KERANGKA TEORITIS Aktivitas dakwah santri di pondok pesaantren qotrum nada cipayung

16 baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesaat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. Ayat diatas menerangkan bahwa dakwah merupakan perbuatan yang sangat penting, karena dalam ayat tersebut terdapat kata serulah, maka umat manusia diperintahkan untuk menyeru, menyebarkan, mengajak, memberikan pengetahuan kepada orang lain tentang ajaran- ajaran Islam, meluruskan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Dari berbagai definisi dakwah di atas yang disampaikan oleh para ahli dakwah, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan mengajak manusia kepada jalan kebenaran, menyampaikan syariat Islam kepada individu atau kelompok baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan agar mereka senantiasa berada di jalan Allah. Adapun bentuk-bentuk dakwah yaitu : 1. Dakwah bil lisan Dakwah bil lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan objek dakwah. Dakwah bi lisan mempunyai beberapa media, seperti: khutbah, ceramah, ataupun pidato. 2. Dakwah bil qalam Dakwah bil qalam adalah dakwah dengan menggunakan media tulisan. Dakwah bil qalam merupakan bentuk dakwah yang pernah dipraktekan Rasulullah SAW. Dakwah dalam bentuk tulisan yang 17 dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan mengirim surat-surat yang berisi seruan, ajakan, atau panggilan. Dakwah bil qalam pada era sekarang ini menggunakan media cetak yang meliputi: surat kabar, majalah, brosur, dan bulletin. 3. Dakwah bil hal Dakwah bil hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-nilai ajaran agama Islam. Dakwah bil hal merupakan usaha merintis dan mempraktekkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari- hari. Dakwah dalam bentuk ini dapat dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apa pun. 8 C. Unsur-unsur Dakwah Unsur-unsur dakwah haruslah ada dalam proses dakwah, bilamana unsur-unsur itu tidak terpenuhi maka dakwah akan mengalami hambatan bahkan kegagalan. Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah itu antara : Da’i pelaku dakwah, mad’u penerima dakwah, materi dakwah maddah, media dakwah wasilah, metode dakwah metode dan efek dakwah atsar. Adapun pengertian-pengertiannya adalah sebagai berikut : 1. Da’i pelaku dakwah 8 Umi Musyarrofah. Dakwah KH.Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan. Jakarta: UIN Press, 2009 cet ke-1 h.20-21. 18 Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat organisasi. Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh orang yang menyampaikan ajaran Islam. Namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib, dan sebagainya. Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. 9 Dalam Al-Qur’an dan sunnah, terdapat penjelasan tentang amr ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya. Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i yaitu : 1. Mendalami Al-Qur’an dan Sunnah dan Sejarah kehidupan Rasul serta khulafaurrasyidin. 9 Muhammad Munir Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, hlm. 21-22 19 2. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi. 3. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan di mana pun. 4. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara. 5. Satu kata dengan perbuatan. 6. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri. 10 Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak Al-Qur’an dan Hadist yang memberikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh da’i. demikian pula banyak buku yang ditulis oleh yang memberikan syarat ideal bagi juru dakwah. Oleh karena itu, da’i yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat yang akan menjadi mitra dakwahnya adalah calon- calon da’i yang akan mengalami kegagalan dalam dakwahnya. 2. Mad’u penerima dakwah Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah objek dan sekaligus subyek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi 10 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004, Ed.1, h. 77 81 20 orang-orang diluar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad’u. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ 28 :              “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” QS. Saba’ : 2 . Mereka yang menerima dakwah ini lebih disebut mitra dakwah dari pada sebutan objek dakwah sebab sebutan yang kedua lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah; padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syari’ah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dan diamalkan secara bersama-sama. 11 Di awal surat Al-Baqoroh, mad’u dikelompokkan dalam tiga rumpun, yaitu mukmin, kafir, dan munafik. Mujahid berkata: “ empat ayat di awal surah Al-Baqoroh mendeskripsikan tentang sifat orang mukmin, dua ayat mendeskripsikan sifat orang kafir, dan tiga belas ayat berikutnya mendeskripsikan sifat orang munafik”. Muhammad Abu al-Fath Al Bayununi mengelompokkan mad’u dalam dua rumpun besar yaitu : rumpun muslimun atau mukminun umat yang telah menerima dakwah, dan non muslim atau umat dakwah umat yang perlu sampai kepada mereka dakwah Islam. 11 Cahyadi Takariawan. Prinsip-Prinsip Dakwah, Yogyakarta: ‘Izzan Pustaka, 2005, Cet, ke- IV. h. 25 21 3. Materi Dakwah Maddah Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi 4 masalah pokok, yaitu : a. Masalah Akidah Akidah secara harfiah berarti sesuatu yang tersimpul secara erat dan kuat. Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam, yang mengandung pengertian “ pandangan pemahaman, ataui ide yang diyakini kebenarannya oleh hati. Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Karena akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai hatinya. Dari akidah inilah yang akan membentuk moral akhlak manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai cirri- ciri yang membedakan kepercayaan dengan agama lain, yaitu : 1. Keterbukaan melalui persaksian syahadat. Dengan demikian seorang muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain. 2. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalakan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan 22 kelompok atau bangsa tertentu. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 3 :                    “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulallah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” Q.S. Al-Hujarat: 3. 3. Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam ghaib sangat mudah untuk dipahami. 4. Ketahanan antara iman dan Islam maupun amal perbuatan. Aspek ajaran Islam tentang ketuhanan dan kepercayaan akidah pada intinya mengandung keyakinan terhadap ke-Maha Esa-an Allah SWT. 12 b. Masalah Syari’ah Hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syari’ah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang 12 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 109-110 23 melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syari’ah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslim. Dan materi dakwah dalam bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar, pandangan yang jernih, kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok ke dalam kejelekan, sementara yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan. Dan inilah yang akan dijadikan materi dakwah sebagaimana da’i mampu mengemas masalah syariah ini ke dalam permasalahan umat era sekarang yang bisa menjawab atau memberikan solusi terhadapnya. Dan terpenting materi syariat ini tidak bertentangan dengan sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan Hadist. 13 c. Masalah Muamalah Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan denga Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Dan muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. Hal demikian dengan alasan : a. Dalam Al-Qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar sumber hukum itu berkenaan dengan urusan muamalah. 13 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 114 24 b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan bukan ditinggalkan. c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Karena itu sholat jamaah lebih tinggi nilainya daripada sholat sendirian. d. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya tebusannya adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah sebagaimana yang tertera dalam hadits berikut : “orang- orang yang bekerja untuk menyantuni janda dan orang- orang miskin, adalah seperti pejuang di jalan Allah atau aku kata beliau berkata dan seperti orang yang terus menerus sholat malam dan terus menerus puasa.” 14 Dari hadist tersebut, dapat dianalisa bahwa ibadah sosial seperti menyantuni kaum dhuafa, meringankan beban orang lain adalah lebih besar ganjarannya daripada ibadah-ibadah sunnah. d. Masalah Akhlak 14 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 115 25 Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secara linguistic kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlak atau khuluq kedua- duanya dijumpai pemakainnya di dalam Al-Qur’an maupun Hadist sebagai berikut :      “Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Q.S. Al-Qalam: 4. 15 Menurut istilah, pengertian akhlak adalah akhlak yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan. Sementara menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbullkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Akhlak tidak dapat begitu saja dimiliki oleh seseorang. Akhlak adalah sesuatu yang sudah menempel pada seseorang dan menjadi bagian dari dirinya. 15 Moh.Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, Ed-2.h.25 26 Dari definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. 16 Untuk itu salah satu materi dakwah Islam dalam rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan legal formal yang terkandung dalam syariat, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak. Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang menjadi ajaran paling dasar islam. 4. Wasilah Media Dakwah Unsur dakwah yang keempat adalah wasillah media dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah ajaran Islam kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunkan berbagai wasillah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu : a. Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. 16 Asep Usmar Ismail, Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005, hlm. 25 27 b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyrat spanduk, lukisan, gambar dan sebagainya. c. Audio Visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, internet dan sebagainya. d. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u. 17 5. Thariqoh Metode Dakwah Sebelum kita membicarakan metode dakwah, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian metode. Kata metode berasal dari bahasa latin methodus yang berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodus berarti cara atau jalan. Sedangkan dalam bahasa Inggris methode dijelaskan dengan metode atau cara. 18 Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajatan materi dakwah Islam. Dalam meyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat An- Nahl: 125 17 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 120 18 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 120-121 28                           “Seluruh manusia kepada jalan Tuhanmu degan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.” Q.S. An-Nahl: 125. Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu : 1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi saran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. 2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. 3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah. 19 6. Atsar Efek Dakwah Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi 19 Muhammad Munir Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, hlm. 34 29 dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek atsar pada mad’u penerima dakwah. Atsar efek sering disebut dengan feed back umpan balik dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. 20 Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah. Seluruh komponen system dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da’i, para tokoh masyarakat, dan para ahli. Jadi dengan menerima pesan melalui kegiatan dakwah, diharapkan akan dapat mengubah cara berfikir seseorang tentang ajaran agama sesuai dengan pemahaman yang sebenarnya. Begitu pula dengan perbuatan atau perilaku seseorang itu pada hakikatnya, adalah perwujudan dari perasaan dan pikirannya. Adapun dalam hal ini perilaku yang diharapkan adalah 20 Muhammad Munir Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, hlm. 34 30 perilaku yang sesuai dengan pesan dakwah, yakni perilaku positif sesuai dengan ajaran Islam baik bagi individu taupun masyarakat. 21 D. Tujuan Dakwah Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam aktivitas dakwah. Ini berarti, bahwa tujuan dakwah masih bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan padanya. Dengan demikian, tujuan dakwah secara umum sebagaimana yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an adalah mengajak umat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT. Di samping itu, tujuan dakwah itu adalah mendapat kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari azab neraka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 202           “Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” Q.S. Al- Baqarah: 202. Jadi, dari berbagai macam tujuan dakwah diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah itu adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. 21 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm. 139-141 31 Dan jika dilihat dari sasaran aktivitasnya, tujuan dakwah dapat diklasifikasikan menjadi : a. Mengajak orang yang belum masuk Islam untuk menerima Islam, hal ini dapat dipahami dalam firman Allah SWT. b. Amr ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat. Amr ma’ruf disni, diartikan sebagai usaha mendorong dan menggerakan umat manusia agar menerima dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. c. Nahi munkar, muatan dakwah yang berarti usaha mendorong dan menggerakan umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal- hal yang mungkar. 22 E. Fungsi-Fungsi Dakwah Dakwah mempunyai beberapa fungsi yaitu : 1. Mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam perjuangan melawan kebatilan dan jahiliyah. 2. Menggugah dan membangunkan manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam. 3. Menegakkan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat salah dan dosa. 4. Membentuk opini umum yang benar dan selamat. Opini umum inilah yang mempunyai peran besar di dalam menjaga dan memelihara adab, akhklak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam kehidupan bermasyarkat. 22 Muhammad Munir Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, hlm. 88-91 32 5. Dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqomahnya akhlak kita. 6. Dengan dakwah kita akan memperoleh keberuntungan berupa jannah dan keridhaan Allah di akhirat. 7. Dengan dakwah kita akan terlepas dari siksa di dunia dan di akhirat. 8. Dakwah adalah jalan menuju wihdatul ummah, karena dakwah berusaha menanamkan nilai-nilai ukhuwah, kebersamaan, ta’awun dalam kebaikan dan taqwa serta rasa saling memperhatikan antara kaum muslimin. 23 F. Pesantren Pesantren dikatakan oleh Didin Hafiduddin adalah salah satu lembaga iqamatuddin. Lembaga-lembaga iqamatuddin memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai tempat tafaqquh fiddien pengajaran, pemahaman dan pendalaman ajaran agama Islam dan indzar menyampaikan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat.kata “pondok pesantren” terdiri dari dua suku kata, yaitu “pondok” dan “pesantren”. Kata pondok berasal dari bahasa arab funduqun, yang artinya ‘hotel atau penginapan’. Dari keterangan di atas dapat dirumuskan tentang pengertian pondok pesantren, yaitu tempat orang-orang atau para pemuda menginap bertempat tinggal yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk 23 Sayid Muhammad Nuh. Dakwah Fardiyah pendekatan personal dalam dakwah, Solo: Era Intermedia, 1996, Cet. Ke-1.h. 33-42 33 mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dnan mengamalkan ajaran agama islam. 24 Sedangkan menurut Drs. Mahmud, pondok pesantren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi aktif antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjidmushalla, ruang kelas, emper asrama pondok untuk mengaji dan membahas buku- buku teks keagamaan karya ulama masa lalu. 25 1. Tujuan dan ciri-ciri pesantren : Dengan menyadarkan diri kepada Allah SWT, para kyai pesantren melalui pendidikan pesantrennya dengan modal niat ikhlas dakwah untuk menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana dan terbatas. Relevan dengan jiwa kesederhanaan di atas, maka tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian. Sedangkan ciri-ciri pesantren itu seperti : a. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya. b. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujidkan dalam lingkungan pesantren. 24 Umi Musyarrofah, Dakwah KH.Haman Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan, h.21- 22 25 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, Tanggerang: Media Nusantara, 2006, cet-1, h. 1. 34 c. Kemandirian amat terasa di pesantren. Seperti, para santri mencuci pakaian sendiri, dan membersihkan kamar tidurnya sendiri. d. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren. e. Disiplin sangat dianjurkan. f. Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia. 26 26 M.Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003, Cet. Ke-1, h. 92. 35

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA

A. Sejarah singkat terbentuknya pondok pesantren Qotrun Nada Qotrun Nada adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang terletak didaerah Cipayung Jaya – Pancoranmas, Depok, Jawa Barat. Meskipun terletak didaerah yang agak terdalam dan berada persis ditepi sungai namun tidak meruntuhkan niat para santri untuk menuntut ilmu disini, dengan keyakinan yang kuat itulah yang membuat ratusan santri berkumpul dalam sebuah wadah yang selalu dinantikan hasilnya dan mereka terdiri dari keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah Jawa, Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh, Padang dan Jambi. 1 Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang hanya digunakan oleh masyarakat cipayung untuk kegiatan mengajarkan Al Qur’an namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini semakin diminati oleh masyarakat cipayung dan sekitarnya, sampai akhirnya atas dorongan dan keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995 mulailah diadakan penerapan pendidikan Islam yang dikembangkan melalui pengajian kitab pada luar jam sekolah atau pada bahasa masyarakat Cipayung adalah santri kalong. Santri kalong adalah santri yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian 1 Wawancara pribadi dengan KH. Burhanuddin Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 30 Maret 2011. 36 kitab salafi pada waktu-waktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah masing-masing. Karena peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan dari para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakan agar lebih dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk bermukim di Majlis Ta’lim, khusus putra bermukim disebelah kediaman kyai sedangkan khusus putri bermukim dikediaman orang tua sang kyai, yaitu Al-Walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat yang memadai untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Seiring dengan dukungan para masyarakat maka tepat pada tanggal 09 September 1996 dimulailah pelaksanaan peletakan batu pertama diatas tanah seluas 1500 M dan sejak itu pula Majlis Ta’lim tersebut dinamai oleh salah seorang kyai yang merupakan guru dari sang pimpinan yang bernama KH. Ahmad Zaini dengan nama ‘ QOTRUN NADA ’ yang memiliki arti “Tetesan Embun Pagi”, Dengan nama Qotrun Nada-lah kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran kreatif, inovatif, serta positif dan dengan landasan yang berdasarkan atas Al Qur’an dan Hadits, seperti halnya tetesan embun yang senantiasa Allah turunkan dari langit yang membawa pencerahan untuk alam disekelilingnya. 37 Tepat pada tahun 1997 secara resmi penerimaan santri baru dengan jumlah santri yang pada saat itu berjumlah 52 orang itu pun belum semuanya bermukim dikarenakan masih banyaknya kekurangan disana sini, dan Alhamdulillah seiring dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang hingga saat ini atas do’a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat ini pula kami telah memiliki sekitar 750 santri dan seluruhnya bermukim dipondok. 2 Program pendidikan yang dikembangkan oleh pendiri Pondok Pesantren Qotrun Nada The Family Fathors yang terdiri dari : Drs. KH. Burhanuddin Marzuki, Ust. Syamwari, Ust.Achyanuddin Syakier. Secara perlahan-lahan dan dengan penuh kesabaran diiringi dengan dedikasi yang tinggi Beliau telah berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Qotrun Nada menjadi suatu lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kaderisasi seorang yang berjiwa keagamaan. Program yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah program terpadu yaitu panduan belajar selama enam tahun yang meliputi Madrasah Tsanawiyah MTs dan Madrasah Aliyah MA. Namun Pondok Pesantren Qotrun Nada ini juga membuka program pendidikan yang agak singkat meliputi program TakhassusIntensif yang setingkat dengan Aliyah yaitu hanya tiga tahun bagi para lulusan Madrasah Tsanawiyah MTs atau SLTP yang ingin melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Qotrun Nada ini. 2 Wawancara pribadi dengan KH. Burhanuddin Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 30 Maret 2011. 38 Pondok Pesantren Qotrun Nada sangat terkenal dengan kedisiplinannya, mulai dari disiplin waktu sampai dengan disiplin akan peraturan yang telah ditetapkan. Qotrun Nada sendiri terdiri dari berbagai macam organisasi, baik organisasi dalam lingkup yang besar Majlis Guru maupun yang masih dalam lingkup yang masih kecil ISQN Ikatan Santri Qotrun Nada yang mana seluruh organisasi- organisasi tersebut saling bekerja sama dalam melaksanakan kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang senantiasa dijaga oleh para santrinya. Upaya pengembangan pondok pesantren tidak cukup jika hanya dari banyaknya prestasi saja, tapi juga jasa dari pengasuh dan pimpinan yang senantiasa selalu menyiarkan tentang Pondok Pesantren kehadapan publik sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang apa itu sebuah pondok pesantren dan bagaimana cara memilih pondok pesantren yang benar sehingga tidak menimbulkan kesalahan nantinya. selain itu juga ada kegiatan akhir tahun yang dilaksanakan oleh para calon alumni setelah mereka mengikuti Ujian Akhir UN yaitu kegiatan pembelajaran atau yang biasa disebut dengan PPM Praktek Pengabdian Masyarakat hasil dari kegiatan tersebutlah yang sedikit banyaknya mampu mengambil perhatian masyarakat yang menjadi tuan rumah dari kegiatan tersebut dan Alhamdulillah semuanya yang dilakukan oleh para santri kami semuanya dapat mereka terima dan dipandang dengan pandangan yang baik. 3 3 Wawancara pribadi dengan KH. Burhanuddin Marzuki, Pimpinan Pondok Pesantren Qotrun Nada, Jakarta 30 Maret 2011.