27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian pengaruh waktu reaksi dengan variasi 2, 4, 6 jam, volume pelarut dengan variasi 750, 1.000, 1.200 ml, dan jenis
pelarut dengan variasi etanol, n-heksana, dan etil asetat dengan menggunakan ekstraksi padat cair.
Pembahasan dibagi atas dua bagian yaitu pembahasan pengaruh waktu reaksi, volume pelarut, dan jenis pelarut terhadap rendemen ekstrak daun katuk. Dan
pengaruh waktu reaksi, volume pelarut, dan jenis pelarut terhadap kadar flavonoid.
4.1 PENGARUH WAKTU REAKSI, VOLUME PELARUT, DAN JENIS
PELARUT TERHADAP RENDEMEN EKSTRAK DAUN KATUK 4.1.1
Jenis Pelarut Etanol, N-heksana dan Etil Asetat
Pada percobaan ini digunakan daun katuk 50 gram dengan volume pelarut 750, 1.000, dan 1.250 ml, dengan jenis pelarut etanol, N-heksana dan etil asetat dan
variasi waktu ekstraksi 2, 4, 6 jam hasil percobaan pada tabel L1.2
.
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap Rendemen dengan Jenis Pelarut Etanol, N-heksana dan Etil Asetat
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan waktu reaksi terhadap rendemen pada jenis pelarut etanol, n-heksana dan etil asetat dengan waktu ekstraksi 2 jam, 4 jam,
dan 6 jam dengan variasi volume pelarut 750 ml, 1000 ml, 1250 ml. Gambar 4.1
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
1 2
3 4
5 6
7 V = 750 ml
V = 1000 ml V = 1250 ml
V = 750 ml V = 1000 ml
V = 1250 ml V = 750 ml
V = 1000 ml V = 1250 ml
Waktu Ekstraksi Jam Rendem
en
28 dapat dilihat bahwa semakain lama waktu ekstraksi maka rendemen yang diperoleh
semkain meningkat. Pada jenis pelarut etanol semakin lama waktu reaksi makakadar rendemen yang diperoleh semakin meningkat. Pada volume 750 ml diperoleh hasil
rendemen dari 0,142 hingga 0,161, volume 1000 ml diperoleh dari 0,152 hingga 0,185, dan untuk volume 1250 diperoleh dari 0,205 hingga 0,243. Dari
hasil data yang diperoleh bahwa waktu ekstraksi terbaik adalah pada waktu 6 jam dengan volume pelarut 1250 ml yaitu sebesar 0,243.
Sedangkan untuk jenis pelarut n-heksana dapat dilihat bahwa sedmakin lama waktu reaksi maka kadar rendemen yang diperoleh semakin besar. Pada volume 750
ml diperoleh hasil rendemen dari 0,049 hingga 0,066, volume 1000 ml diperoleh dari 0,064 dan untuk volume 1250 diperoleh dari 0,078 hingga 0,080.
Untuk jenis pelarut etil asetat dapat dilihat bahwa semakin lama waktu rekasi maka rendemen yang dihasilkan semakin besar. Dapat dilihat bahwa volume 750 ml
diperoleh hasil rendemen dari 0,082 hingga 0,117, volume 1000 ml diperoleh dari 0,112 hingga 0,133, dan untuk volume 1250 diperoleh dari 0,120 hingga
0,133. Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka
rendemen yang diperoleh emakin besar, hal ini disebabkan karena lamanya waktu operasi pada proses ekstraksi yang membuat kontak antara solven dengan bahan
baku daun katuk semakin lama sehingga proses pelarutan dari rendemen oleh daun katuk terjadi terus menerus sampai pelarut jenuh terhadap bahan baku. Namun jika
waktu reaksi terlalu lama maka peruses ekstraksi akan mengalami kerusakan dan mengurangi hasil rendemen yang diperoleh [5]. Begitu juga halnya dengan volume
pelarut yang diperoleh, semakin banyak volume pelarut maka rendemen akan emakinbesar, sehingga dapat menentukan nilai rendemen yang tinggi. Akan tetapi
jika volume pelarut terlalu banyak maka rendemen yang diperoleh akan mengalami penurunan. Karena semakin banyak pelarut yang digunakan akan menyebabkan
perubahan sifat dan komposisi dari ekstrak daun katuk sehingga mudah menguap dan akhirnya terkondensasi. Untu jenis pelarut yang digunakan bahwa hasil dari
rendemen yang diperoleh berbeda-beda dari masing-masing pelarut disebabkan karena sifat polar dan tidaknya pelarut yang dipakai. Semakin polar pelarut yang
digunakan maka daya ekstraksi akan semakin bagus [21]. Dapat dilihat bahwa dari
29 ketiga jenis pelarut yang digunakan yaitu etanol, n-heksana dan etil asetat diketahui
bahwa jenis pelarit yang paling polar adalah etanol dan n-heksana. Beberapa peneliti seperti Agus Budiyanto dengan judul penelitian
“pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap karakter pektin dari ampas jeruk bahwa Kenaikan
waktu ekstraksi mempengaruhi meningkatnya rendemen yang dihasilkan ”. Semakin
lama waktu ekstraksi, rendemen pektin yang dihasilkan semakin besar [3] dan Dwi Handayani, Abdul
Mun’im and Anna S. Rantidengan judul “optimasi ekstraksi ampas teh hijau camellia sinensis menggunakan metode microwave assisted
extraction untuk menghasilkan ekstrak teh hijau ”. Berdasarkan variasi waktu, untuk
rendemen didapatkan hasil semakin lama waktu ekstraksi, rendemen yang didapatkan semakin banyak [18]. Waktu ekstraksi merupakan faktor yang akan
berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi ekstraksi dari tanaman obat atau sayuran yang dapat dimakan [22]. Penelitian yang dilakukan Menurut penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Mandana Bimark dan juga penelitian yang dilakukan Darmawan bahwa senyawa alkohol seperti heksana dapat mempengaruhi
hasil ekstraksi berdasarkan kepolaran dari larutan itu sendiri [21]. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bambang Irawan dan
Jos,” pada grafik hubungan antara waktu reaksi dengan rendemen menunjukkan bahwa semakin lama waktu reaksi, maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi.
Hal ini disebabkan proses pencampuran antara pelarut ke dalam bahan baku, dimana kelarutan komponen-komponen serbuk akan akan berjalan perlahan sebanding
dengan kenaikan waktu” [20]. Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa waktu reaksi terbaik
adalah waktu 2 jam dan volume pelarut 1.250 ml dengan jenis pelarut etanol. Untuk mengetahui perbandingan standar kadar rendemen ekstrak daun katuk dengan hasil
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Jenis Pelarut Kadar Rendemen
Hasil Penelitian
Pengaruh waktu Ekstraksi, Volume Pelarut dan Jenis Pelarut terhadap Rendemen dan Kadar
Flavonoid Total pada Ekstraksi Daun Katuk
Hasil Literatur [27]
Etanol 0,243
0,275 N-heksana
0,084 0,08
Etil asetat 0,138
0,123
30
4.2 PENGARUH WAKTU REAKSI, VOLUME PELARUT, DAN JENIS