16 rendah, sehingga kegiatan ekonomi dan pembangunan daerahnya kurang
berkembang baik. Alokasi investasi pemerintah ke daerah lebih banyak ditentukan oleh sistem
pemerintah daerah yang dianut. Bila sistem pemerintahan daerah yang dianut bersifat sentralistik, maka alokasi dana pemerintah akan cenderung lebih
banyak dialokasikan pada pemerintah pusat, sehingga ketimpangan pembangunan antarwilayah akan cenderung tinggi. Akan tetapi, sebaliknya
bilamana sistem pemerintah yang dianut adalah otonomi atau desentralisasi, maka dana investasi pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah
sehingga ketimpangan ekonomi antarwilayah akan cenderung lebih rendah.
2.4 Klassen Typology
Model yang paling populer untuk mengindetifikasi daerah tertinggal atau perkembangan daerah-daerah berdasarkan pertumbuhan ekonominya adalah
model Typology Klassen.
Typology Klassen dikenalkan oleh Leo Klassen 1965, Klassen menganggap daerah regions sebagai mikrokosmos yang diskrit discrete microcosms, yaitu
daerah ekonomi yang dapat dipahami dengan melalui studi tentang besaran- besaran ekonominya. Dengan menggunakan pendapatan, Klassen mengajukan
suatu teknik sederhana yaitu dengan memperbandingkan tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan suatu daerah tertentu dengan tingkat dan laju
pertumbuhan pendapatan nasional, seperti yang ditunjukan pada table 2.1. Ada tiga macam daerah yang permasalahannya berbeda yakni kategori II, III, dan IV
seperti tampak pada table tersebut. Daerah tipe II adalah daerah dengan tingkat
Universitas Sumatera Utara
17 pendapatan yang realtif rendah tetapi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi,
daerah tipe III adalah daerah dengan tingkat pendapatan tinggi tetapi dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, dan daerah tipe IV adalah daerah dengan
tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan yang rendah. Daerah yang terakhir merupakan daerah yang menjadi perhatian utama bagi para perencana
pembangunan daerah Lincolin Arsyad, 2010. Tabel 2.1
Tipologi Klassen untuk Pengidentifikasian Daerah Tertinggal Tingkat pertumbuhan
pendapatan daerah dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan pendapatan nasional
Tingkat pendapatan daerah dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional
Tinggi 1 Rendah 1
Tinggi 1 Tipe I
Daerah makmur Tipe II
Daerah tertinggal dalam proses membangun
Rendah 1 Tipe III
Daerah makmur yang sedang menurun potensial
untuk tertinggal Tipe IV
Daerah tertinggal
Menurut Klassen, daerah tertinggal seperti itu karena kondisinya yang tidak menguntungkan, kurang dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi
nasional. Daerah-daerah tersebut tidak dapat bersaing dengan daerah-daerah lainnya paling tidak dalam satu cabang industri. Daerah-daerah tersebut tidak
memiliki potensi sumber daya yang menarik termasuk yang sudah dieksploitasi.
Universitas Sumatera Utara
18 Tenaga kerja lokal tidak memiliki ketrampilan yang memenuhi kualifikasi industri
modern dan pembentukan modal lokal tidak terjadi. Oleh karena itu tingkat produktivitas sangat rendah. Efisiensi ekonomi nasional akan turun jika sumber
daya kapital –yang notabene langka- dengan jumlah yang banyak ditanamkan di
daerah tersebut. Oleh karena itu, yang dapat dikerjakan untuk daerah-daerah seperti itu
–jika secara politis diperlukan- adalah pemberian sejumlah dana yang tertentu dan terbatas dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur lokal dan
menyediakan pelayanan sosial minimum. Mungkin juga ada sedikit investasi “produktif”, tetapi kata kuncinya adalah tunjangan kesejahteraan dan pelatihan
kembali tenaga kerja retraining Lincolin Arsyad, 2010.
Pada tulisannya yang lain, Klassen dan Drewe 1973 menjelaskan logika dari program-program seperti itu. Menurut mereka, pada daerah-daerah yang tidak
dapat bersaing, jika semuanya harus dilakukan oleh pemerintah, penduduk dalam usia kerja harus dilatih kembali dan pindah ke daerah-daerah lainnya di mana
mereka dapat memberikan kontribusi produktifnya terhadap perekonomian. Akan lebih murah mensubsidi biaya tenaga kerja perusahaan daerah-daerah inti cores
melalui program-program relokasi yang didukung pemerintah ketimbang mencoba untuk memberikan subsidi modal secara langsung terhadap lokasi-lokasi
yang tidak menguntungkan tersebut. Kesejahteraan masyarakat manusia adalah tujuannya, bukan kesejahteraan daerah lokasi Lincolin Arsyad, 2010.
Universitas Sumatera Utara
19
2.5 Penelitian Terdahulu