14
2.2 Landasan Teori
Peneliti menggunakan bidang kajian Linguistik Historis Komparatif untuk memaparkan penelitiannya. Teori Linguistik Historis Komparatif muncul pada
awal abad ke-18 dan terus berkembang sampai awal abad ke-20. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Franz Bopp yang meletakkan dasar-dasar Ilmu
Perbandingan Bahasa. Ia membandingkan akhiran-akhiran dari kata-kata kerja dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan German yang diterbitkan
dalam tahun 1816. Kemudian, teori ini terus berkembang dengan tokoh-tokohnya, antara lain: Jacob Grimm 1787-1683, Lehman 1972, Hock 1988, Byon
1979. Linguistik Bandingan Historis atau Linguistik Historis Komparatif adalah
suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu
tersebut. Linguistik Historis Komparatif dalam mempelajari data-datanya diambil dari suatu bahasa atau lebih, yang sekurang-kurangnya dalam dua periode.
Selanjutnya, data itu diperbandingkan secara cermat untuk memeroleh kaidah- kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu Keraf, 1996:22.
Adapun teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah macam- macam perubahan bunyi yang dibedakan dari tipe perubahan bunyi. Keraf
1996:90 membagi perubahan-perubahan bunyi menjadi beberapa macam, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
15
1 Metatesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa
pertukaran tempat dua fonem. Contohnya, bahasa Austronesia Purba k
ǝtip → petik dalam bahasa Melayu ‘petik’. 2
Aferesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata. Contohnya, bahasa
Austronesia Purba hatay → ate dalam bahasa Polinesia Purba ‘hati’.
3 Sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah
fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba iya
→ ia dalam bahasa Polinesia Purba ‘dia’. 4
Apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Contohnya, bahasa Polinesia Purba
k ǝlut → kolu dalam bahasa Austronesia Purba ‘kerut’.
5 Protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa
penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba nitu
→ hanitu dalam bahasa Polinesia Purba ‘arwah’.
6 Epentesis merupakan proses perubahan bunyi yang berupa penambahan
sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Misalnya, bahasa Austronesia Purba kapak
→ kampak dalam bahasa Melayu ‘kampak’. 7
Paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Misalnya, bahasa
Austronesia Purba tulak → tulaki dalam bahasa Polinesia Purba
‘menolak’.
Universitas Sumatera Utara
16
Selain kedua teori di atas, dalam penelitian ini digunakan juga teori pewarisan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa yang dilihat dari
perubahan sebuah fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat yang berlangsung dalam beberapa macam tipe Keraf, 1996:79, antara lain:
1 Pewarisan linear adalah pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa
sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau makna fonem protonya. Misalnya, bahasa Austronesia Purba ikan diturunkan secara
linear → ikan pada bahasa Melayu sekarang Keraf, 1996:80.
2 Pewarisan inovasi adalah pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi
bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya, bahasa Austronesia Purba lamuk
→ ɳamuk dalam bahasa Melayu sekarang ‘nyamuk’ Keraf, 1996:80.
2.3 Tinjauan Pustaka