dan memahami tentang masalah-masalah agama Islam lebih dalam dan juga bisa lebih mengetahui bagaimana cara membaca kitab kuning yang baik dan benar.


(60)

Dari berbagai macam kitab salafi yang dipelajari oleh para santri setiap kelasnya, materinya itu tidak lepas dari masalah Fiqih maupun Akidah, seperti: kitab Safinatunnajah dan Fathul Qorib. Kitab ini sama-sama menerangkan tentang masalah Fiqih, seperti tentang rukun sholat, tayamum, tentang thoharoh, zakat, maupun tentang bab haji. Tetapi yang membedakan antara Safinatunnajah dengan Fathul Qorib ini yaitu, kalau Safinatunnajah ini penjelasannya lebih singkat sedangkan Fathul Qorib ini penjelasannya lebih luas.

Dalam pengajian harian ini, kekurangannya itu adalah banyaknya waktu yang diporsis oleh para ustad kepada santrinya untuk mengikuti pengajian harian sehingga dalam pelaksanan pengajian harian banyak anak santri yang tidur atau tidak konsen dalam mengikuti pengajian tersebut karena istirahat yang mereka miliki sangat sedikit.

2. Pengajian mingguan 1. Pengajian Ratiban

Pengajian Ratiban ini dilaksanakan setiap pada malam Jum’at ba’da Maghrib di halaman lapangan Pondok Pesantren Qotrun Nada yang di ikuti oleh semua santri dan para asatidz yang ada di Pondok Pesantren Qotrun Nada. Dan dalam Ratiban ini, pertama-tamanya itu membaca Ahli kubur, kemudian dilanjutkan dengan membaca surah Yasin Fadhilah dan pembacaan Simti Duroh, dan kemudian diselingi dengan sholawat-sholawat dalam


(61)

simti duroh tersebut dengan menggunakan hadroh. Dan pengajian ratiban ini biasanya selesai sampai dengan jam 22.00 WIB. 1

Kegiatan ratiban ini merupakan suatu kegiatan mingguan yang rutin dilaksanakan oleh pondok pesantren Qotrun Nada tepatnya pada malam Jum’at. Dilaksanakannya kegiatan pengajian ratiban ini, agar para santri (Mad’u) selalu bisa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan sekaligus mendoakan para ahli ulama maupun para muslimin dan muslimat yang sudah wafat.

Yang dirasakan oleh para santri (Mad’u) dengan mengikuti kegiatan pengajian ratiban ini, hati mereka sangat merasa nyaman sekali bahkan seakan-akan Allah itu sangat dekat dengan kita. karena di dalam pengajian ratiban ini, selain membaca surah Yasin tetapi juga membaca Simti Duroh yang sekaligus diselingi oleh sholawat-sholawat dengan menggunakan hadroh, yang membuat hati para santri merasa nyaman.

2. Pengajian Ta’lim Mu’talim

Pengajiaan Ta’lim Mu’talim ini dilaksankan setiap hari Rabu ba’da subuh jam 05.15 sampai dengan pukul 06.00 WIB. Dan pengajian Ta’lim Mu’talim ini diikuti oleh semua santri dari kelas 1 Tsnawiyah sampai dengan kelas 3 Aliyah, yang dilaksanakan di halaman lapangan pondok pesantren Qotrun Nada. Dan yang mengajar atau yang menbjadi Da’i dalam pengajian kitab Ta’lim Mu’talim ini yaitu KH. Burhanuddin Marzuki (Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada). Dalam pengajian kitab Ta’lim Mu’talim

1

Wawancara pribadi dengan Ustad Musa Abadi Wahab. Asatidz pondok pesantren Qotrun Nada. Jakarta 18 Maret 2011.


(62)

ini salah satunya membahas tentang tingkah laku atau adab seorang murid terhadap gurunya.

Jadi dengan adanya pengajian kitab Ta’lim Mu’talim ini, selain untuk menambah wawasan Ilmu agama para santri, tetapi agar para santri bisa lebih mengetahui lagi, bagaimana cara bersikap sopan santun seorang murid itu terhadap gurunya. Agar didalam belajar itu, seorang murid lebih bisa menghargai guru yang telah memberikannya ilmu.

Pengajian Ta’lim Mu’talim ini sangat penting sekali untuk dipelajari, khususnya untuk anak santri pondok pesantren Qotrun Nada. Gunanya, agar bisa mengetahui bagaimana cara menghargai dan bersikap sopan santun terhadap seorang guru itu.

3. Pengajian Bahtsul Masail

Pengajian Bahtsul Masail ini, dilaksanakan setiap malam Minggu pada pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB, pengajian Bahtsul Masail ini hanya dilaksanakan oleh kelas 3 Aliyah saja. Dalam pengajian kitab bahtsul masail ini, membahas tentang masalah-masalah Fiqih, seperti; membahas tentang bab Jual Beli, bab Riba, bab Thoharoh, bab Khiar, bab Haid, dan bab tentang perdamaian antara orang yang berhutang dengan orang yang dihutangi. Dalam pengajian bahtsul masail ini, metode belajarnya itu seperti persentase, dan ada juga tanya jawab. Jadi, setiap anak dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok itu membahas dengan bab yang berbeda-beda. Kemudian, untuk mencari bahan materi yang dibutuhkan tersebut,


(63)

para santri bisa mencarinya di kitab-kitab yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Kemudian, di waktu malam Minggu tersebut setiap kelompok harus mempresentasikan materi yang sudah dibagikan tersebut. Dalam presentasi tersebut juga ada tanya jawab.2

Pengajian bahtsul masail ini, merupakan pengajian yang mempunyai daya tarik yang tinggi bagi para santri Qotrun Nada, karena didalam pengajian ini, selain bisa mengetahui tentang masalah-masalah Fiqih, tetapi mereka juga bisa tahu, bagaimana cara berdebat atau berdiskusi yang baik itu dan juga bisa melatih mempresentasikan sebuah materi, agar dikemudian hari mereka masuk diperkuliahan mereka sudah tidak asing atau gugup lagi.

Dan kekurangan dalam kegiatan bahtsul masail ini, usatad-usatd atau Da’i nya itu selalu tidak tepat waktu datangnya, sehingga waktunya itu terbuang sia-sia dan waktu untuk kegiatan pengajian bahtsul masail ini pun juga jadi semakin sedikit. Tapi kelebihan dari pengajian bahtsul masail ini yaitu selain untuk menambah wawasan ilmu agama para santri, tapi juga melatih para santri untuk mempresentasikan suatu materi pelajaran.

4. Muhadharah

Pelaksanaan muhadharah yang biasa dilaksanakan sebagian besar di pondok pesantren merupakan pelatihan dasar berdakwah. Muhadharah didefinisikan sebagai ceramah, tabligh atau khutbah

2

Wawancara pribadi dengan Zahratus Sa’adah. Santriawati Pondok Pesantren Qotrun Nada. Jakarta 21 Maret 2011.


(1)

7. T : Apa saja kekurangan Pondok Pesantren Qotrun Nada ?

J : Setiap pesanren pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Khusus pada Ponpes Qotrun Nada mungkin masih banyak kekurangan terutama dari segi fasilitas yang belum maksimal, namun setiap saat permasalahan tersebut sedikit demi sedikit telah dibenahi. Sehingga sampai saat ini kami sudah bias memisahkan antara asrama santri putra dan santri putri. Walaupun dalam kekurangan sarana seperti iu tapi santri tetap mempunyai daya kreatifitas yang tinggi. Saya sebetulnya menginginkan membangun sebuah pesantren yang mewah tetapi sekaligus murah sehingga terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat terbawah sekalipun. Yang saya maksud mewah itu dari segi fasilitasnya. Menjadi cita-cita saya untuk melengkapi sarana pesantren yang representatif seperti ruang kelas yang nyaman, asrama yang asri, laboratorium MIPA dan bahasanya. Tetapi tetap dengan biaya murah dan pasti terjangkau. Dan mudah-mudahan ini menjadi motivasi dan do’a agar saya mampu mewujudkannya. contoh kongkrit dengan biaya hidup santri hanya Rp. 250.000,-/bulan, kami tetap berusaha mewujudkan fasilitas-fasilitas untuk kepentingan santri. Bahkan untuk santri yatim yang tidak mampu kami menggratiskan. Pembebasan tanah untuk perluasan areal PPQN dan pembangunan gedung tetap terus berjalan. Sedangkan kalau kelebihan Qotrun Nada.

8. T : Apa factor pendukung dan penghambat terlaksanakannya kegiatan dakwah di pondok pesantren Qotrun Nada ?

J : adapun factor pendukung pondok pesantren Qotrun Nada yaitu Karena ada keterkaitan antara wali santri dan pesantren maka hubungannya menjadi lebih baik untuk dakwah, Respon dari masyarakat yang sangat baik dengan memberikan dukungan sepenuhnya dalam setiap melakukan dakwah di pondok pesantren Qotrun Nada, adanya bantuan dari para donator yang berpartisipasi dalam pembangunan pesantren Qotrun Nada ini untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwahnya. Dan Niat ikhlas untuk memajukan serta menyebarluaskan ajaran Islam yang ditanamkan para Asatidz, sehingga dalam melaksanakan kegiatannya tanpa memikirkan keuntungan yang duterimanya. Walaupun tidak menghasilkan keuntungan materi namun yang dirasakan adalah kepuasan bathin.


(2)

Dan factor penghambat pondok pesantren Qotrun Nada itu sendiri yaitu Masih banyaknya sarana dan prasarana yang belum memadai sehingga menjadi factor penghambat bagi kegiatan dakwah ang dilakukan oleh pondok pesantren Qotrun Nada.

Interviuwer Responden


(3)

Suasana acara pada kegiatan Muhadhoroh yang dilaksanakan pada malam minggu di Pondok Pesantren Qotrun Nada.


(4)

(5)

Acara kegiatan Muharam yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh santri pondok pesantren Qotrun Nada.


(6)

Foto bersama Istri, dan Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya Depok.