Fungsi Psikomotorik Berdasarkan Durasi Hendusan Fungsi Psikomotorik Berdasarkan Jumlah Hendusan

4.1.3. Fungsi Psikomotorik Berdasarkan Durasi Hendusan

Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian di uji dengan Analisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa durasi hendusan memiliki perbedaan yang signifikan Lampiran 3. Dengan demikian dilakukan uji lanjutan menggunakan metode Bonferroni, maka diketahui perbandingan durasi hendusan antara masing-masing kelompok Gambar 4.3. Gambar 4.3. Rata-rata durasi hendusan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama 2 hari fase pengujian pengamatan 6 jam Keterangan K1: Kontrol Blank; K2: Kontrol Saline; K3: Perlakuan Petidin s: second detik. Berdasarkan Gambar 4.3. dapat dilihat perbedaan durasi hendusan mencit menunjukkan hasil yang signifikan antara kelompok kontrol blank dan kontrol saline tetapi tidak terdapat perbedaan antara kontrol blank dan perlakuan petidin. Hal ini dikarenakan dosis petidin yang digunakan belum memberikan pengaruh terhadap durasi hendusan mencit sedangkan pemberian saline dengan penambahan stressor memberikan efek penurunan perilaku. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 K1 K2 K3 b a a D u ra si He n d u sa n s Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Fungsi Psikomotorik Berdasarkan Jumlah Hendusan

Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian di uji dengan Analisis Varians ANOVA Lampiran 3 dapat dilihat rata-rata jumlah hendusan pada perlakuan petidin lebih rendah, namun tidak signifikan. Gambar 4.4. Rata-rata jumlah hendusan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama 2 hari fase pengujian pengamatan 6 jam Keterangan K1 : Kontrol Blank; K2 : Kontrol Saline; K3 : Perlakuan Petidin Berdasarkan Gambar 4.4. rata-rata jumah hendusan dari masing-masing kelompok lebih rendah namun tidak berbeda secara signifikan. Rata-rata dari kelompok perlakuan petidin lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol blank. Hal ini menunjukkan pemberian obat petidin sedikitnya menurunkan jumlah hendusan mencit meskipun tidak signifikan. Obat petidin merupan analgesik narkotik yang langsung bekerja pada sistem saraf pusat yang memengaruhi sistem saraf otonom sehingga menyebabkan perubahan pergerakan psikomotorik mencit menghendus cornersudut. Hendusan mencit sedikitnya berkaitan dengan pernafasan mencit. Petidin berpengaruh pada sistem saraf pernafasan yang menyebabkan depresi pernafasan. Menurut Isbell White 1953, perilaku mencit yang diberikan metandon dan petidin menunjukkan sedikit perbedaan. Petidin memerlukan waktu yang lebih sering untuk menunjukkan angka peningkatan perilaku yang jauh lebih tinggi yaitu setidaknya setiap tiga jam, dibandingkan pemberian morfin sama halnya dengan yang terjadi pada manusia aktivitas motorik secara kualitas dapat merepresentasikan sindrom withdrawal ketergantungan obat Way et al., 1969. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 K1 K2 K3 Kelompok Ju m la h H endus an Universitas Sumatera Utara Menurut Nael 2006; Ghodse 2002, petidin atau meperidin mempunyai awetan kerja cepat, dan tidak digunakan dalam jangka waktu yang panjang karena hanya memiliki durasinya yang singkat 3 jam. Petidin berinteraksi serius dengan inhibitor monoamin oksidase MAOI yang menyebabkan delirium, hiperpireksia. Meperidin bekerja pada tempat spesifik pada susunan saraf yang disebut reseptor opioid dimana tempat kerja petidin secara spesifik adalah pada reseptor K Horn, 1998. Petidin menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, depresi nafas dan efek sentral lain Santoso, 2003. Menurut Tucker 2009, depresi nafas adalah ketidak mampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal sehingga pernafasan menjadi tidak normal, hal ini terjadi karena adanya penekanan rangsang di sistem saraf pusat pernafasan, bisanya karena pengaruh obat narkotika atau keracunan. Depresi pernafasan jika tidak ditangani dengan baik akan akan mengakibatkan gagal nafas. Gagal nafas adalah ketidak mampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal, eliminasi CO 2 dan pH yang normal disebabkan oleh masalah difusi dan perfusi. Depresi sistem saraf pusat mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak normal. Pusat pernafasan yang mengendalikan pusat pernafasan, terletak dibawah batang otak pons dan medula sehingga pernafasan lambat dan dangkal. Tekanan darah akan meningkat sedikit pada pemberian meperidin dosis tinggi. Selain itu juga menyebabkan hilangnya refleks sistem saraf simpatis. Kontraktilitas jantung akan menurun, menurunkan volume sekuncup dan tekanan pengisian jantung akan meningkat. Pada sistem respirasi, frekuensi nafas kurang dipengaruhi. Depresi pernapasan terjadi terutam karena penurunan volume tidal dan penurunan kepekaan pusat nafas terhadap CO 2. Selain itu, pemakaian petidin dapat mengurangi konsumsi oksigen pada otak, aliran darah otak dan menurunkan tekanan intra kranial Morgan et al., 2002. Kajian yang efektif dari perilaku hewan membutuhkan pengamatan dan percobaan. Perilaku hewan tersebut dapat dipelajari melalui dua bidang yang utama, yaitu fisiologis dan ekologi. Kajian fisiologi akan memberikan pemahaman mengenai mekanisme terjadinya perilaku tersebut yang mencakup interaksi biokimia, saraf, otot dan indera. Sedangkan, kajian ekologi kaitannya dengan Universitas Sumatera Utara lingkungan. Pengamatan hewan keseluruhan yang meliputi kedua kajian utama ini dapat dilakukan secara alami di lapangan atau dalam laboratorium dengan kondisi lingkungan percobaan yang terkontrol. Gangguan perilaku lebih dipengaruhi oleh beragam faktor yang saling tumpang tindih overlaping. Faktor waktu dan model pemaparan perlakuan bahan uji secara berulang dapat memberikan efek pada perilaku Maramis, 2014.

4.1.5. Fungsi Psikomotorik Berdasarkan Durasi Jilatan

Dokumen yang terkait

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

2 31 71

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 12

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 2

Efek Alprazolam Terhadap Perilaku Kognitif dan Psikomotorik pada Mencit (Mus musculus L.) dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 4

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 10

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 2

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 3

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 8

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

1 1 4

Efek Petidin Terhadap Psikomotorik dan Fungsi Kognitif pada Mencit (Mus musculus L.) Cemas dengan Menggunakan Alat Sistem Otomatis IntelliCage

0 0 15