Meskipun tidak semua klausul penyelesaian sengketa arbitrase berbunyi sama persis, perbedaan kalimat dan kata-kata tidak mengubah substansi dari
klausul tersebut yang berisi komponen-komponen sebagaimana dijabarkan berikut ini:
i. Penawaran oleh Host State
Sebagian besar klausul penyelesaian sengketa investasi antara investor dengan negara dalam BITs berisi persetujuan atas arbitrase secara tegas. Hal ini
dapat dilihat dari kalimat dalam BITs yang menyatakan bahwa “para pihak dengan ini menyetujui” ataupun “sengketa tersebut harus diajukan ke arbitrase”. Tidak
semua klausul penyelesaian sengketa dalam BITs dapat diartikan sebagai penawaran oleh host state yang bersifat mengikat. Beberapa klausul dalam BITs
yang merujuk kepada arbitrase dapat diartikan sebagai janji host state untuk memberikan persetujuannya di masa depan. Misalnya, negara dapat berjanji untuk
memberikan persetujuannya atas permintaan investor untuk arbitrase melalui pernyataan “negara tuan rumah akan menyetujui arbitrase apabila terjadi
sengketa.” Jika host state menolak untuk memberikan persetujuannya, hal
266
tersebut akan menjadi sebuah pelanggaran terhadap kewajibannya berdasarkan BIT. Akan tetapi, sebuah janji tidak dapat serta merta diartikan sebagai
persetujuan. Beberapa BITs lainnya bahkan mewajibkan adanya suatu perjanjian terpisah di masa depan yang mengatur persetujuan host state dan investor
terhadap arbitrase.
Lihat Pasal 10 2 dari Japan-Pakistan BIT 1998
266
105
Klausa penyelesaian sengketa dalam banyak BITs menawarkan beberapa alternatif lain seperti penyelesaian sengketa melalui pengadilan domestik host
state, prosedur yang disepakati para pihak melalui ICSID, ICC, LCIA, maupun mahkamah arbitrase ad hoc lainnya berdasarkan peraturan UNCITRAL.
267
Beberapa dari klausul penyelesaian sengketa campuran ini membutuhkan adanya kesepakatan para pihak untuk memilih salah satu dari prosedur-prosedur tersebut.
Bentuk lainnya adalah negara dari awal secara tegas menyatakan persetujuannya atas semua institusi tersebut, dan keputusan terakhir berada di tangan pihak yang
menginisiasi proses arbitrase. Dalam BITs dengan berbagai alternatif arbitrase, pilihan bentuk arbitrase dapat disepakati oleh kedua pihak yang bersengketa atau,
diberikan hak kepada investor untuk memilih.
268
ii. Penerimaan oleh Investor
Dalam sebuah BIT, ketentuan mengenai persetujuan atas arbitrase hanyalah penawaran oleh suatu negara yang membutuhkan penerimaan oleh pihak
lainnya dalam perjanjian. Penawaran tersebut dapat diterima oleh investor yang berkebangsaan negara pihak lainnya dalam BIT. Telah menjadi kebiasaan umum
bahwa investor dapat menerima ataupun menolak penawaran yang terdapat dalam
Seperti yang terdapat pada Pasal 10 2 Spain-Hungary BIT 1989 dan Pasal
267
11 2 Spain-Poland BIT 1992. Schreuer, Consent to Arbitration, op. cit., hlm. 7. Dalam beberapa BITs seperti
268
Spain-El Salvador BIT 1995 dan Spain-Kazakhstan BIT 1994, investor bahkan diberikan hak untuk memilik apakah akan menempuh melalui pengadilan di host state.
106
BIT melalui proses persidangan di ICSID. Mahkamah dalam kasus Generation
269
Ukraine v. Ukraine menyatakan bahwa: …it is firmly established that an investor can accept a States
offer of ICSID arbitration contained in a bilateral investment treaty by instituting ICSID proceedings. There is nothing in the
BIT to suggest that the investor must communicate its consent in a different form directly to the State; ... It follows that the Claimant
validly consented to ICSID arbitration by filing its Notice of Arbitration at the ICSID Centre.
270
Beberapa BITs secara spesifik mengatur pemberian persetujuan oleh investor. Berdasarkan klausul ini, ketika investor telah menerima penawaran yang
terdapat dalam BIT, salah satu pihak telah dapat memulai persidangan. Terdapat cara bagi investor untuk memberikan persetujuannya. Persetujuan atas arbitrase
dapat dibuat sebagai syarat untuk masuknya investasi ke host state dan dapat menjadi bagian dari proses perizinan. Secara khusus BITs dapat mengatur bahwa
keuntungan yang disepakati dalam BITs hanya dapat dinikmati oleh investor yang menyetujui arbitrase.
iii. Ruang Lingkup Persetujuan
Ruang lingkup persetujuan atas arbitrase yang ditawarkan dalam BITs dapat bervariasi. Banyak klausul persetujuan dalam BITs mengandung frasa
Beberapa sengketa investasi yang diajukan ke mahkamah ICSID antara lain
269
AAPL v. Sri Lanka 1990, AMT v. Zaire 1997, Generation Ukraine v. Ukraine 2003, Impregilo v. Pakistan 2005, Camuzzi Intl S.A. v. Argentina 2005, El Paso Energy Intl
Tokios Tokeles v. Ukraine 2004, Co v. Argentina 2006, Churcill Mining PLC and Planet Mining Pty Ltd v. Indonesia 2014.
Generation Ukraine v. Ukraine, ICSID Case No. ARB0009, Award, 16
270
September 2003, para. 12.2, 12.3.
107
“seluruh sengketa mengenai investasi” atau “sengketa hukum apapun mengenai investasi”. Ketentuan demikian tidak membatasi kewenangan mahkamah untuk
mengadili gugatan yang muncul dari kewajiban dalam BITs. Apabila diartikan secara harfiah, klausul bentuk ini mencakup sengketa yang melampaui interpretasi
dan penerapan BIT itu sendiri dan akan mencakup sengketa apapun yang timbul dari kontrak yang berhubungan dengan investasi.
Dalam kasus Salini v. Morocco Pasal 8 dari Italy-Morocco BIT
271
mendefinisikan kewenangan ICSID secara sangat luas dan tidak hanya mencakup gugatan atas pelanggaan BIT tetapi juga mencakup gugatan yang berasal dari
kontrak: …Article 8 obliges the State to respect the jurisdictional choice
arising by reason of breaches of the bilateral agreement and of any breach of contract which binds it directly.
272
Putusan yang berbeda dikeluarkan oleh mahkamah dalam kasus SGS v. Pakistan
dimana Pasal 9 dari Switzerland-Pakistan BIT membatasi ruang
273
lingkupnya kepada “disputes with respect to investments”. Mahkamah berpendapat bahwa frasa tersebut hanya menggambarkan pokok perkara dan tidak
berhubungan dengan dasar gugatan maupun penyebab tindakan yang dicantumkan dalam gugatan. Mahkamah menyatakan bahwa:
Salini Costruttori SpA and Italstrade SpA v. Kingdom of Morocco, ICSID
271
Case No. ARB004, Decision on Jurisdiction, 31 Juli 2001. Ibid., para. 61.
272
SGS Société Générale de Surveillance S.A. v. Islamic Republic of Pakistan,
273
ICSID Case No. ARB0113, Decision on Jurisdiction, 6 Agustus 2003.
108
…from that description alone, without more, we believe that no implication necessarily arises that both BIT and purely contract
claims are intended to be covered by the Contracting Parties in Article 9.
Mahkamah kemudian memutuskan tidak memiliki kewenangan untuk mengadili gugatan yang timbul dari kontrak, serta bahwa gugatan kontrak bukan merupakan
pelanggaran terhadap kewajiban dalam BIT.
274
B. Penerapan Prinsip Fair and Equitable Treatment dalam Penyelesaian Sengketa Investasi yang Berasal dari Bilateral Investments Treaties
1. Técnicas Medioambientales, Tecmed, S.A. v. The United Mexican States