Unsur - unsur dakwah pada proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Timur

(1)

ABSTRAK

Abdul Azis, 103053028688 Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi: Unsur-Unsur Dakwah Pada Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Timur

Santri sebagai subjek belajar memiliki hak untuk cerdas, pintar dan menjadi dewasa baik dalam pemikiran maupun dalam bertindak. Santri pun berhak mendapat perlakuan dan fasilitas yang tidak boleh saling dibedakan bila berada dalam lingkungan pendidikan, karena pendidikan adalah hak setiap anak bangsa tanpa terkecuali. Pesantren sebagai fasilitator harus mampu memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan saswa dalam pembelajaran.

Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya lemah. Dalam pendidikan pesantren, selain mutu intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri harus memiliki sikap-sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ihlas beramal, dan sikap-sikap mementingkan kebersamaan.

Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (Ponpes NW) merupakan salah satu pondok pesantren yang didirikan dengan niat yang sama dengan ketentuan-ketenuan di atas sehingga diharapkan lulusan-lulusan (Mutakharrijin) nya dapat berkiprah di tengan-tengah masyarakat. Juga, dapat merealisasikan cita-cita Nahdhatul Wathan, yaitu membangun bangsa dan membangun tanah air.

Dalam penelitian skripsi ini, Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sehingga memungkinkan untuk melakukan pengamatan terlibat dan penelitian lapangan (field research) dengan observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.

Berdasar penelitian yang penulis dapatkan dilapangan yang berasal dari hasil wawancara dengan beberapa responden, objek penelitian ini yaitu Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Timur. Dalam pengamatan penulis, Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan melaukan pembelajaran dengan memenuhi unsur-unsur dakwah.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji serta rasa syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sgalawat serta salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah islam melalui kitab-Nya.

Skripsi yang berjudul “unsur-unsur dakwah pada proses belajar mengajar santri pondok pesantren nahdlatu wathan jakarta timur” ini merupakan salah satu persyaratan akademik dalam penyelesaian studi strata satu (S1) pada fakultas dakwah dan komunikasi universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta. Namun demikian penulis menyadari bahwa hasil penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Selanjutnya , penulis juga menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, saran dan kritik sarta do’a, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ribuan terima kasih kepada semua pihak antara alin:

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah beserta Sekretaris dan Staf Jurusan

3. Dr. H. Idris A. Shomad MA, dan keluarga, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah rela untuk meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, petunjuk, bimbingan dan selalu sabar mendengarkan keluh kesah penulis.

4. Keluarga besar pondok pesantren nahdlatul wathan Jakarta timur yaitu Drs. H.M. Suhaidi, Ahmad Madani, S.Pdi, Drs. Mushlihan Habib, Ma, Drs. Badri Hs H. Sofawi, S.Pdi. baesrta para guru dan karyawan, serta para santri yang selalu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan


(3)

iii

kerjasananya selama proses penelitian berlangsung serta bersedian memposisikan penulis sebagai teman.

5. Segenap dosen fakultas dakwah dan komunikasi, khususnya para dosen manajejem dakwah yang kurang lebih selama sekian tahun banyak memberi ilmu dan pelajaran hidup kepada penulis.

6. Keluarga tercinta, Alm. Ayahanda tercinta yang telah tenang di syurga, (H. Munadih bin Saiyan), Ibunda, Abang, Mpo‘ dan seluruh Keluarga Besar Al-Alifiyah yang selalu memberikan dukungan moril dan mateil yang tek terhingga harganya. Maaf baru sekarang..

7. Segenap karyawan dan pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kerjasamanya

8. Keluarga besar UKM KMPLHK RANITA. Ketua umum beserta pengurus, komlap dan amura, senioren, anora..terima kasih gank!

9. Semua teman dan orang-orang yang telah sangat banyak membantu dan memberikan motivasi dan inspirasi (specially Diah Maharani).

Jakarta,8 Juni 2010

Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Dan Mafaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Unsur-Unsur Dakwah ... 14

1. Pengertian Dakwah... 14

2. Unsur-Unsur Dakwah... 16

B. Proses Belajar Mengajar ... 24

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar ... 24

2. Proses Belajar Mengajar di Sekolah... 28


(5)

C. Pengertian Santri dan Pondok Pesantren ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ... 38

B. Visi, Misi Dan Tujuan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ... 43

C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ... 44

D. Program Kerja Atau Kegiatan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan 50

BAB IV ANALISIS UNSUR-UNSUR DAKWAH PADA PROSES

BELAJAR MENGAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN

NAHDLATUL WATHAN

A. Unsur dakwah yang diterapkan pada proses belajar mengajar

santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan... 64

B. Faktor Penghambat Dan Pendukung proses belajar mengajar

Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ... 78

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN... 83

B. SARAN ... 85

DAFTAR PUSTAKA... 87


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dakwah Islamiyah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW telah berhasil membentuk masyarakat Islami. Oleh karena itu perjalanan yang menuju sebuah masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta memberi kerangka dinamika dan perubahan sistem dalam proses perwujudan masyarakat yang adil dan makmur.1 Karena pada hakekatnya dakwah adalah menyeru kepada umat Islam untuk menuju kepada jalan kebaikan, memerintah yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dalam rangka memperoleh kabahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat. 2

Metode yang sering digunakan dalam berdakwah, khususnya para aktivis dakwah (da’i) dan umumnya bagi para muslim diantaranya yaitu: dakwah bil hikmah atau dakwah teori dan praktek, sedangkan bentuk dakwah yang bisa diterapkan, antara lain yaitu dakwah dengan lisan, tulisan atau dakwah bil qolam, dan dakwah dengan perbuatan atau dakwah bil hal. Dakwah dengan lisan dapat berupa ceramah, khutbah, dan lain sebagainya. Dakwah dengan tulisan berupa buku atau kitab dan lain-lain. Sedangkan dakwah bil hal berupa kegiatan-kegiatan yang berlangsung menyentuh kepada masyarakat. Dari banyak metode tersebut, juga diterapkan di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.

1 Amrullah, Ahmad, (editor). Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta : Primaduta, 1983), h.285.

2 Rafi’udin dan Maman Abdul Jaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 25


(7)

Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan berkembang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Jika pada awal-awal berdirinya lebih dimaksudkan untuk mempersiapkan kader-kader bangsa yang pakar di bidang agama (tafaqquh fi al-din), dewasa ini pesantren telah memasukkan pengetahuan-pengetahuan umum sebagai kurikulum dan menjadi kurikulum wajib yang harus dipelajari oleh para santri. Ini dimaksudkan agar pesantren selalu relevan dengan tantangan dan kemajuan zaman.

Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya lemah. Dalam pendidikan pesantren, selain mutu intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri harus memiliki sikap-sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ikhlas beramal, dan sikap-sikap mementingkan kebersamaan. Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (Ponpes NW) merupakan salah satu pondok pesantren yang didirikan dengan niat yang sama dengan ketentuan-ketenuan di atas sehingga diharapkan lulusan-lulusan (mutakharrijin) nya dapat berkiprah di tengan-tengah masyarakat. Juga, dapat merealisasikan cita-cita Nahdhatul Wathan, yaitu membangun bangsa dan membangun tanah air sebagaimana tertuang dalam doa yang senantiasa dibaca dan diucapkan oleh warga Nahdlatul Wathan berikut. ”Ya, Allah, makmurkanlah negeri kami dengan air-air Nahdlatul Wathan dan sinarilah negeri kami dengan bintang-bintang Nahdhatul Wathan Anugerah di balik Musibah”. Boleh disebut begitu berdirinya Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta.


(8)

Bermula, sejumlah calon tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat berniat ke Saudi Arabia untuk mencari pekerjaan. Tapi, mereka ditipu oleh oknum PJTKI yang mengurusnya sehingga mereka terdampar di Jakarta. Mereka sebagian besar tinggal di daerah Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Mereka ditampung penduduk setempat yang umumnya penduduk asli, Betawi, yang sangat fanatik pada agama Islam. Mereka adalah alumnus-alumnus Pondok Pesantren Darun Nahdlatain, pesantren yang bernaung di bawah organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1935. Pondok ini didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang juga pendiri Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Di pemukiman baru ini mereka mengajar mangaji Al Qur’an dari rumah ke rumah dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu. Mereka mendapat sambutan dan dukungan penduduk setempat. Mereka bersama-sama membina kegiatan keagamaan ini. Kegiatan ini berkembang menjadi sebuah majelis taklim dengan peserta tidak kurang dari 200 orang lebih. Melihat perkembangan pengajian yang sangat pesat, muncul gagasan atau inisiatif menghimpun dana untuk membeli sepetak tanah seluas 200 meter persegi. Itu terjadi sekitar tahun 1979. Pada awalnya, hingga beberapa waktu lamanya, pengajian anak-anak dan majelis taklim itu belum bernama. Ustadz Suhaidi menjelaskan, di pengajian ibu-ibu masyarakat waktu itu menuntut pengajian diberi nama. Daripada dinamakan dengan sembarang nama, kita namakan saja Nahdlatul Wathan. Karena kita lahir dari Nahdlatul Wathan dan untuk Nahdlatul Wathan. Tidak terbayang waktu itu, adanya lembaga-lembaga pesantren seperti sekarang ini. Jangankan punya


(9)

lembaga, punya tanah pun tidak pernah terbayang. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memformalisasikan kegiatan menjadi sebuah lembaga pembinaan keberagamaan yang resmi, Pengurus Besar Nahdlatul Wathan memberikan Surat Keputusan tentang Pengesahan Pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul Wathan Pisangan, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. pada 4 Juni 1987. Saat ini Pondok Pesantren NW Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4200 meter persegi berstatus tanah wakaf dari jemaah NW. Keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan NW tersebut memiliki santri/siswa/jemaah/anggota sekitar 9.050 orang. Jumlah terbesar adalah anggota jamaah wirid/thariqah sebanyak sekitar 5.000 orang dan majelis taklim yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, dan kaum remaja sekitar 3.000 orang. Jumlah santri/siswa sekitar 1.000 anak. Dalam operasionalnya, Ponpes NW didukung 163 orang Sumber Daya Manusia (SDM).

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul :

”UNSUR-UNSUR DAKWAH PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN JAKATRA TIMUR”


(10)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Setiap masalah pada hakikatnya sangat kompleks sekali, maka agar tidak menyimpang dan dapat memperjelas objek penelitian, peneliti membatasi permasalahan pada Unsur-Unsur Dakwah Yang Diterapkan Pada Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan di Jakarta Timur

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang penulis ajukan adalah : Unsur-unsur dakwah apa saja yang digunakan dalam proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta ?.

Berkaitan dengan perumusan masalah di atas, maka indikator pertanyaan penelitian Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta adalah :

a) Unsur-unsur dakwah apa yang digunakan dalam proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta?

b) Apakah faktor penghambat dan faktor penunjang proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta?


(11)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

a) Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dakwah yang diterapkan dalam proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta.

b) Untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan skripsi ini yaitu:

a) Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/mahasiswi terutama pada jurusan Manajemen Dakwah agar dapat mengetahui sisi apa saja unsur-unsur dakwah yang digunakan dalam Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta.

b) Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan bagi peneliti khusunya atau lembaga terkait


(12)

(Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta). Serta masyarakat umum dalam hal penerapan unsur-unsur dakwah Islam.

D. Metodologi penelitian

1. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud, sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu kerja untuk memahami objek.” 3

Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sehingga memungkinkan untuk melakukan pengamatan terlibat dan penelitian lapangan (field research) dengan observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.

2. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah Unsur-Unsur Dakwah

3

Anas Sudjana, Metode Riset Dan Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta : Reproduksi UD Rama, 1980), h. 16.


(13)

3. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai bulan juni 2010, dengan penelitian ini selesai dilakukan pada Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan yang beralamat di Jakarta Timur tepatnya di : Jl. Raya Penggilingan, Pisangan I, Rt 001/Rw 003, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. 13940.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a) Observasi atau pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana peneliti mengadakan langsung terhadap gejala dan objek yang diteliti.4

b) Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka secara langsung antara pewawancara dan penjawab, (responden) yang menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara. 5

4

Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiyah, (Bandung : Tarsito, 1980), Cet. VII, h. 102.

5

M. Nasir, metode penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), Cet. II, h.182.


(14)

c) Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, internet, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, buletin, buku jurnal, dan sebagainya. 6

5. Analisis Data

Sedangkan dalam pegolahan data, penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu: penulis berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan berdasarkan pada teori yang ada dan berusaha memberikan pemecahan masalah sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata penulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 7

Adapun data yang penulis dapatkan yaitu diperoleh dari sumber primer maupun sekunder. Sumber primernyaadalah Al-Qur‘an, dan literatur yang terkait langsung dengan strategi dakwah yang di usung oleh pondok pesantren nahdlatul wathan jakarta. Sedangkan Sumber sekunder yang digunakan adalah literatur yang tidak memiliki kaitan secara langsung dengan objek penelitian, metode analisis, dan kerangka terori.

6

Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202.

7

Lexy J. Moleong, Metodoligi Penelitian Kualitatif, (bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Cet. XXII, h. 5.


(15)

Teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Karya Ilmiyah“, baik skripsi, tesis, dan disertasi yang disusun oleh tim penulis UIN Syarifhidayatullah Jakarta tahun 2007. 8

E. Tinjauan Pustaka

Langkah awal yang penulis tempuh sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiyah adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skkripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti.

Adapun setelah penulis melakuakn suatu kajian telah kepustakaan, penulis selama ini dan sepengetahuan penulis belum ada tulisan skripsi tentang judul dan tema ini

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab dengan maksud dan tujuan agar lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab,yaitu sebagai berikut:

8

Tim Penulis, pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) CeQDA, Cet.I, 2006.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini akan membahas tentang : Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, Proses Belajar Mengajar, Pengertian Proses Belajar Mengajar, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar, Pengertian Santri dan Pondok Pesantren.

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN NAHDHATUL WATHAN JAKARTA.

Bab ini akan membahas tentang : Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan, Visi-Misi, Tujuan, Sasaran, Struktur Dan Program Kegiatan Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan.

BAB IV ANALISA

Bab ini akan membahas tentang : Unsur-unsur Dakwah yang diterapkan pada Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan, Faktor Penghambat Dan Pendukung Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan.


(17)

BAB V PENUTUP

Bab ini akan membahas tentang : Kesimpulan Dan Saran-Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Kata dakwah dapat diartikan baik secara etimologi (bahasa) maupun secara terminologi (istilah).

Menurut Etimologi, dakwah berasal dari bahasa arab “da’a, “yad’u“ yang berarti memanggil, mengajak atau menyeru.9 Sedangkan pengertian dakwah menurut terminologi, dikemukakan oleh beberapa para tokoh dakwah yang antara lain:

Dakwah menurut Wardi Bachtiar adalah “ Suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, atau proses mengajak manusia kejalan Allah yaitu Al-Islam. Proses tersebut terdiri dari da’i, mad’u, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah dan objek dakwah“.10

Menurut Jum’ah Amin Abdul Aziz, Dakwah adalah “Menyeru manusia kepada jalan agama yang diridhai Allah untuk alam semesta dan ajaran-ajaranya telah diturunkan oleh Allah SWT. Sebagai wahyu atas Rosulnya, sehingga menurut beliau, bahwa tugas seorang juru dakwah atau da’i adalah untuk

9 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Dan Penterjemahan Atau Penafsiran Al Qur’an Depag, 1973), h. 127

10 Wardi Bachtiar, metode penelitian ilmu dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 31


(19)

mengajak manusia baik yang muslim atau non muslim untuk memahami Islam, mengamalkanya, dan menegakan syariat-syariatnya di muka bumi.11

H. Endang S. Anshari menjelaskan bahwa ada dua macam arti dakwah yaitu, dakwah dalam arti terbatas dan dakwah dalam arti luas. Dakwah dalam arti terbatas adalah menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan maupun tulisan, atau secara lukisan ( panggilan, seruan, ajakan kepada manusia kepada ajaran Islam). Sedangkan dakwah dalam arti luas adalah penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk di dalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya.12

H. Toto Tasmara berpendapat bahwa dakwah “...Merupakan suatu proses penyampaian pesan (massage) berupa ajaran Islam yang disampaikan secara persuasive (hikmah) dengan harapan agar komunikasi dapat bersifat dan berbuat amal shalih sesuai dengan ajaran islam. Dakwah merupakan suatu proses komunikasi, tetapi tidak semua proses komunikasi merupakan proses dakwah.“13

Menurut Quraish Syihab, ”Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi muapun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan hanya

11 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo Intermedia, 1997), cet ke-1,h. 69

12 E. S. Anshari, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Usaha Enterprises, 1979), h. 1

13 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Prata Media, 1997), h. 38


(20)

sekedar peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi menuju sasaran yang lebih luas”.14

2. Unsur Unsur Dakwah

a) Subjek Dakwah (Da’i)

Subjek dakwah adalah “orang yang melaksanakan tugas dakwah. Pelaksanaan tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pribadi atau atau subjek adalah sosok manusia yang punya keteladanan yang baik dalam segala hal”15.

Untuk mendukung keberhasilan dakwah, seorang da’i harus memiliki kamampuan-kemampuan. Adapun kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki seorang da’i adalah:

1) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar

2) Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah

3) Mengetahui akhlakul karimah

4) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas

5) Mencintai audience atau mad’u dengan tulus

14 Quraiah Syihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1993), h. 194.

15 Rafiuddin, Maman Abdul Jalil., Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet, ke-1, h. 47.


(21)

6) Mengenal kondisi lingkungan dengan baik.16

b) Objek Dakwah (Mad’u)

Menurut Wardi Bachtiar objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, dan proses perubahan.17 Atau objek disebut mad’u atau sasaran dakwah, yaitu ”orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang, maksudnya ialah ”orang-orang yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah”.18

Mad’u (objek dakwah) dilihat dari stratifikasi kelompok masyarakat berdasarkan letak geografis adalah sebagai berukut:

1) Masyarakat kota, yaitu kehidupan masyarakat yang cenderung individualis kompetisi untuk meningkatkan status sosial yang sangat terasa sekali, sehingga nilai yang berkembang menjadi labih materlialis dan rasionalis. Pola fikir rasionalis merupakan titik utama yang perlu diperhatikan oleh para juru dakwah, karena itu materi dakwah yang disajikan dengan lebih menggunakan pendekatan rasional.

16 Abdul Munir Mulkam., Ideologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996), cet. Ke-1, h.238-239

17 Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, hal. 35.

18 A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 34.


(22)

2) Mayarakat desa, yaitu: kehidupan masyarakat desa yang erat hubunganya dengan alam, mengandalkan sesuatu dengan mengandalkan kekayaan alam sekitarnya membawa mereka kepada pola fikir yang cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat kota, sehingga berdakwah di hadapan masyarakat desa tidak pelu mempergunakan ilmiah yang memungkinkan terjadinya kesalahfahaman karena tidak komunikatif.

Masyarakat penggilingan cakung, jakarta timur termasuk masyarakat kampung walaupun masyarakat daerahnya perkotaan karena masyarakatnya saling gotong royong dan saling membantu satu dengan yang lainya dan pola fikir masyarakat penggilingan cakung, jakarta timur cenderung lebih sederhana sehingga berdakwah di hadapan masyarakat penggilingan cakung. Jakarta timur tidak perlu mempergunakan ilmiah yang memungkinkan terjadinya kesalahfahan karena tidak komunikatif.

3) Masyarakat primitif, yaitu: masyarakat yang terbelakang di segala bidang peradaban dan kebudayaanya masih asli dan sangat sederhana, tetap dengan kondisi seperti ini justru diperlukan para juru dakwah yang serba bisa. Dapat membimbing mereka langsung dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dakwah yang labih cocok


(23)

adalah dakwah dengan pendekatan bil hal (perbuatan atau tingkah laku).19

Jadi, objek dakwah adalah sasaran bagi kegiatan dakwah, yakni individu atau perorangan maupun kelompok masyarakat dalam arti luas.

c) Media Dakwah (Wasilah Da’wah)

Media barasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat perantara, sedangkan menurut istilah media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.20

Adapun ”media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya”.

Dari definisi diatas, maka media dakwah adalah semua peralatan baik lisan, cetak maupun elektronik yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dalam rangka mencapai tujuan dakwah.

Secara garis besar media dakwah dapat digolongkan menjadi lima, yaitu: 1) Lisan, merupakan media yang paling mudah digunakan, yaitu

dengan menggunakan lidah dan suara;

19 Basrah Lubis, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: CV. Tursina, 1993), h. 46-48. 20 Asmuni Syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-ikhlas, 1983), h. 168.


(24)

2) Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i dalam poses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi anatara da’i dan mad’u;

3) Lukisan atau gambar atau illustrasi, media ini dapat berfungsi sebagai penarik lisan, merupakan media yang cukup mudah penggunaanya, yaitu dengan perhatian dan minat mad’u dalam mempertegas pesan dakwah;

4) Audio Visual, media ini merangsang indera penglihatan dan pendengaran mad’u.

5) Akhlak, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkah laku mad’u.

Dilihat dari dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Media Tradisional

Berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sabagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti; drama, pewayangan dan lain-lain;


(25)

2) Media Modern

Media yang di hasilkan dari teknologi yaitu: televisi, radio, majalah, dan lain sebagainya.21

d) Materi Dakwah (Maudhu Ad-Da’wah)

Materi dakwah bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Haadits yang meliputi berbagai aspek, di antaranya adalah aqidah, syari’ah dan akhlak dengan berbagai macam ilmu yang diperoleh darinya.22

Menurut Quraish Shihab materi dakwah yang dikemukakan oleh Al-Qur’an berkisar pada tiga masalah pokok yaitu: aqidah, akhlak dan hukum. Pada pokoknya, materi-materi tersebut tercermin dalam tiga hal:

1) Bagaimana ide-ide agama dipaparkan hingga dapat

mengembangkan gairah generasi muda untuk mengetahui hakikat-hakikatnya melalui hal yang positif;

2) Sumbangan agama ditujukan pada masyarakat luas yang sedang membangun, khususnya di bidang sosial, ekonomi dan budaya;

3) Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang dapat menjadi landasan bersama demi mewujudkan kerjasama antar pemeluk agama tanpa mengabaikan identitas masing-masing.23

21 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problemantika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) cet. Ke-1, h. 154.

22 Wardi Bachtiar. Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta:Logos, 1997), cet. Ke-1, h. 33.


(26)

e) Metode Dakwah (Uslub)

Uslub artinya metode atau seni. Uslub dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya. Sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Qur’an, Hadits, Sirah (sejarah), Salafus Shalih, Tabi’in an atbaat tabi’in.24

Adapun metode-metode yang ditempuh Al-Qur’an adalah:

1) Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah satu tujuan materi. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an berkisar pada perisiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dengan menyebut pelaku-pelaku dan tempat terjadinya.

2) Nasihat dan panutan. Al-Qur’an Al-Karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide yang dikehendakinya.

3) Pembisaan mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia, karena dengan kebisaan, seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan waktu yang banyak.

23 M. Quraih Shihab. Membimukan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama,1994), h. 193.

24 Said bin Ali Kotani, Dakwah Islam Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 9.


(27)

Metode dakwah adalah cara-cara yang digunakan da’i untuk menyampaikan materi dakwah, Al-Qur’an menjelaskan tentang metode dakwah dalam surat an-nahl ayat 125 yaitu:

Pertama, Hikmah ialah dengan cara bijaksana, akal budi yang mulia, yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap tuhan. Maksudnya adalah dapat menarik orang yang belum maju kecerdasanya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar, kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup, kadang-kadang lebih berhikmah ”diam” dari pada ”berkata”.25

Kedua, Al-Mau’idzatul Hasanah adalah pengajaran yang baik atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Jadi, Al-Mau’idzatul Hasanah adalah yang dapat masuk ke dalam hati dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak berupa larangan terhadap sesuatu yang tidak harus dilarang, baik menjelek-jelekan atau membongkar kesalahan. Sebab, kelemah-lembutan dalam menasehati (Al-Mau’idzah) sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan qolbu yang liar.

Ketiga, Jadilhum Billati Hiya Ahsan adalah bantahlah mereka dengan cara yang baik. Kalau terpaksa timbul pembantahan atau pertukaran fikiran, yang di zaman ini disebut polemik, ayat ini menyeru, agar hal yang demikian, kalau sudah tidak dapat di elakan lagi. Pilihlah jalan yang sebaik-baiknya. Di antaranya ialah

25 Hamka, Tafsir Al-Azhar juz 13-15, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983), h. 321


(28)

membedakan pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak berbantah.26

B. Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.27 Proses pembelajaran sering pula disebut proses belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar merujuk kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedang mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.

a. Pengertian Belajar

Secara etimologi belajar berarti ”berlatih”, berusaha memperolah kepandaian atau ilmu.28 Secara terminologi para ahli mendefinisikan belajar sebagai berikut :

Dr. Nana Sudjana berpendapat bahwa : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti barubah

26 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 13-15, h. 312

27Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Edisi Kedua, Cet. Ke-10, h. 15

28 Ibid, h. 14


(29)

pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada indivisu yang belajar.29

Drs. Slamet berpendapat bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.30

Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses matangnya seseorang atau perubahan instingtif atau bersifat kontemporer. Pada intinya orang yang belajar tidak sama keadaanya dengan sebelum mereka melakukan perbuatan belajar, yaitu :

1) Dalam belajar, faktor perubahan tingkah laku harus ada, tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak ada perubahan tingkah laku.

2) Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.

b. Pengertian Mengajar

Para ahli psikologi dan pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar yang berbeda beda rumusan. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan sudut pandang terhadap hakekat mengajar. Pandangan pertama melihatnya dari segi pelakunya, yakni pengajarnya. Dasar pandangan yang

29 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung, PT. Sinar Baru, 1989), h. 5 30 Slmaet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Rinerka Cipta, 1991), cet. 2, h.2


(30)

pertama ini, mengajar diartikan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.31 Sebagai konsekuensinya anak didik di anggap obyek bukan subyek, sehingga pengajaran bersifat teache centered. Hal ini banyak menimbulkan kritikan, sehingga muncul pemikiran baru yang melihat belajar bukan dari sudut pelaku, tapi dari sudut siswa yang belajar.

Rumusan belajar di atas, disamping berpusat pada siswa yang belajar juga melihat hakekat mengajar sebagai proses, yakni proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Dalam konsep di atas, tampak bahwa titik berat peranan guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai pemimpin belajar, pembimbing belajar atau fasilitator belajar.

Keterpaduan dua konsep antara belajar dan mengajar, akan melahirkan konsep baru yang dikenal dengan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini tidak akan dapat terwujud tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang harus ada dalam proses pembelajaran tersebut, yang harus direncanakan dengan baik sehingga memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif.

Berdasar pengertian belajar dan mengajar, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari proses pembelajaran adalah : suatu proses penyamapaian ilmu pengetahuan kepada anak didik dan kegiatan membimbing, kegiatan belajar anak didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia melalui interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungannya.

31 Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar, (Bandung: Ideal, 1975), cet. 1, h.3


(31)

2. Proses Pembelajaran Di Sekolah

Proses pembelajaran adalah gabungan antara belajar dan mengajar, belajar dan mengajar adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran di pesantren tidak lagi terjadi hanya di dalam ruang empat persegi (kelas) yang di dalamnya terdapat segala perlengkapan pembelajaran, akan tetapi pembelajaran dewasa ini dapat terjadi di mana saja dan kapan saja selama proses pembelajaran itu dapat dilaksanakan. Seperti di halaman sekolah, laboratorium dan bahkan di perpustakaan. Yang terpenting dari proses pembelajaran itu sendiri adalah terjadinya suatu interaksi antara guru dan siswa yang bersifat edukatif. Selain itu proses pembelajaran yang berjalan dengan efektif dan efisien juga menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran.

Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan oleh bentuknya, melainkan oleh tujuan dari interaksi itu sendiri. Jadi interaksi edukatif adalah interaksi pengajaran yang berada/terikat oleh situasi dan tujuan pendidikan.

Proses pembelajaran akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni guru dan siswa. Dalam interaksi ini dibutuhkan komponen komponen pendukung, antara lain tujuan yang akan dicapai, guru. peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media pengajaran, situasi yang memungkinkan, waktu yang telah tersedia serta penilaian terhadap hasil pembelajaran.


(32)

Ciri ciri pembelajaran efisien antara lain adalah :

a. Setiap tindakan guru dalam mengajar merupakan terobosan (tindakan inovatif)

b. Tindakan guru dalam mengjar selalu selektif materi, jenis dan bentuk tes yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai juga selalu menghemat waktu, selektif konsep, prinsip, teori, serta ditambah contoh contoh seperlunya.

Proses pembelajaran di sekolah dikatakan efektif dan efisien apabila tujuan yang ditetapkan sebelumnya secara optimal sesuai denga waktu yang telah ditetapkan.

Drs. A. Rohani HM. Mengemukakan tentang prinsip dan efieiensi dan efektifitas pembelajaran sebagai berikut : ”suatu pengajaran yang baik adalah apabila dalam proses pengajaran itu menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara lebih tepat dan carmat serta optimal.32

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

Penggolongan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikemukakan oleh Drs. Slamet sebagai berikut :

a. Faktor internal

1). Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan, cacat tubuh

32 Ahmad Rohani HM., Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet.1, h. 111


(33)

Faktor kesehatan ini mempunyai pengaruh terhadap proses belajar peserta didik. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu.

2). Faktor psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar antara lain intelegansi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan.

3). Faktor kelelahan.

Kelelahan dapat dibedakan kedalam dua bagian, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Dua macam kelelahan ini akan mempengaruhi proses belajar.

b. Faktor eksternal 1). Faktor keluarga

Peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2). Faktor sekolah

Antara lain adalah metode mengajar kurikulum, hubungan antar guru dengan murid, hubungan antar peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran.

3). Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Keberadaan peserta didik di masyarakat. Hal


(34)

ini seperti kegiatan peserta didik di masyarakat, teman bergaul dan lain-lain.33

C. Pengertian santri dan Pondok Pesantren

1. Pengertian Santri

Pengertian Santri Menurut Nurcholish Madjid ada dua pendapat tentang santri. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa ”santri” berasal dari perkataan ”cantrik”, sebuah kata yang berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya ”melek huruf”. Kedua, pengdapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata ”cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti kemana gurunya pergi menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian34. dari sini dapat di asumsikan bahwa menjadi santri berarti juga menjadi tahu tentang agama, atau paling tidak seorang santri itu bisa membaca Al-Quran yang dengan sendirinya membawa pada sikap yang lebih serius dalam memandang agamanya.

Di sisi lain Zamakhsyary Dhofier berpendapat bahwa, santri dalam bahasa india berarti ”orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana Kitab Suci agama Hindu”.35

33

Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Cet Ke-2, h. 56-74

34 Nurchalish Madjid, Bilik-bilik Pesantren,Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet Ke-6, h. 19-20

35 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyayi, (Jakarta: LP3ES, 1994), Cet Ke-6, h. 18


(35)

Sedangkan dalam penelitianya, Clifford Geertz berpendapat bahwa kata santri mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas dan umum santri adalah bagian penduduk Jawa yang memeluk Islam secara benar-benar, bersembahyang, pergi ke masjid, dan berbagai aktivitas lainya.36

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian santri adalah mereka yang berasal dari pondok pesantren, atau mereka yang taat menjalankan ajaran Agama Islam.

Santri merupakan elemen dari kultur pondok pesantren yang merupakan unsur pokok yang tidak kalah pentingnya dari elemen lainnya yang ada di pondok pesantren, biasanya santri terdiri dari dua kelompok, yaitu :

a. Santri Mukim

Santri mukim adalah santri yang menetap, tinggal bersama Kiyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang Kiyai. Dapat juga secara langsung sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pondok pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai wakil kyai.

b. Santri ’Kalong’

Santri kalong adalah santri yang berasal dari daerah-daerah di sekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pondok pesantren,

36 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983) Cet Ke-2, h. 268


(36)

atau mereka yang pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pondok pesantren.37

Santri mukim dengan kiyai atau pimpinan pondok pesantren serta anggota lainya biasanya tinggal dalam satu lingkungan tersendiri yang disebut pondok, di sinilah kiyai dan santrinya bertempat tinggal.38

2. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren dan santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti : guru mengaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari Bahasa India, Shastri dari akar kata Shastra, yang berarti buku-buku suci, buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.39 Pondok pesantren adalah perpaduan dua kata yang dirangkaikan menjadi satu terdiri dari kata pondok dan pesantren. Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai asal usul tentang pondok pesantren yaitu, ada yang mengatakan berasal dari Bahasa India (Hindu) dan ada pula yang mengatakan berasal dari Arab. Mastuhu juga mendefinisikan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Islam dengan menekan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehar-hari.40

37 Nurchalish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet Ke-1, h. 157

38 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet Ke-1, h. 47

39

Muhammad Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, (Jakarta: C.V. Mas Agung, 1992), h. 23

40 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 6


(37)

Menurut Karel A. Steenbrink istilah pondok pesantren mungkin berasal dari Bahasa Arab, funduq yang berarti ”pesanggrahan atau penginapan bagi orang-orang yang berpergian”.41 Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier istilah pondok pesantren barangkali berasal dari pengertian ”asrama-asrama santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang berarti ”hotel atau asrama”.42

Istilah pondok dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ”rumah untuk sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan, dikatakan pondok adalah Rumah yang kurang baik biasanya berdinding bilik atau dikatakan pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji, belajar Agama Islam”.43 Istilah pesantren dalam kamus bahasa Indonesia adalah ”Asrama dan tempat murid-murid para santri Belajar mengaji”.44

Dari keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Secara garis besar Pondok Pesantren adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang

41

Karel. A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1986), cet. Ke-1, h.21

42 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), cet. Ke-1, h.18

43 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani), h.321

44 Muhammad Ali, Ibid, h.301


(38)

menpunyai tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.


(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN JAKARTA TIMUR

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya dapat dikatakan tidak begitu memadai. Dalam pendidikan pesantren, selain mutu intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri harus memiliki sikap-sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ihlas beramal, dan sikap mementingkan kebersamaan.

Boleh disebut begitu berdirinya Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta. Bermula, sejumlah calon tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat berniat ke Saudi Arabia untuk mencari pekerjaan. Tapi, mereka ditipu oleh oknum PJTKI yang mengurusnya sehingga mereka terdampar di Jakarta. Mereka sebagian besar tinggal di daerah Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Mereka ditampung penduduk setempat yang umumnya penduduk asli, Betawi, yang sangat fanatik pada agama Islam. Mereka adalah alumnus-alumnus Pondok Pesantren Darun Nahdlatain, pesantren yang bernaung di bawah organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1935. Pondok ini didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang juga pendiri Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di pemukiman baru ini mereka mengajar mengaji Alquran dari rumah ke


(40)

rumah dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu. Mereka mendapat sambutan dan dukungan penduduk setempat. Mereka bersama-sama membina kegiatan keagamaan ini. Kegiatan ini berkembang menjadi sebuah majelis taklim dengan peserta tidak kurang dari 200 orang lebih. Melihat perkembangan pengajian yang sangat pesat, muncul gagasan atau inisiatif menghimpun dana untuk membeli sepetak tanah seluas 200 meter persegi. Itu terjadi sekitar tahun 1979. Pada awalnya, hingga beberapa waktu lamanya, pengajian anak-anak dan majelis taklim itu belum bernama. Ustadz Suhaidi menjelaskan, di pengajian ibu-ibu masyarakat waktu itu menuntut pengajian diberi nama. Daripada dinamakan dengan sembarang nama, kita namakan saja Nahdlatul Wathan. Karena kita lahir dari Nahdlatul Wathan dan untuk Nahdlatul Wathan. Tidak terbayang waktu itu, adanya lembaga-lembaga pesantren seperti sekarang ini. Jangankan punya lembaga, punya tanah pun tidak pernah terbayang.

Di sinilah titik awal penanaman Nahdlatul Wathan itu dimulai, dan kegiatan-kegiatanya mulai terorganisir. Perkembangan ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Kedatangan pelajar-pelajar dari Pulau Lombok yang hendak melanjutkan studi di Jakarta. Mereka turut berpartisipasi mendukung kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. (2) Dukungan masyarakat yang semakin nyata, khususnya membantu secara finansial dan menyerahkan putra-putrinya untuk belajar mengaji.

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memformalisasikan kegiatan menjadi sebuah lembaga pembinaan keberagamaan yang resmi, Pengurus Besar Nahdlatul Wathan memberikan Surat Keputusan tentang Pengesahan


(41)

Pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul Wathan Pisangan, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. pada 4 Juni 1987. Tanggal 4 juni 1987 bertepatan dengan tanggal 6 Syawl 1407 H tentang pengesahan pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul Wathan Pisangan I Rw. 03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur.

Berselang hampir dua tahun dari dikeluarkanya SK tentang Majelis Taklim di atas, para pendirinya berhasil memperluas areal pesantren dan bermaksud untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an dan Taman Kanak-Kanak. Melihat perkembangan ini kemudian Pengurus Besar Nahdlatul Wathan mengeluarkan Surat Keputusan nomor 15/Kpt/PBNW/1988 tanggal 1 Desember 1988 tentang Pembentukan Pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan DKI Jakarta yang memberikan legalitas formalnya sebagai sebagai perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta.

Saat ini Pondok Pesantren NW Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4200 meter persegi berstatus tanah wakaf. Dan Panti Asuhan. Keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan NW tersebut memiliki santri/siswa/jemaah/anggota sekitar 9.050 orang. Jumlah terbesar adalah anggota jemaah wirid/thariqah sebanyak sekitar 5.000 orang dan majelis taklim yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, dan kaum renaja sekitar 3.000 orang. Jumlah santri/siswa sekitar 1.000 anak. Dalam operasionalnya, Ponpes NW didukung 163 orang Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar pondok pesantren membuka klinik praktik dokter.


(42)

Kegiatan-kegiatan Santri. Kegiatan pagi pengajian dilakukan seusai salat subuh. Bertujuan membekali santri dengan pengetahuan agama yang cukup sehingga mereka mampu memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar sesuai dengan tuntutan Alquran dan al-hadis. Pengajian tersebut meliputi pengajian Alquran dan tajwid, al-hadis, tauhid, figh, akhlak, dan ke-NW-an. Tafsir Alquran dan menghafal Alqurke-NW-an. Kegiatan sore pengajian Alquran untuk santri Taman Pendidikan Alquran. Dan pendalaman materi untuk anak-anak asuh Panti Asuhan dan asrama Putra. Kegiatan malam pengajian Alquran untuk santri Taman Pendidikan Alquran. Pengajian majelis taklim kaum bapak dan ibu. Dan belajar kolektif anak-anak Panti Asuhan dan asrama Putra. Pondok Pesantren NW tidak memiliki santri mukim Putri.

Kegiatan mingguan belajar otomotif bagi siswa SMA. Ini merupakan pelajaran wajib bagi santri/siswa SMA selain komputer. Belajar komputer bagi santri SMP. Pelatihan paskibra bagi siswa SMP dan SMA. Dan latihan muhadlarah bagi anak asuh Panti Asuhan dan asrama Putra. Membaca Hizb NW untuk seluruh santri dan jemaah. Latihan kesenian Islam untuk semua santri seperti: seni musikal salawat, marawis, seni baca Alquran. Dan seni baca barzanji. Kegiatan bulanan wirid Thariqah NW dan pengajian umum diikuti seluruh santri dan jemaah. Kegiatan tahunan di antaranya: halal bihahal, penyerahan santri di pondok, pelepasan santri usai pendidikan, haul pendiri NW, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Ustadz Drs. Badri HS, Kepala SMP NW menjelaskan tiap Loketa (lomba keterampilan agama) para santri selalu meraih piala.


(43)

Diantaranya: Tahfiz Alquran putra tingkat DKI; MTQ putra tingkat DKI; Tilawah Al-Qur’an putra tingkat DKI;. Bahkan, pernah meraih Juara Umum.

Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Penggilingan juga membuka pesantren di daerah Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat. Pesantren ini melakukan kegiatan pertanian dan keterampilan. Usaha pertanian berupa menanam pisang, kangkung, dan jagung. Buah pisang di olah santri menjadi keripik pisang dan diberi nama Al Abror. Dalam sehari dapat menghasilkan 35 kg keripik. Keripik pisang ini dipasarkan di Jakarta dan Bekasi. Masyarakat di sana, ungkap Ustadz Suhaidi, sebagian besar masih sangat sulit diajak melakukan ibadah. Mereka kurang senang mendengarkan ceramah agama. Tapi, kegiatan majelis taklim terus kami laksanakan sekalipun masih pada tingkat melakukan zikir dan ratib. Jamaah kami sudah meliputi 5 desa. Kami telah membuka TPA dan Panti Asuhan. Jadi, kami memang harus terus menerus melakukan pembinaan dan sedikit demi sedikit perkembangannya. Masyarakat di sana sangat lemah perekonomiannya. Kami datang ke sana membawa beras atau kebutuhan makanan lain yang mereka butuhkan.

Identitas Pesantren

Nama : Pondok Pesantren Nahdaltul Wathan

Alamat : Jl. Raya Penggilingan, Pisangan Rt. 001 / Rw. 03

Provinsi : DKI Jakarta

Kabupaten : Jakarta Timur


(44)

Kecamatan : Cakung

Kelurahan : Penggilingan

Telepon : [021] 4612928, 46820788

Fax : [021] 46820788

Terdaftar : Nomor : 04. 50603.0790

Akte Notaris : Yuliana Sianipar, SH. MKn. No. 01, 5 juni 2007

B. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren 1. Visi

” LI I’LAAI KALIMATILLAHI WA IZZIL ISLAM WAL MUSLIMIN ” ( Menjunjung Tinggi Kalimat (Agama) Allah SWT, Memuliakan Islam dan Kaum Muslimin)

2. Misi

a. Menanamkan semangat perjuangan untuk menegakkan agama Allah b. Mengembangkan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama’ah Al mazhabil

Imam As-Syafi’i ra.

c. Meningkatkan kualitas pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyyah d. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat ukhuwah Islamiyyah e. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat ukhuwah Wathoniyah 3. Tujuan Pondok Pesantren


(45)

Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Wujudkan Pesantren Tafaqquh Fi Din. Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan berkembang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Jika pada awal-awal berdirinya lebih dimaksudkan untuk mempersiapkan kader-kader bangsa yang pakar di bidang agama (Tafaqquh Fi Al-Din), dewasa ini pesantren telah memasukkan pengetahuan-pengetahuan umum sebagai kurikulum dan menjadi kurikulum wajib yang harus dipelajari oleh para santri. Ini dimaksudkan agar pesantren selalu relevan dengan tantangan dan kemajuan zaman.

Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (Ponpes NW) merupakan salah satu pondok pesantren yang didirikan dengan niat yang sama dengan ketentuan-ketenuan di atas sehingga diharapkan lulusan-lulusan (Mutakharrijin)-nya dapat berkiprah di tengan-tengah masyarakat. Juga, dapat merealisasikan cita-cita Nahdhatul Wathan, yaitu membangun bangsa dan membangun tanah air sebagaimana tertuang dalam doa yang senantiasa dibaca dan diucapkan oleh warga Nahdlatul Wathan berikut. Ya, Allah, makmurkanlah negeri kami dengan air-air Nahdlatul Wathan dan sinarilah negeri kami dengan bintang-bintang Nahdhatul Wathan Anugerah di balik Musibah

C. Struktur Organisasi

1. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta a. Badan Pendiri :

1) Drs. H. M. Suhaidi 2) Drs. H. Husni Hamid 3) H. Mansur Muslim


(46)

b. Badan Penasehat :

1) Hj. Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid 2) Hj. Siti Raehanun Zainuddin Abdul Majid 3) Drs. K. A. Rachman Agam

c. Badan Pembina :

1) Drs. H. Lulu Sudarmadi, MPIA 2) H. Fian Tandjung

3) Hj. Baiq Syurah Hartini d. Pengurus Harian :

1) Ketua :

Drs. H. M. Suhaidi 2) Wakil Ketua :

Drs. Muhasan 3) Sekretaris :

Drs. H. Syahabuddin 4) Wakil Sekretaris :

Dra. Hj. Muthmainnah 5) Bendahara :

Drs. Makshum Ahmad 6) Wakil Bendahara :

H. Bisyahri, SH

e. Pengurus Harian Departemen pendidikan


(47)

1) Ketua :

Mohammad Noor,M.Ag 2) Anggota :

Miftahuddin,M.Ag Ahmad Muzayyin,S.S

2. Pimpinan-pimpinan lembaga formal Pondok pesantren nahdlatul wathanjakarta 2008-2009

a. Taman Kanak-Kanak Nhdlatul Wathan (TK-NW) : Drs. H. Syahabuddin

b. Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan (SDI-NW) : H. M. Sofawi,S.Pd

c. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan (SMP-NW) : Drs. Badri HS

d. Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan (SMA-NW) : Drs. Muslihah Habib, M.Ag

e. Madrasah Diniyyah Islamiyyah Nahdlatul Wathan (MDI-NW) : Ahmad Madani, S.Pd

3. Pimpinan-Pimpinan Lembaga Non Formal Pondok Pesantren NahdlatulWathan Jakarta

a. Panti Asuhan Nahdlatul Wathan (PA-NW) : Drs. H. M. Suhaidi

b. Majlis Taklim Nahdlatul Wathan (MT-NW) : Drs. Muhasan


(48)

c. Pondok Pesantren Putra (Ponpes Putra-NW) : Arif Usman, S.Ag

d. Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan (IP-NW) : Muhammad Zakki

e. Koprasi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (KOPONTREN-NW) : Syapriyanto

f. Klinik Kesahatan Nahdlatul Wathan (KK-NW) : dr. Sugeng Hendi Pranoto

4. Kondisi Objektif Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Saat ini pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4200 m2 yang berstatus tanah waqaf, masing-masing berasal dari :

a. Pendiri Nahdlatul Wathan, Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, seluas : 2943 m2

b. Jamaah Nahdlatul Wathan Jakarta, seluas : 257 m2 c. Drs. H. Lulu sudarmadi, M.PIA, seluas : 400 M2 d. H. Fian Tanjung, seluas : 600 m2

Di atas tanah seluas tersebut, telah berdiri bangunan-bangunan lembaga formal dan non formal dan fasilitas-fasilitas lainya untuk yayasan dan pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dengan rincian sebagai berikut :

No Nama Bangunan Jumlah

Lokal

Keterangan

1 Taman kanak-kanak NW 5 Lokal Semi Permanen


(49)

2 SDI NW dan MDI NW 10 Lokal Lantai 2 Permanen

3 SMA NW 9 Lokal Lantai 3 Permanen

4 Panti Asuhan NW 3 Lokal Permanen

5 Asrama Putra 3 Lokal Darurat

6 Asrama Pengasuh 3 Lokal Semi Permanen

7 Masjid Hamzanwadi NW - Lantai 2 Permanen

8 Kantor Ponpes, Kantor Ketua, Kantor Panti Asuhan dan Kantor TK

3 Lokal Permanen di Lantai 2

9 Perpustakaan 1 Lokal Permanen di Lantai 1

10 Dapur dan Kamar Mandi Panti Asuhan 2 Lokal Permanen

11 Ruang guru dan Pengasuh 3 Lokal Permanen

12 Ruang Makan Santri 1 Lokal Darurat

13 Klinik Kesehatan 1 Lokal Semi Permanen

14 Warung Koprasi Pesantren 1 Lokal Semi Permanen

15 Asrama Pesantren dan Pengasuh 5 Lokal Semi Permanen

Adapun lembaga-lembaga yang dikelola oleh pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta adalah, sebagai berikut :

Lembaga Formal Lembaga Non Formal Usaha Kecil

1. Taman Kanak-Kanak 2. Sekolah Dasar Islam

3. Sekolah Menengah Pertama

1. Panti asuhan 2. Majelis taklim 3. Pkpd nw

1. Lembaga Pendidikan dan Keterampilan


(50)

4. Sekolah Menengah Atas 5. Taman Pendidikan Al-Qur’an

4. Kbih nw

5. Pondok pesantren putra 6. Ikatan pelajar nahdlatul wathan

7. Jamaah wirid / thariqah hizb nahdlatul wathan

2. Koperasi pondok pesantren

3. Pertanian

5. Lembaga-Lembaga Yayasan, SDM dan Jumlah Siswa/Jamaah

Dalam operasionalnya, pondok pesantren Nahdlatul Wathan didukung ileh 163 orang sumber daya manusia (SDM), dengan perincian sebagai berikut :

No Nama Lembaga Jumlah SDM Jumlah Siswa

1 Taman Kanak-Kanak Islam 8 79

2 Sekolah Dasar Islam 14 227

3 Sekolah Menengah Pertama 16 76

4 Sekolah Menengah Atas 23 79

5 Madrasah Diniyya Islamiyah 23 269

6 Panti Asuhan 12 44

7 Majlis Taklim 10 3000

8 Ikatan Pelajar 5 100

9 Asrama Putra 4 15

10 Koperasi Pesantren 3 65


(51)

11 Klinik Kesehatan 4 500

12 Jamaah Hizib 5 500

13 Jamaah Tariqat Hizib 5 500

Kondisi demikian, dalam perkembanganya diakui masih mengalami permasalahan-permasalahan, di antaranya :

a. Masih minimnya sarana dan prasarana untuk mengaktualisasikan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman, seperti sarana laboraturium (fisika, biologi, kimia, dan bahasa), komputer dan peralatan-peralatan lainya.

b. Perlunya peningkatan mutu sumber daya manusia agar dapat respons sesuai dengan perkembangan lingkungan sosial yang ada

c. Perlunya usaha-usaha prosuktif dalam rangka membangun

kemandirian pesantren.

D. Program Kerja

Pondok Pesantren Nadhatul Wathan tahun 2009-2010 1. Program kerja jangka pendek (1 tahun) :

a) Melengkapi sarana dan prasarana pesantren b) Melakukan penataan lingkungan pesantren

c) Melengkapi laboratorium IPA, IPS, dan komputer pesantren d) Merehabilitasi Masjid HAMZANWADI

2. Program Kerja Jangka Panjang ( 5 Tahun ) :


(52)

a) Membangun asrama santri dan guru pesantren b) Merehabilitasi gedung SMP Nadhatul Wathan

c) Mengembangkan usaha ekonomi produktif yang dapat menunjang kelangsungan hidup yayasan

d) Mengembangkan lembaga-lembaga yayasan dan pondok pesantren Nadhatul Wathan Jakarta di tempat lain jika dipandang perlu. e) Memperluas areal (lokasi) yayasan dan pondok pesantren.

3. Kegiatan-Kegiatan Harian, Mingguan, Bulanan Dan Tahunan Pondok Pesantren Nadhatul Wathan Jakarta Tahun 2009

Secara umum dalam kegiatan-kegiatan pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang berhubungan dengan pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah untuk kesantrian dan kemasyarakatan, dibagi dalam kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Adapun deskripsi kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Harian :

1) Kegiatan Pengajian Pagi

Kegiatan belajar pagi dilaksanakan setelah sholat subuh terhadap santri pesantren, bertujuan untuk membekali para santri dengan pengetahuan agama yang cukup, sehingga mampu memahami dan mengamalkan ajaran islam secara baik dan benar sesuai dengan tuntutan alquran dan hadist.

Dalam kegiatan pengajian pagi ini, meliputi materi-materi : pembelajaran Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-qur’an, Tahfidz Alquran, Nahwu Dan Sharaf, Tahfidzul Qur’an Dan Tahfidz Ayat-Ayat Pendek (Juz Amma).

2) Pembelajaran Di Sekolah Formal (TK, SDI, SMP dan SMA)


(53)

Kegiatan sekolah formal dari tingkat TK, SDI,SMP dan SMA Nahdlatul Wathan merupakan kegiatan harian yang rutin dilaksanakan oleh masing-masing lembaga sesuai dengan jadwal pelajaranya yang dimulai pada jam 06.30-01.30 WIB dengan mengikuti kurikulum Diknas.

3) Kegiatan Sore

Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pada sore hari adalah sebagai berikut ;

a. Pembelajaran di Madrasah Diniyah Islamiyah (MDI)

Pembelajaran di MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai dari jam 10.30-17.30 WIB. Dalam kegiatan ini, meliputi materi-materi; Pelajaran Iqra 2’, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-Al-Qur’an, Al-Al-Qur’an dan Al-Hadits, Tauhid, Akhlak, Bahasa Arab, Tarikh dan ke-NW-an;

b. Kegiatan Ekskul Di Sekolah Formal

Kegiatan ekskul di sekolah formal masing-masing lembaga SD, SMP, dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta adalah Bahasa Inggris, Olah Raga, Palang Merah Ramaja (PMR), Pramuka dan Paskibra.

c. Tahfidz Al-Qur’an

Tahfidz Al-Qur’an dan tahfidz ayat-ayat pendek (Juz Amma) untuk santri asrama yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan dilakukan pada sore hari jam 17.00-menjelang sholat maghrib di Masjid Hamzanwadi NW.

d. Menghafal Nadzam Tajwid


(54)

Kegiatan menghafal nadzam tajwid batu ngompal, untuk santri asrama yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan dilakukan pada sore hari jam 17.00-menjelang sholat maghrib di Masjid Hamzanwadi NW.

4) Kegiatan Malam

Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang dilaksanakan pada malam hari adalah sebagai berikut;

a. Pengajian Kajian-Kajian Agama

Kegiatan ini dilaksanakan menurut jadwal yang telah ditetapkan untuk seluruh santri yang bermukim di asrama pesantren dan panti asuhan, yang bertujuan untuk membekali para santri dengan pengetahuan agama yang cukup, sehingga mampu memahami dan mengamalkan ajaran islam secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam kegiatan pengajian ini, meliputi materi-materi; Pengajian Qur’an dan Ilmu Tajwid Qur’an, Al-Qur’an dan Hadits, Tauhid, Akhlak, dan Fiqh.

b. Wirid Khusus Santri Setelah Sholat Maghrib

Kegiatan rutin membaca wirid tertentu setelah sholat maghrib merupakan program pembiasaan kepada para santri yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan.

c. Kegiatan Belajar Kolektif


(55)

Kegiatan rutin belajar kolektif setelah sholat maghrib merupakan kegiatan rutin para santri yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah masing-masing.

b) Kegiatan Mingguan

Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pondok pesantren nahdlatul wathan jakarta yang bersifat mingguan adalah sebagai berikut:

1. Latihan pramuka untuk siswa SD dan SMP Nahdlatul Wathan 2. Latihan PMR untuk siswa Nahdlatul Wathan

3. Latihan paskibra untuk siswa SMA Nahdlatul Wathan

4. Latihan taekwondo untuk siwa SD,SMP dan SMA Nahdlatul

Wathan

5. Latihan muhadlarah (Pidato) untuk santri mukim

6. Latihan membaca rawi (kisah maulid nabi/ barzanji) untuk santri mukim

7. Belajar otomotif untuk siswa SMA 8. Belajar elektronika untuk siswa SMP

9. Belajar komputer untuk siswa SMP dan SMA 10. Latihan paskibra untuk siswa SMP dan SMA

11. Latihan kesenian Islam untuk semua santri, meliputi seni musical shalawat, marawis, seni baca Al-Qur’an dan seni baca Al-Barzanji


(56)

c) Kegiatan Bulanan

Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan dan dakwah yang dilaksanakan pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang bersifat bulanan adalah sebagai berikut;

1) Pembacaan Tharikat Hizb Nahdlatul Wathan

Kegiatan membaca hizb Nahdlatul Wathan ini, diikuti seluruh santri yang bermukim dan juga para jamaah thariqat, yang bertujuan untuk membiasakan para santri dan jamaah untuk banyak berzikir, berdoa dan wirid dan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT

2) Pembacaan Hizb Nahdlatul Wathan

Kegiatan membaca hizb Nahdlatul Wathan ini, diikuti seluruh santri yang bermukim dan juga para jamaah hizb Nahdlatul Wathan dan alumni Nahdlatul Wathan, baik yang berasal dari Jakarta, Tangerang dan Bekasi, yang bertujuan untuk membiasakan para santri dan jamaah untuk banyak berzikir, berdoa dan wirid dan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT

3) Pengajian Umum Bulanan Untuk Para Santri dan Jamaah d) Kegiatan Tahunan

Adapun bentuk kagiatan-kegiatan pendidikan, sosial dan dakwah yang dilaksanakan pondok pesantren Nahdlatul Wathan jakarta yang bersifat tahunan adalah sebagai berikut:

1. Haul pendiri NWDI, NBDI dan organisasi Nahdlatul Wathan, Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid


(57)

Kegiatan Haul pendiri Nahdlatul Wathan ini, diikuti oleh seluruh santri dan wali santri, para guru, serta juga para jamaah Nahdlatul Wathan se-jabodetabek. Kegiatan Haul ini, bertujuan untuk memanjatkan doa untuk Maulana Syaikh, menghargai jasa-jasa beliau dan menanamkan rasa mahabbah pada beliau sebagai seorang guru dan ulama besar.

2. Penerimaan siswa-siswi/santri baru untuk lembaga MDI, TK, SD, SMP, dan SMA

3. Penerimaan santri, anak asuh baru untuk pesantren dan panti asuhan

4. Penyerahan siswa/santri untuk belajar di pesantren Nahdlatul Wathan

5. Kegiatan halal bi halal, untuk para santri/siswa yang telah menyelesaikan studinya (MDI, TK, SD, SMP dan SMA)

6. Latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS), bagi siswa SMP dan SMA

7. Masa orientasi siswa (MOS), bagi siswa SMP dan SMA 8. Peringatan hari-hari besar Islam; Maulid Nabi SAW, isra’ dan

mi’rajnya nabi SAW, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha

9. Mengadakan kegiatan penyembelihan hewan qurban setelah shalat idul adha dan mendistribusikanya kemasyarakat

10. Santunan untuk anak-anak yatim,yatim piatu dan faqir miskin 11. Menerima dan menyalurkan zakat fitrah


(58)

4. Jadwal Kegiatan Belajar Bagi Pesantren

Kegiatan belajar santri, bertujuan untuk membekali santri dengan pengetahuan agama yang cukup, sehingga mampu memahami dan mengamalkan Ajaran Islam secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Qur’an dan Al-Hadits.

Dalam kegiatan pengajian pagi ini, meliputi materi-materi; pembelajaran Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-Qur’an, Tahfiz Al-Qur’an, Nahwu, Sharaf.

a. Jadwal Kegiatan Belajar Pagi :

No Hari Materi Nama Guru Waktu/Jam

1 2 3 4 5 6 7 8 Senin-Jumat

Senin - Jumat Senin - Jumat Senin - Jumat Senin - Jumat Senin - Sabtu Senin - Jumat Senin - Jumat

Akhlak, Nahwu, Sharaf dan Fiqh

Qira’ah dan Tajwid Qira’ah dan Tajwid Qira’ah dan Tajwid Qira’ah dan Tajwid Qira’ah, Tajwid dan Rawi Qira’ah dan Tajwid Tahfidz Al-Qur’an

Ust. Muslihan Habib, M.Ag dan Ust. Miftahudin, M.Ag Ust. Drs. Syahabuddin Ust. Syarbini, S.Ag Ust.Muh. Husni Zaini Ust. Arif Usman, S.Ag Ust.Drs. Muhasan Ust.Sugiatul Fatahi Ust.Drs. Mahksum. A

05.15-06.00 05.15-06.00 05.15-06.00 05.15-06.00 05.15-06.00 05.15-06.00 05.15-06.00 05.15-06.00

b. Jadwal Kegiatan Belajar Sore


(59)

Kegiatan belajar sore, bertujuan untuk membekali santri dengan menghafal ayat-ayat pendek dalam Juz ’Amma dan menghafal Nadzam tajwid batu ngompal.

Untuk kegiatan belajar sore, hanya meliputi;

1. Tahfidz Al-Qur’an dan tahfidz ayat-ayat pendek (juz ’Amma) 2. Menghafal nadzam tajwid batu ngompal

c. Jadwal Kegiatan Belajar Malam

Kegiatan ini dilaksanakan menurut jadwal yang telah ditetapkan untuk seluruh santri yang bermukin. Dalam kegiatan belajar malam ini, santri mendapatkan pengkajian kitab-kitab yang meliputi matrei-materi; Ilmu Tajwid Al-Qur’an, Hadits, Tauhid, Akhlak, Dan Fiqh. Selain itu, santri mendapatkan latihan-latihan, seperti kesenian Islam (marawis) dan latihan berpidato (ceramah).

Jadwal Kegiatan Belajar Malam :

No Hari Materi Nama Guru Waktu/Jam

1 Ahad Fiqh Ust. Muslihan Habib, M.Ag 20.30-21.30

2 Senin Hadits Ust. Drs. H.M. Suhaidi 19.30-21.30

3 Selasa Tauhid Ust. Drs. Badri 20.30-31.30

4 Rabu Hadits dan

Akhlak

Ust. Muslihan Habib, M.Ag 19.00-21.30

5 Kamis Hiziban Ust. Drs. H.M. Suhaidi 19.00-21.00

6 Jumat Muhadlarah Ust. Drs. H. Syahabuddin 20.00-21.00


(60)

dan Ust. Drs. Badri

7 Sabtu Marawis Simbang 20.00-21.00

5. Kitab dan Buku Rujukan Pembelajaran Pesantren

Dalam kegiatan pembelajaran pesantren, maka pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta tetap konsisten, menyelenggarakan pengajaran kitab-kitab klasik berbahasa arab, sebagaimana umumnya pesantren-pesantren lainya. Namun demikian, ada beberapa kitab karangan ulama-ulama indonesia, termasuk menjadi rujukan juga pada pesantren ini, seperti kitab fiqhul wadhih, oleh Prof. Syekh Mahmud Yunus dan juga kitab-kitab dari pendiri Nahdlatul Wathan, Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Adapun gambaran kitab-kitab kajian dan rujukan dalam pembelajaran santri pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, adalah sebagai berikut :

a. Kitab Tafsir Al-Jalalain, Karya : Imam Jalalain b. Kitab Tafsir Al-Azhar, Karya : Prof. DR. Hamka c. Kitab Hadits Riyadus Shalihin, Karya : Imam Nawawi d. Kitab Hadits Al-Arba’in An-Nawawi, Karya : Imim Nawawi e. Kitab Hadits Al-Bulugul Maram

f. Kitab Fiqh Fathul Mu’in, Karya : Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al-Malibari

g. Kitab Fiqh Safinatun Naja, Karya : Syaikh Salim Ibn Samir Al-Hadrami

h. Kitab Syarah Fiqh Safinatun Naja : Syaikh Muhammad Nawani


(61)

Al-Jawi Al-Bantani

i. Kitab Fiqh Al-Ghayatu Wa Al-Taqrib, Karya : Syaikh Abi Syuja Ahmad Ibn Husain Al-Ashfahani

j. Kitab Syarah Fathul Qarib Al-Mujib, Karya : Syaikh

Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad Ibn Qasim Al-Ghazi k. Kitab Fiqhul Wadhih, Karya : Prof. Syaikh Muhammad Yunus l. Kitab Tajwid Batu Ngompal, Karya :Maulana Syaikh Tuan Guru

Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

m.Kitab Hizb Nahdlatul Wathan, Karya : Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

n. Kitab Thariqat Hizib Nahdalatul Wathan, Karya : Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

o. Kitab Taklim Al-Muta’allim, Karya : Imam Burhanuddin Al- Islam Al- Zurnuji

p. Kitab Ayarah Taklim Al-Muta’allim, Karya : Syaikh Ibrahim Ibnu Ismail

q. Kitab Akhlak Lil Banin r. Kitab Matan Al-Jurumiyyah

s. Kitab Syarah Mukhtashar Jiddan Limatni Al-Jurumiyyah, Karya : Syaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan

t. Kitab Al-Amtsilah Al-Tashrifiyyah, Karya : Syaikh Muhammad Makhsum Ibn Ali


(62)

u. Kitab Astsilatul Jadidah, Karya : Syaikh Al-Halabi

v. Kitab Khulashatul Nur Al-Yaqin Fi Sirati Sayyidil Mursalin, Karya : Al-Ustadz Umar Abdul Jabbar

6. Kerjasama Kelembagaan Pondok Pesantren Nahdalatul Wathan a. Departemen Sosial

Dalam bentuk bantuan dan pembinaan panti asuhan b. Departemen Pendidikan Nasional

Dalam bentuk pembinaan teknis pengembangan pendidikan formal c. Departemen Agama

Dalam bentuk bantuan operasional panti asuhan d. Yayasan Darmais

Dalam bentuk bantuan opersional panti asuhan e. PT. Telkom

Dalam bentuk bantuan pelatihan komputer bagi anak panti asuhan f. PT.Nawillis dan PT. Perdana Jaya

Dalam bentuk bantuan pembelajaran otomotif bagi siswa-siswi SMA Nahdlatul Wathan Jakarta

g. Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta

Dalam bentuk bantuan penyuluhan pencegahan penyalahan narkoba bagi siswa SMP dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta.

h. Puskesmas Kecamatan Cakung


(63)

Dalam bentuk bantuan pemeriksaan kesehatan gigi bagi siswa Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta.

i. Mercy Corporation

Dalam bentuk donatur rutin berupa beras, tepung dan minyak sayur untuk panti asuhan.

j. Lembaga Pendidikan Indonesia-Amerika (LPIA)

Dalam bentuk pembelajaran bahasa inggris untuk siswa SMA Nahdlatul Wathan Jakarta.

k. Asuransi Syariah Bumi Putra

Dalam bentuk kerjasama asuransi siswa SMA Nahdlatul Wathan Jakarta.

BAB IV

ANALISIS UNSUR-UNSUR DAKWAH PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN

NAHDLATUL WATHAN JAKARTA

A. ANALISIS UNSUR-UNSUR DAKWAH

Berdasarkan kondisi pesantren, maka pesantren menjadi cerminan pemikiran masyarakat dalam mendidik dan melakukan perubahan sosial terhadap masyarakat. Dampak yang jelas adalah terjadinya perubahan orientasi kegiatan pesantren sesuai dengan perkembangan masyarakat.


(64)

Pondok pesantren Nahdaltul Wathan sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi perubahan tersebut bukan berarti sebagai pondok pesantren yang hilang kekhasannya. Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat yaitu pondok pesantren tradisional, pondok pesantren modern dan pondok pesantren komprehensif.

Kegiatan sistem pondok pesantren yang dilakukan oleh pondok pesantren nahdlatul wathan bermuara pada suatu sasaran utama yaitu perubahan baik individual maupun kolektif. Oleh karena itu pondok pesantren dapat dikatakan sebagai agen perubaban artinya pesantren sebagai lembaga pendidikan agama mampu melakukan perubahan terhadap santri.

Perubahan tersebut berupa pemahaman (persepsi) agama, ilmu serta teknologi serta membekali santri ke arah kemampuan masyarakat siap pakai. .

Untuk memberikan sinergis antara ilmu agama yang membentuk iman dan taqwa serta ilmu umum sehingga mampu memberikan sumbangan pemikiran dan mengasah pengetahuan dan teknologi bagi bekal hidup santri, maka pondok Pesantren berusaha membuka diri dengan menerima sistem-sistem pendidikan yang baru dan lebih maju.seperti adanya sistem madrasi atau klasikal, kursus-kursus dan lain sebagainya yang tidak hanya menekankan pada pengembangan kognitif (pengetahuan) belaka, tetapi juga aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Aspek keterampilan tersebut antara lain melalui kursus komputer, latihan pramuka untuk siswa SD dan SMP Nahdlatul Wathan, latihan PMR untuk


(65)

siswa Nahdlatul Wathan, latihan paskibra untuk siswa SMA Nahdlatul Wathan, latihan taekwondo untuk siwa SD,SMP dan SMA Nahdlatul Wathan, latihan muhadlarah (pidato) untuk santri mukim, latihan membaca rawi (kisah maulid nabi/ barzanji) untuk santri mukim, belajar otomotif untuk siswa SMA, belajar elektronika untuk siswa SMP, latihan paskibra untuk siswa SMP dan SMA dan latihan kesenian islam untuk semua santri, meliputi seni musical shalawat, marawis, seni baca Al-Qur’an dan seni membaca Al-Barzanji

Segala kegiatan dan kiprahnya pondok pesantren telah berhasil menerapkan sistem madrasah dan kurikulum modern dalam proses belajar mengajar di pondok pesantren ini. Sehingga pondok pesantren ini mempunyai peranan besar dalam menunjang program pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dengan dibukanya program pendidikan madrasah pondok pesantren makin berkembang menjadi besar, ini terlihat dari jumlah siswa/santri yang masuk mengikuti pendidikan madrasah.

Dalam pengamatan penulis, Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan melaukan pembelajaran dengan memenuhi seluruh unsur-unsur dakwah. Hal tersebut dapat dilihat dan dicermati dalam bahasan sebagai berikut:

1. Unsur dakwah yang diterapkan pada proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan

a) Subjek Dakwah

Mereka adalah alumnus-alumnus Pondok Pesantren Darun Nahdlatain, pesantren yang bernaung di bawah organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1935. Pondok ini didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad


(1)

sekitarnya baik moral maupun material. Hal ini terlihat dari adanya media dakwah (wasilah da’wah) yaitu perpustakaan, gedung-gedung sekolah, sebagai sarana untuk proses belajar mengajar dan masjid sebagai pusat dari kegiatan para santri.

Untuk pengajaran materi dakwah (maudhu ad-da’wah) mengunakan kurikulum pesantren sendiri dan kurikulum formal (modern). Pelaksanaan sistem pendidikan di pondok pesantren nahdlatul wathan adalah wujud hubungan sinergis antara Pendidikan Umum Dan Pendidikan Agama. Materi yang

digunakan pada tiap unit pendidikan formal yang dikelola pondok pesantren adalah disesuiakan dengan kirikulum Departemen Agama Dan Pendidikan Nasional. Sedangkan unit pendidikan non formal dan informal menggunakan kurikulum lokal yang disusun oleh pondok pesantren. Sedangkan dalam metode dakwah (uslub), pelaksanaan proses pendidikan Pondok Pesantren menerapkan beberapa metode yang lazim digunakan oleh pondok pesantren pada umumnya dan metode-metode yang lain seperti diskusi, ceramah, problem solving, karya wisata.

2. Seluruh komponen ke-organisasian pesantren yang terdiri dari keluarga pesantren, ustadz, santri, masyarakat dan wali santri harus saling mendukung demi berlangsungnya penyelenggaraan pendidikan baik berupa meningkatkan kualitas sarana tenaga edukatif. Mencari sumbangan dan bantuan dari berbagai lembaga, baik dari pemerintah maupun swasta, atau dari berbagai kalangan serta individu. untuk pengadaan, perawatan maupun penambahan fasilitas. Seperti, bangunan-bangunan lembaga formal dan non formal dan fasilitas-fasilitas lainya untuk yayasan dan pondok pesantren nahdlatul wathan jakarta. Yang antaran lain,


(2)

masih minimnya infrastruktur, sarana dan prasarana untuk mengaktualisasikan pendidikan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.

B. Saran

Demi kemajuan lembaga pendidikan Islam umumnya dan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan khususnya, ada beberapa saran yang penulis ajukan antara lain:

1. Sebagai pondok pesantren yang menjadi kebanggaan masyarakat penggilingan harus berani bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikannya, lebih tertib, lebih disiplin. Karena ada baberapa kekurangan pondok pesantren dari aspek unsur-unsur dakwah yaitu: media dakwah berupa tulisan seperti majalah atau buletin pondok pesantren, karena media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i dalam poses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi anatara da’i dan mad’u dan Audio Visual, seperti pemutaran film-film bernuansa islami dan mengandung unsur-unsur dakwah yang dilanjutkan dengan diskusi. karena, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran mad’u.


(3)

2. Mengembangkan usaha ekonomi produktif yang dapat menunjang kelangsungan hidup yayasan, Mengembangkan lembaga-lembaga yayasan dan pondok pesantren Nadhatul Wathan di tempat lain jika dipandang perlu, seperti yang sudah dilakukan yaitu membuka pesantren di daerah Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat.

3. Memperluas perpustakaan untuk koleksi buku-buku Islam, kitab –kitab klasik, buku-buku untuk pendidikan umum, majalah Islam, majalah kesehatan dan lain sebagainya, Memperluas dan menambah areal (lokasi) yayasan dan pondok pesantren untuk sarana belajar seperti laboraturium (fisiksa, biologi, kimia, dan bahasa), komputer dan peralatan-peralatan lainya.

4. Adapun kekurangan dalam skripsi ini adalah kurang terperincinya penjelasan tetang pendekatan yang dipakai dalam penyusunan kurikulum yang lebih menekankan kepada segi fungsional yaitu pembinaan atau pelajaran keterampilan khusus seperti keterampilan kesenian Islam yang meliputi seni musical shalawat, marawis, seni baca Al-Qur’an dan seni baca Al-Barzanji, latihan muhadlarah (pidato), belajar otomotif, belajar elektronika, belajar komputer.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jalil, Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet. Ke-I, 1997

Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani

Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : Primaduta, 1983

Asmuni, syukir. Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: al-ikhlas, 1983), h. 168.

Anshari, E. S. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam. Jakarta: Usaha Enterprises, 1979

Bachtiar, Wardi. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997

Bahri, Ghazali. M. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti, 2003

Clifford, Geertz. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983. Cet Ke-2, h. 268

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983

Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, Cet Ke-1

Hasanudin, A.H. Retorika Dakwah dan Pulikasi Dalam Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982

Jum’ah Amin Abdul Aziz. Fiqh Dakwah, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam. Solo: Intermedia, 1997, cet ke-1.

Lubis, Basrah. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: CV. Tursina, 1993

Madjid Nurchalish. Bilik-bilik Pesantren,Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina, 1997, Cet Ke-6

Madjid. Nurchalish. Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina, 1997, Cet Ke-1

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994


(5)

Mulkam, Abdul Munir., Ideologi Gerakan Dakwah. Yogyakarta: Sipress, 1996)cet. Ke-1.

Moleong, Lexy. J. Metodoligi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Cet. XXII,

Nasir, M. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985, Cet. II

Rafiuddin, Maman Abdul Jalil., Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: CV Pustaka Setia, 1997,cet, ke-1

Ridwan Lubis, Muhammad. Pemikiran Soekarno Tentang Islam. Jakarta: C.V. Mas Agung, 1992

Sasono, Adi. Solusi Islam atas Problemantika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press, 1998 cet. Ke-1

Shihab, M. Quraih. Membimukan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Media Utama,1994.

Said bin Ali Kotani. Dakwah Islam Bija., Jakarta: Gema Insani Press, 1994

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 1993, Edisi Revisi II

Surakhmad, Winarto. Pengantar Penelitian Ilmiyah. Bandung : Tarsito, 1980, Cet. VII

Slmaet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rinerka Cipta, 1991, cet. 2

Sudjana, Anas. Apa dan Bagaimana Mengajar. Bandung: Ideal, 1975, cet. 1 Sudjana, Anas. Metode Riset Dan Bimbingan Skripsi. Yogyakarta : Reproduksi

UD Rama, 1980

Sudjana. Nana. Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung. PT. Sinar Baru, 1989

Steenbrink, Karel. A. Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta: LP3ES, 1986, cet. Ke-1

Sudjana, Anas. Metode Riset dan Bimbingan Skripsi, Yogyakarta: Reproduksi UD Rama, 1980

Surakhmad, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, Cet. VII, 1980

Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, Cet Ke-2


(6)

76

Syukri, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Prata Media, 1997

Tim Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Edisi Kedua, Cet. Ke-10

Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) CeQDA, Cet.I, 2006.

Uzer Usman, Moh. et. Al., Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1993, cet. 1

Yahya, Toha. Ilmu Dakwah. wijaya : jakarta, cet. Ke-V, 1992

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan dan Penterjemahan atau Penafsiran Al-Qur’an Depag, 1978

Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Dan Penterjemahan Atau Penafsiran Al Qur’an Depag, 1973

Zamakhsyari, Dhofier. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982, cet. Ke-1.

Ahmad Rohani HM., Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet.1.

Wawancara dengan Muslihan Habib, M. Ag. Kepala Sekoah SMA dan Kepala Pusat Komunikasi dan Pengembangan Dakwah Nahdlatul Wathan.

Drs. H.M. Suhaidi. Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta