Posisi Kasus Técnicas Medioambientales, Tecmed, S.A. v. The United Mexican States

States Mexico-Spain BIT yang mulai berlaku bagi kedua negara pada 18 Desember 1996. Adapun anggota mahkamah arbitrase pada kasus ini adalah: Profesor José Carlos Fernández yang berkebangsaan Spanyol dan ditunjuk oleh pihak Claimant, Carlos Bernal Verea yang berkebangsaan Meksiko dan ditunjuk oleh Respondent, serta Dr. Horacio A. Grigera Naón yang berkebangsaan Argentina sebagai President of the Arbitral Tribunal dan ditunjuk oleh kedua arbiter yang telah dipilih oleh masing-masing pihak. Dalam analisis ini, putusan kasus yang dibahas adalah bagian merits dari Award yang diputus pada 29 Mei 2003 yaitu mengenai dugaan pelanggaran prinsip FET.

i. Posisi Kasus

Dalam kasus ini, sebuah anak perusahaan subsidiary Tecmed membeli TPA yang mengandung limbah industri beracun pada sebuah lelang umum pada tahun 1996 dan kemudian memindahkan kepemilikannya kepada Cytrar, perusahaan yang dijalankan oleh Tecmed dalam bidang pengolahan limbah beracun. TPA tersebut awalnya memiliki izin operasi yang diterbitkan oleh 276 pemerintah federal INE untuk jangka waktu yang tidak terbatas, namun izin 277 yang diberikan untuk Cytrar hanya berlaku untuk jangka waktu satu tahun dengan kemungkinan untuk diperbaharui setiap tahunnya. Setelah pembaharuan izin Ibid. para. 35. 276 Izin diterbitkan oleh Divisi Bahan, Limbah dan Kegiatan INE dari National 277 Ecology Institute of Mexico yang berada di bawah Kementerian Lingkungan, Sumber Daya Alam dan Perikanan Meksiko. 110 dilakukan satu kali, pembaharuan selanjutnya ditolak karena adanya dugaan bahwa Cytrar tidak mengoperasikan TPA dengan benar. 278 Menurut Claimant, penolakan atas pembaharuan izin tersebut disebabkan bukan didasarkan pada pertimbangan hukum, akan tetapi didasarkan pada keadaan politik, yaitu akibat adanya perubahan pemerintah di kota Hermosillo yang merupakan lokasi dimana TPA tersebut berada. Ia berpendapat bahwa 279 pemerintah baru kota Hermosillo menggalang gerakan masyarakat melawan TPA dan menuntut pemberhentian izin operasi dan penutupan TPA karena lokasinya yang dekat dengan kota. Claimant menggugat bahwa penolakan pembaharuan izin operasi TPA oleh INE dilakukan secara sewenang-wenang dan oleh karena itu merupakan pelanggaran terhadap Mexico-Spain BIT, hukum internasional dan hukum nasional Meksiko. Claimant lebih lanjut berpendapat bahwa ketidakmampuannya dalam memenuhi syarat-syarat perizinan TPA tidak dapat membenarkan penolakan pengeluaran izin yang baru dan menyebut penolakan tersebut sebagai suatu keputusan yang ekstrim. Ia menyatakan bahwa pelanggaran yang dilakukannya telah berada di bawah penyelidikan badan pemerintah federal yaitu PROFEPA yang berwenang untuk memberikan sanksi dan mencabut izin operasi. Sementara, menurut Claimant, PROFEPA tidak menemukan adanya pelanggaran berat yang dapat berakibat buruk terhadap lingkungan ataupun terhadap kesehatan Tecmed v. Mexico, op. cit., para. 99. 278 Ibid., para. 42. 279 111 masyarakat. Selain itu, Claimant juga menekankan bahwa sebagai hasil dari 280 kesepakatan dengan pemerintah federal, pemerintah negara bagian, dan pemerintah kota, ia telah berkomitmen untuk merelokasi TPA dan menanggung seluruh biaya terkait meskipun pada kenyataannya terdapat penundaan pada rencana relokasi tersebut. Terhadap dugaan ini, Respondent berpendapat bahwa penolakan pembaharuan izin merupakan tindakan pengendalian dalam sektor yang diatur dengan sangat ketat karena berhubungan erat dengan kepentingan publik. Masyarakat sekitar mengkritik lokasi TPA serta metode pengangkutan limbah beracun yang dianggap berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Menurut Respondent, pemerintah kota, negara bagian, dan federal telah bertindak sesuai dengan kewajiban Meksiko dalam Mexico-Spain BIT yaitu untuk memberikan perlindungan terhadap Tecmed dan investasinya dengan cara mencoba untuk mencari solusi atas masalah yang muncul akibat tekanan publik. Selain itu, Respondent menyatakan bahwa pihak yang berwenang untuk mencabut izin adalah INE berdasarkan pertimbangannya atas elemen dan kondisi tertentu, dan bahwa hasil penilaian PROFEPA tidak relevan terhadap keputusan INE. Respondent berpendapat bahwa pemerintah tidak bertindak secara sewenang-wenang dan bahwa sesungguhnya Claimant tidak menerima tindakan diskriminatif. Oleh karena itu, tidak ada pelanggaran terhadap Mexico-Spain BIT, hukum internasional, maupun hukum nasional Meksiko sendiri. Ibid., para. 43. 280 112 ii. FET dalam Dalil Gugatan dan Putusan Claimant mendalilkan bahwa kewajiban FET yang terdapat dalam Pasal 4 Ayat 1 Mexico-Spain BIT mencakup kewajiban untuk bertindak secara transparan dan menghormati kepercayaan dan ekspektasi investor. Adapun isi dari Pasal 4 Ayat 1 adalah sebagai berikut: ARTICLE IV TREATMENT 1. Each Contracting Party will guarantee, within its territory, fair and equitable treatment, in accordance with international law, to investments made by investors of the other Contracting Party. Menurut Claimant, terdapat dua hal yang telah melanggar kepercayaan dan ekspektasi Tecmed terhadap investasi di Meksiko. Pertama, perubahan situasi dan kondisi yang memengaruhi operasi TPA; dan kedua, tindakan pemerintah yang berakibat pada penghentian operasi TPA secara keseluruhan. Apabila hukum Meksiko memang ditujukan untuk melindungi dan mengizinkan perubahan izin dari yang tidak terbatas hingga harus diperbaharui secara tahunan maka menurut Claimant, peraturan tersebut dilaksanakan dengan sangat tidak transparan karena dalam peraturan tersebut tidak disebutkan secara jelas bahwa izin yang dibutuhkan berlaku untuk jangka waktu yang terbatas. Dalam pertimbangannya terhadap prinsip FET, mahkamah arbitrase menyatakan bahwa komitmen untuk memenuhi FET yang tercantum dalam Pasal 4 Ayat 1 tersebut merupakan ekspresi atas prinsip yang bona fide diakui dalam 113 hukum internasional , tanpa memperhatikan ada atau tidaknya itikad buruk suatu 281 negara. Artinya, pelanggaran FET dapat terjadi sepanjang negara memperlakukan investasi asing secara tidak adil dan tidak sejajar, meskipun sesungguhnya negara tidak bertindak dengan itikad buruk. 282 Interpretasi terhadap prinsip FET dijabarkan oleh mahkamah arbitrase dalam kasus Tecmed sebagai ‘list approach’, yaitu bentuk pendekatan dengan daftar: [Fair and equitable treatment] requires the contracting parties to provide to international investments treatment that does not affect the basic expectations that were taken into account by the foreign investor to make the investment. The foreign investor expects the host state to act in a consistent manner, free from ambiguity and totally transparently in its relations with the foreign investor, so that it may know beforehand any and all rules and regulations that will govern its investments, as well as the goals of the relevant policies and administrative practices or directives, to be able to plan its investment and comply with such regulations . . . The foreign investor also expects the host state to act consistently, i.e. without arbitrarily revoking any preexisting decisions or permits issued by the state that were relied upon by the investor to assume its commitments as well as to plan and launch its commercial and business activities. The investor also expects the state to use the legal instruments that govern the actions of the investor or the investment in conformity with the function usually assigned to such instruments, and not to deprive the investor of its investment without the required compensation. 283 Ian Brownlie, Principles of Public International Law, 5th Edition Oxford: 281 Oxford University Press, 1989, hlm. 19. Prinsip FET yang terdapat dalam perjanjian internasional tentang perlindungan terhadap investasi asing menunjukkan adanya kewajiban berdasarkan hukum internasional akan due process, hak-hak ekonomi, itikad baik, serta keadilan umum. Mondev v. US, op. cit., para. 116. 282 Tecmed v. Mexico, op. cit., para. 154. 283 114 Ketentuan Pasal 4 Ayat 1 Mexico-Spain BIT mewajibkan para pihak untuk memberikan perlakuan yang tidak memengaruhi basic expectations yang menjadi pertimbangan awal investor asing untuk melakukan investasinya. Investor asing akan mengharapkan host state untuk bertindak secara konsisten, tanpa memunculkan ambiguitas, dan benar-benar transparan dalam hubungannya dengan investor asing, sehingga investor asing dapat mengetahui terlebih dahulu seluruh peraturan yang akan berlaku terhadap investasinya. Penting pula bagi investor untuk mengetahui tujuan dari kebijakan-kebijakan terkait dan praktik administratif agar dapat merencanakan investasinya dan mematuhi peraturan nasional suatu negara. Tindakan konsisten host state juga dapat ditunjukkan dengan cara tidak menarik kembali keputusan ataupun izin yang telah diterbitkan oleh pemerintah secara sewenang-wenang. Hal ini karena biasanya keputusan maupun izin tersebut digunakan oleh investor asing sebagai patokan dalam menentukan komitmen, serta dalam merencanakan dan melaksakan kegiatan investasinya. Kegagalan negara dalam bertindak demikian dapat memengaruhi investor dalam mengukur dan mengkaji perlakuan dan perlindungan yang diberikan host state serta dalam memutuskan apakah tindakan negara telah memenuhi prinsip FET. Berdasarkan fakta kasus tersebut, arbitral tribunal berpendapat bahwa pemerintah Meksiko melalui INE telah bertindak kontradiktif, ambigu, dan tidak pasti. Penerbitan resolusi yang berisi penolakan pembaharuan izin operasi TPA Cytrar bertolakbelakang dengan pemberian izin sebelumnya yang merupakan 115 salah satu pedoman bagi Claimant dalam melakukan investasinya. Pada masa sebelum diterbitkannya resolusi tersebut, INE tidak melakukan dialog ataupun pemberitahuan dalam bentuk apapun dengan Cytrar maupun Tecmed yang membahas akan kemungkinan penolakan pembaharuan izin yang disebabkan oleh kelalaian Cytrar dalam proses relokasi. Sehingga, baik Cytrar maupun Tecmed tidak memiliki kesempatan untuk memberikan penjelasan mengenai kelalaiannya, atau mencari solusi atas kelalaian tersebut untuk menghindari penolakan pembaharuan izin. Tindakan tersebut menimbulkan kerugian dan kerusakan losses and damage bagi investor dan merupakan pelanggaran terhadap 284 kewajiban FET dalam Pasal 4 Ayat 1 Meksiko-Spain BIT. Standar prinsip FET yang diterapkan oleh mahkamah dalam kasus Tecmed ini menuai kritikan secara luas terutama di kalangan para sarjana. Salah satunya adalah Zachary Douglas, yang berpendapat bahwa standar yang diterapkan oleh arbitral tribunal bersifat terlalu menuntut dan lebih berfungsi sebagai deskripsi terhadap regulasi publik yang sempurna dalam dunia yang sempurna, yang mungkin tidak akan pernah dicapai oleh negara manapun di dunia. Meskipun 285 demikian putusan dalam kasus Tecmed ini telah dan masih menjadi putusan yang “Damage” tidak terbatas pada kerugian ekonomi dan harus diinterpretasikan 284 dalam arti yang luas. James Crawford, The International Law Commission’s Articles on State Responsibility, Cambridge: Cambridge University Press, 2002, hlm. 29-31. Z. Douglas, Nothing if Not Critical for Investment Treaty Arbitration: 285 Occidental, Eureko and Methanex, Arbitration Int’l J 22 2006, hlm. 28. 116 paling banyak dikutip dalam yurisprudensi arbitrase karena kemampuannya dalam merumuskan pendekatan yang lebih baik dalam menerapkan prinsip FET. 286 2. PSEG Global Inc. and Konya Ilgin Elektrik Uretim ve Ticaret Limited Sirketi v. Republic of Turkey 287 Arbitral tribunal dalam kasus ini berhasil memberikan gambaran terhadap prinsip FET secara lebih jelas. Kasus ini dibawa oleh tiga perusahaan sebagai Claimant, yaitu PSEG Global Inc., sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum New Jersey, Amerika Serikat; North American Coal Corp., sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Delaware, Amerika Serikat; dan Konya Ilgin Elektrik Üretim ve Ticaret Limited Sirketi, sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Turki dan dimiliki seluruhnya oleh anak perusahaan PSEG, melawan Republik Turki. Sengketa investasi yang dibawa ke hadapan 288 ICSID ini didasarkan pada dugaan adanya pelanggaran terhadap Treaty Between the United States of America and the Republic of Turkey Concerning the Reciprocal Encouragement and Protection of Investments Turkey-US BIT yang ditandatangani pada tahun 1985 dan mulai berlaku mengikat pada tahun 1990. Sejumlah mahkamah yang juga menggunakan bentuk pendekatan ‘daftar’ ini 286 antara lain: Deutsche Bank AG v. Democratic Socialist Republic of Sri Lanka, ICSID Case No. ARB092, Award, 31 Oktober 2012, para. 420; Toto Costruzioni Generali SpA v. Republic of Lebanon, ICSID Case No. ARB0712, Award, 7 Juni 2012, para. 151-159. PSEG Global Inc. and Konya Ilgin Elektrik Üretim ve Ticaret Limited Sirketi 287 v. Republic of Turkey, ICSID Case No. ARB025, Award, 19 Januari 2007. Dalam Decision on Jurisdiction tanggal 4 Juni 2004, Mahkamah menyatakan 288 bahwa Mahkamah hanya berwenang dalam mengadili sengketa yang diajukan oleh PSEG dan Konya Ilgin Ltd, sedangkan sengketa North American Coal Corporation tidak berada dalam ranah kewenangan pengadilan. Dengan demikian, Claimant dalam kasus ini menjadi PSEG dan Konya. 117 Claimant menunjuk L. Yves Fortier yang berkebangsaan Kanada sebagai arbiter dan Respondent menunjuk Professor Gabrielle Kaufmann-Kohler yang berkebangsaan Swiss sebagai arbiter. Kedua arbiter yang telah ditunjuk masing- masing Pihak itu menjadi members of the arbitral tribunal. Presiding arbitrator pada arbitral tribunal di kasus ini adalah Profesor Francisco Orrego Vicuña yang berkewarganegaraan Chile dan ditunjuk oleh ICSID setelah konsultasi dengan kedua belah pihak. Dalam analisis ini, putusan kasus yang dibahas adalah bagian merits dari Award yang diputus pada 19 Januari 2007 yaitu mengenai pelanggaran prinsip FET.

i. Posisi Kasus

Dokumen yang terkait

PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI MELALUI ARBITRASE DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

1 8 20

PENYELESAIAN SENGKETA TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL E COMMERCE MELALUI ARBITRASE

5 39 113

PENERAPAN PRINSIP KONSENSUS DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI WTO.

0 0 9

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PULAU MIANGAS MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL.

0 1 8

Analisis Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip Fair And Equitable Treatment Dalam Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui Arbitrase Internasional Yang Berasal Dari Bilateral Investment Treaties

1 1 16

Analisis Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip Fair And Equitable Treatment Dalam Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui Arbitrase Internasional Yang Berasal Dari Bilateral Investment Treaties

0 0 2

Analisis Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip Fair And Equitable Treatment Dalam Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui Arbitrase Internasional Yang Berasal Dari Bilateral Investment Treaties

0 0 23

Analisis Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip Fair And Equitable Treatment Dalam Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui Arbitrase Internasional Yang Berasal Dari Bilateral Investment Treaties

2 7 41

Analisis Yuridis Terhadap Penerapan Prinsip Fair And Equitable Treatment Dalam Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui Arbitrase Internasional Yang Berasal Dari Bilateral Investment Treaties

0 0 17

RELASI KLAUSULA FAIR AND EQUITABLE TREATMENT DALAM BILATERAL INVESTMENT TREATY DENGAN KEDAULATAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA ALAM Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 13