Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PAD, DAU, DAK DAN BELANJA MODAL

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH

NAMA : FRISKA SIHITE

NIM : 050503241

DEPARTEMEN : AKUNTANSI-S1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara

MEDAN

2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2009 Yang membuat pernyataan,

Friska Sihite NIM: 050503241


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaannya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ” Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara” dapat berjalan lancar.

Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk keluarga besarku, keluarga yang sangat luar biasa, kedua orangtuaku A. Sihite, SE dan M.R. Hutabarat, S.Pd dan adik penulis Henry Simon Sihite, terimakasih buat segala hal yang kalian berikan, kalian adalah orang-orang yang sangat berharga, kalian adalah orang-orang yang menjadi inspirasi dan kekuatan bagi penulis dalam menjalani kehidupan.

Adapun skripsi ini berjudul ”Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”, dan disusun bertujuan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji II atas saran-sarannya..

5. Teman-teman penulis yaitu Kak Rianty Barus, Mufliha Pasi, Putri Ayu Lia Lestari, Fardhona, Rici Santridin Putra, Yafizham, Rizkia Daulay, Charles Ambarita dan Kindy Kurniawan atas segala bantuan yang diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Desember 2009 Penulis,

Friska Sihite NIM: 050503241


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara yang secara teratur menerbitkan lapran keuangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.

Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masing-masing sampel, yang diperoleh dari laporan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum sebagai variabel X2, Dana Alokasi Khusus sebagai variabel X3, Belanja Modal sebagai variabel X4 dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan Kota.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variable Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, namun variable Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Moda, Pertumbuhan Ekonomi, Kemandirian Daerah, regresi berganda.


(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of the Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Capital Expenditure on Economic Growth in the County / City of North Sumatra Province who regularly publishes financial lapran since the year 2004 to 2007.

The data used is Local Government Financial Statements of each sample, obtained from a report published by the Central Bureau of Statistics of North Sumatra Province. The method of analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method used is puposive sampling. Variable of this study is the Regional Revenue as a variable X1, the General Allocation Fund as a variable X2, the Special Allocation Fund as the variable X3, Capital Expenditures as a variable X4 and Economic Growth as a variable Y with the total samples per year for 15 County and City.

Test results showed that the variables partially Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and the significant positive impact on economic growth, but the Capital Expenditure variables have no effect on economic growth.

Keywords: Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Moda Shopping, Economic Growth, Independence Regional, multiple regression.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis...8

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)...8

1.1 Pajak Daerah...9

1.2 Retribusi Daerah...9

1.3 Perusahaan Daerah...10


(8)

2. Dana Alokasi Umum (DAU)...12

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)...14

4.Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure) 4.1 Belanja Tidak Langsung………15

4.2 Belanja langsung ………16

5. Pertumbuhan Ekonomi...17

6. Pengaruh Pendapatan Daerah dan Belanja Modal Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi...18

B. Tinjauan Penelitian terdahulu... 19

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 24

1. Kerangka Konseptual ... 24

2. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C. Jenis dan sumber data ... 29

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

E. Metode Analisis Data ... 31

1. Statistik Deskriptif ... 32

2. Uji Asumsi Klasik ... 32


(9)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ... 37

B. Analisis Hasil Penelitian...37

1. Statistik Deskriptif...37

2. Uji Asumsi Klasik...39

a. Uji Normalitas ... 39

b.Uji Multikolonieritas ... 43

c. Uji Autokorelasi ... 45

d.Uji Heteroskedastisitas... 46

2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Pengukuran adjusted R2 ... 48

b. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji f) ... 49

c. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian...54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Daftar Penarikan Sampel Penelitian...28

Tabel 3.3 Daftar Sampel Penelitian ... 29

Tabel 3.4 Definisi operasional variabel...30

Tabel 4.1 Statitstik Deskriptif ... 38

Tabel 4.2 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 43

Tabel 4.4 Koefisien Korelasi... 44

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 46

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

Tabel 4.7 Adjusted R2 ... 48

Tabel 4.8 Hasil Uji f ... 50


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 40

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot ... 41


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Data Penelitian ... 59

Lampiran ii Statitstik Deskriptif ... 67

Lampiran iii Uji Normalitas Data ... 68

Lampiran iv Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

Lampiran v Hasil Uji Autokorelasi ... 72

Lampiran vi Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 73

Lampiran vii Variables Entered/Removed dan adjusted R2 ... 75


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara yang secara teratur menerbitkan lapran keuangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.

Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masing-masing sampel, yang diperoleh dari laporan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum sebagai variabel X2, Dana Alokasi Khusus sebagai variabel X3, Belanja Modal sebagai variabel X4 dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan Kota.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variable Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, namun variable Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Moda, Pertumbuhan Ekonomi, Kemandirian Daerah, regresi berganda.


(14)

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of the Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Capital Expenditure on Economic Growth in the County / City of North Sumatra Province who regularly publishes financial lapran since the year 2004 to 2007.

The data used is Local Government Financial Statements of each sample, obtained from a report published by the Central Bureau of Statistics of North Sumatra Province. The method of analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method used is puposive sampling. Variable of this study is the Regional Revenue as a variable X1, the General Allocation Fund as a variable X2, the Special Allocation Fund as the variable X3, Capital Expenditures as a variable X4 and Economic Growth as a variable Y with the total samples per year for 15 County and City.

Test results showed that the variables partially Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and the significant positive impact on economic growth, but the Capital Expenditure variables have no effect on economic growth.

Keywords: Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Moda Shopping, Economic Growth, Independence Regional, multiple regression.


(15)

BAB I

Latar Belakang

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya Pertumbuhan Ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun.

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1999-2007. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan Pertumbuhan Ekonomi yaitu -13,12%, hal ini disebabkan karena krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, kemudian pada tahun-tahun berikutnya perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan, meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia sedikit lebih lambat.

Memasuki tahun 2000, perekonomian di Indonesia diwarnai oleh optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,92% lebih tinggi dari perkiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0% sampai dengan 4,0%. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan


(16)

dengan sebesar 3,0% sampai dengan 4,0%. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan dengan tahun 2001, berdasarkan perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 1993, laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3,66% dan laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2001 sebesar 3,45%. Pada tahun 2003 Pertumbuhan Ekonomi adalah 4,10% nampak ada sedikit peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 3,66%. Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2004 yang ditunjukkan oleh PDB harga konstan 2000 nampak ada peningkatan yaitu sekitar 5,13% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 4,10%. Pertumbuhan Ekonomi tahun 2005 nampak ada peningkatan yaitu sekitar 5,60% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 5,13%. Pertumbuhan Ekonomi tahun 2006 nampak ada penurunan yaitu sekitar 5,30% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami peningkatan sekitar 6,30% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 5,30% (BPS, 2007 dan Laporan Bank Indonesia, 2007)

Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil selama sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah sebagaimana tercermin pada Pertumbuhan Ekonomi yang terus meningkat, meskipun ada sedikit penurunan untuk tahun 2006 terjadi penurunan sebesar 30% jika dibandingkan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2005. Pertumbuhan Ekonomi yang terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas relatif rendah. Perkembangan perekonomian yang dicapai saat ini, Indonesia masih harus menghadapi permasalahan yang dialami oleh negara lain,


(17)

khususnya negara sedang berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan dana dalam jumlah yang besar.

Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini merupakan wujud dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi daerah ini selaras dengan diberlakukannya Undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Otonomi daerah bertujuan untuk mewujudkan Kemandirian Daerah sehingga daerah bebas untuk mengatur dirinya tanpa ada campur tangan Pemerintah Pusat. Saat ini otonomi daerah memang sudah berjalan di tiap kabupaten dan kota di Indonesia. Realitas menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah belum dapat sepenuhnya lepas dari Pemerintah Pusat di dalam mengatur rumah tangga daerah, yang ditunjukkan dengan adanya ketergantungan yang lebih besar kepada Dana Alokasi Umum (DAU) dibandingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendanai Belanja Daerah (Senja dalam Mutiara, 2008). Hal ini merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara terlepas dari sistem pemerintahannya yaitu hubungan keuangan antara pusat dan daerah (Senja dalam Mutiara, 2008).

Dominannya peran transfer relatif terhadap PAD dalam membiayai belanja pemerintah daerah sebenarnya tidak memberikan panduan yang baik bagi pemerintahan terhadap aliran transfer itu sendiri. Bukti-bukti empiris secara internasional menunjukkan bahwa tingginya ketergantungan pada transfer ternyata berhubungan negatif terhadap pemerintahan (Senja dalam Mutiara, 2008). Dana transfer dari Pemerintah Pusat seharusnya digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat (Senja dalam Mutiara, 2008).


(18)

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia menemukan beberapa kasus yaitu bahwa PAD hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi 20%. Kenyataan tersebut terjadi baik pada era sebelum maupun sesudah otonomi daerah yang terus berkembang (Senja dalam Mutiara, 2008).

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang menyumbangkan pajak dari sektor perkebunan yang terbesar di Indonesia selain Provinsi Riau tentunya. Provinsi Sumatera Utara pun dalam beberapa tahun belakangan ini telah memekarkan daerahnya menjadi beberapa kabupaten baru seperti Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Kabupaten Phakpak Barat, yang menunjukkan bahwa di Sumatera Utara masih terdapat potensi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang masih dapat dikembangkan lagi. Beberapa daerah itu sedang berada dalam tahap pengembangan daerah, dan hal ini amat nampak dari perkembangan Kabupaten Serdang Bedagai yang menunjukkan perkembangan yang paling menonjol dibandingkan dengan daerah pemekaran lainnya.

Penelitian ini dilakukan karena adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Ketidakkonsistenan ini nampak dari penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati ini ingin melihat pengaruh antara Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif secara langsung antara Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, serta berhasil menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati (2009) ini memiliki hasil yang cukup berbeda dengan penelitian yang


(19)

dilakukan oleh Ardi Hamzah (2009). Dalam peneltian yang dilakukan oleh Ardi Hamzah (2009), peneliti ingin melihat pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Belanja Publik terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa baik secara langsung maupun tidak langsung Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Publik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Anita Rakhmawati (2009) dengan judul ”Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Timur). Penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati menggunakan dua variabel independen yaitu Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta satu variabel dependen yaitu Pertumbuhan Ekonomi. Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa antara Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh yang signifikan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Beranjak dari penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati ini, maka penulis melakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel independen yaitu variabel Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dengan lokasi penelitian yang berbeda dan tahun penelitian yang berbeda pula. Penulis ingin melihat pengaruh dari variabel-variabel tersebut terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah di 15 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara pada tahun-tahun amatan antara 2004-2007.

Fenomena yang selama ini ada di daerah adalah otonomi daerah yang berjalan belum maksimal, dari data-data yang diperoleh dari dan beberapa literatur yang ada, menunjukkan bahwa otonomi daerah selama ini belum berjalan secara maksimal. Beberapa


(20)

rencana yang telah disusun oleh pemerintah daerah, hampir sebagian besar belum terealisasi dengan baik. Potensi-potensi yang ada selama ini juga belum sepenuhnya dapat tereksploitasi dengan baik dan benar oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten. Atas hal tersebut penulis berusaha meneliti tentang: ”Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu “Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi?.”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal baik secara simultan maupun parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu :

a. bagi penulis yaitu sebagai referensi mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah,


(21)

b. bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melihat seberapa jauh tingkat Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang terdapat di Kabupaten dan Kota yang berada di dalam Provinsi Sumatera Utara,

c. bagi Pemerintah Pusat untuk melihat perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara semenjak diberlakukannya Otonomi Daerah.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah serta kemungkinan terjadinya flypaper effect. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menutut Bastian (2001:49), penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah : meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah.


(23)

Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari:

a. hasil pajak daerah, b. hasil retribusi daerah,

c. hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan,

d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

1.1 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik.

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah.

1.2 Retribusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya restribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyaraakat, sehingga keluasan retribusi daerah terletak pada


(24)

yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.

Beberapa ciri-ciri retribusi yaitu : 1. retibusi dipungut oleh negara,

2. dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis, 3. adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk,

4. retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan / mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.

Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :

1. retribusi jasa umum, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan,

2. retribusi jasa usaha, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan

menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

1.3 Perusahaan Daerah

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang sangat penting dan selalu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah.

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: a. memberi jasa,


(25)

c. memupuk pendapatan.

2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

1.4 Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut Devas bahwa : kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri.


(26)

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan.

Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006), bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja Pemerintah Daerah. Analisisnya menggunakan model maximing under uncertainty of intertemporal utility fuction dengan menggunakann data runtun waktu selama tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa jauh pengeluaran daerah dapat dirasionalisaikan sebagai model.

Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.

Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).


(27)

Proporsi PAD yang rendah, di lain pihak, juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik langsung maupun tidak langsung, dibiayai dari dana perimbangan, terutama dana alokasi umum. Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari PAD.

Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menurunkan kagiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya PAD.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagian dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari Pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.

Namun, pada praktiknya, transfer dari Pemerintah Pusat merupakan sumber pendanaan utama Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemerintah Daerah “dilaporkan” di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri.


(28)

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaskudkan sebagai daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun.

Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 (tiga) tahun.

4. Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure)

Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode Anggaran (Abdul Halim, 2002:52). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri dari dua komponen utama yaitu: belanja langsung dan belanja tidak langsung.

Jenis belanja langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program dan kegiatan yang dianggarkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut yaitu


(29)

belanja pegawai untuk membayar honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal.

Jenis belanja yang tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari suatu program dan kegiatan seperti belanja pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.

4.1 Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Kelompok belanja tidak langsung menurut Permendagri 13 tahun 2006 pasal 50 yaitu:

1. belanja pegawai yaitu merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,

2. belanja bunga yaitu merupakan anggaran pembayaran bunga hutang yang dihitung atas kewajiban pokok hutang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,

3. belanja subsidi yaitu merupakan anggaran bantuan biaya produksi kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak,


(30)

4. belanja hibah yaitu merupakan anggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat dan perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya,

5. bantuan sosial yaitu merupakan anggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,

6. belanja bagi hasil yaitu merupakan anggaran yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota, atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,

7. bantuan keuangan yaitu merupakan anggaran keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa dan kepada pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemeratan dan atau peningkatan kemampuan keuangan, 8. belanja tidak terduga yaitu merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa

atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam danbencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

4.2 Belanja langsung

Belanja langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.


(31)

Kelompok belanja langsung menurut Permendagri 13 tahun 2006 pasal 50 yaitu: 1. belanja pegawai yaitu merupakan pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan

program dan kegiatan pemerintahan daerah,

2. belanja barang dan jasa yaitu merupakan pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah,

3. belanja modal yaitu merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan,seperti dalam bentuk tanah, peralatan, mesin, gedung, bangunan dan jalan, irigasi, jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan dan pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riel. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuahn output riel. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan taraf hidup diukur dengan output riel per kapita. Karena itu, pertumbuhan ekonomi terjadi bila tingkat kenaikan output riel total lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk. Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan ekonomi tergantung pada bagaimana kita mengklasifikasikan. Salah satu klasifikasinya adalah faktor-faktor fisik dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhi


(32)

penggunaan sumber-sumber tersebut. Meskipun dipunyai sumber dominan untuk pertumbuhan yang kuantitasnya cukup banyak serta dengan kualitas cukup tinggi tetapi bila manajemen penggunaannya tidak menunjang maka laju pertumbuhan ekonomi akan rendah.

6. Pengaruh Pendapatan Daerah dan Belanja Modal Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari Pertumbuhan Ekonomi. Daerah yang Pertumbuhan Ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Dari perspektif ini seharusnya Pemerintah Daerah lebih berkosentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan Pertumbuhan Ekonomi daripada sekedar mengeluarkan produk perundang-undangan terkait dengan pajak dan retribusi daerah. Pertumbuhan Ekonomi merupakan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi pada suatu daerah yang kemudian akan berdampak pada tingkat kemakmuran dan Kemandirian Daerah. Pertumbuhan ini akan terjadi apabila masing-masing aspek dalam suatu daerah bekerjasama dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi seperti contoh dengan meningkatkan investasi maka secara langsung juga akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Dalam upaya peningkatan Kemandirian Daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi Belanja Modal yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah.


(33)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Anita Rokhmawati (2009)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Propinsi Jawa Timur yang diukur dengan Produk Domestik Regional Produk (PDRB). Data yang digunakan adalah laporan realisasi APBD seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Timur selama periode 2003-2006. Dalam penelitian ini menggunakan sensus (seluruh populasi dijadikan sampel penelitian) dengan jumlah populasi 38 kabupaten dan kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota. Metode statistik yang digunakan adalah analysis path (analisis jalur).

Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil analisis jalur yaitu: (1) Belanja Modal berpengaruh positif secara langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah, (2) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, (3) Belanja Modal berpengaruh positif secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, (4) Belanja Modal berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah melalui Pendapatan Asli Daerah. Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu bagi pemerintah daerah agar lebih mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap seperti peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Alokasi belanja modal yang dialokasikan pemerintah daerah sebaiknya lebih didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik dan pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif,


(34)

misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan. Selain itu pemerintah daerah lebih menggali sumber daya daerah daerah tersebut guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah. 2. Ardi Hamzah (2009)

Penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh PendapatanAsli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran: Pendekatan Analisis Jalur (Studi Pada 38 Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Periode 2001-2006) Penelitian ini menggunakan sample pada 38 daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah PAD dan Dana Perimbangan secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Publik, PAD dan Dana Perimbangan secara langsung dan tidak langsung melalui Belanja Publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Publik secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan secara tidak langsung melalui Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan dan penggangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi secara langsung berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggangguran.

3. Ismi Rizky Fitriyanti dan Suryo Pratolo (2009)

Penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kota, Kabupaten dan Provinsi di DIY). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh APBD tahun 1999-2005, Rasio Kemandirian tahun 2000-2006 dan PDRB tahun 2001-2007. Penelitian ini menggunakan penelitian sensus dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang


(35)

diajukan, dimana yang diteliti adalah keseluruhan elemen dari populasi, yaitu seluruh Kota, Kabupaten dan Propinsi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) di Propinsi DIY.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap Rasio Kemandirian, terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Rasio Kemandirian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Kemandirian terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Rasio Kemandirian, dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Rasio Kemandirian.

4. Joko Waluyo (2007)

Berdasarkan data yang tersedia dan dengan menggunakan model yang telah dispesifikasikan menunjukkan, bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme transmisi, yaitu: 1) Melalui mekanisme pemberian dana bagi hasil pajak (DBHP), dana bagi hasil sumber daya alam (DBHSDA), 2) Melalui mekasnisme pemberian Dana Alokasi Umum (DAU). Dari kedua mekanisme transmisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa:

1) Dana bagi hasil PBB BPHTB dan PPh menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya daerah-daerah pusat industri dan jasa yang diuntungkan


(36)

dengan kebijakan ini.Dana bagi hasil SDA (DBSDA) menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya daerah kaya SDA (Riau, dan Kaltim) yang paling menikmati pertumbuhan ekonomi positip. Di samping itu kebijakan bagi hasil SDA memperburuk kesenjangan pendapatan antardaerah.

2) Dana Alokasi Umum (DAU) berfungsi sebagai pemerata fiskal daerah juga merupakan faktor yang paling dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Kebijakan DAU sangat efektif dalam mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah.

Dampak desentralisasi fiskal terhadap kesenjangan pendapatan antar daerah lebih terasa di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Hal ini ditunjukkan dengan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di KTI dan berada diatas rata-rata nasional. Pulau Jawa dan Bali merupakan daerah yang paling rendah pertumbuhan ekonominya dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal. Kesimpulan secara umum menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia belum mampu mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah.


(37)

Table 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Anita Rokhmawati, 2009 Pengaruh Belanja Modal

dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Timur).

Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi.

Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil analisis jalur yaitu: (1) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, (2) Belanja Modal berpengaruh positif secara langsung terhadap pertumbuhan

ekonomi daerah. Ardi Hamzah, 2009 Pengaruh

PendapatanAsli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran:

Pendekatan Analisis Jalur (Studi Pada 38 Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Periode 2001-2006)

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Publik, Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran PAD, Dana Perimbangan, dan Belanja Publik baik secara langsung dan tidak langsung tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Ismi Rizky Fitriyanti dan Suryo Pratolo, 2009

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kota, Kabupaten dan Provinsi di DIY)

Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pembangunan, Pertumbuhan Ekonomi, Rasio Kemandirian Daerah.

Antara PAD dan Belanja Pembangunan menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Joko Waluyo, 2007 Dampak Desentralisasi

Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan antardaerah di Indonesia.

Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBHSDA), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pertumbuhan Ekonomi.

Dana bagi hasil PBB BPHTB dan PPh menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip.Dana bagi hasil SDA (DBSDA) menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya daerah kaya SDA (Riau, dan Kaltim) yang paling menikmati pertumbuhan ekonomi positip. Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2009


(38)

C, Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Belanja Modal (BM). Sedangkan variabel dependennya adalah Pertumbuhan Ekonomi.

Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan ekonomi. Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Perspektif ini menyarankan bahwa seharusnya pemerintah daerah lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi

PAD(X1)

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

BM(X4) DAK(X3) DAU(X2)


(39)

daripada sekedar mengeluarkan produk perundangan terkait dengan pajak dan retribusi. Pertumbuhan ekonomi merupakan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi pada suatu daerah yang kemudian akan berdampak pada tingkat kemakmuran dan kemandirian daerah.

Pertumbuhan ini akan terjadi apabila masing-masing aspek dalam suatu daerah bekerjasama dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi seperti contoh dengan meningkatkan investasi maka secara langsung juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah. Upaya untuk meningkatkan PAD tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.

Terdapat pengaruh yang positif secara langsung baik antara PAD, DAU, DAK maupun Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengalokasian dana lebih dioptimalkan dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset seperti peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya.

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Indriantoro (2002:73), “hipotesis menyatakann hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007:51). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007:11).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2007:72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:73). Dari 30 populasi tersebut, maka terdapat 15 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang menjadi sample dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2007:78).

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang menerbitkan laporan keuangan daerah berturut-turut antara tahun 2004-2007,

2. kabupaten/kota yang bukan merupakan daerah pemekaran pada tahun-tahun amatan.


(41)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

N Kabupaten dan Kota

1 Pemerintah Kabupaten Nias

2 Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal 3 Pemerintah Kabupaten Tapsel

4 Pemerintah Kabupaten Tapteng 5 Pemerintah Kabupaten Taput 6 Pemerintah Kabupaten Toba Samosir 7 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu 8 Pemerintah Kabupaten Asahan 9 Pemerintah Kabupaten Simalungun 10 Pemerintah Kabupaten Dairi 11 Pemerintah Kabupaten Karo 12 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang 13 Pemerintah Kabupaten Langkat 14 Pemerintah Kabupaten Nias Selatan

15 Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan 16 Pemerintah Kabupaten Pakpak Barat

17 Pemerintah Kabupaten Samosir

18 Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai 19 Pemerintah Kabupaten Batubara

20 Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara 21 Pemerintah Kabupaten Padang Lawas 22 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Selatan 23 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Utara 24 Pemerintah Kota Sibolga

25 Pemerintah Kota Tanjung Balai 26 Pemerintah Kota Pematang Siantar 27 Pemerintah Kota Tebing Tinggi 28 Pemerintah Kota Medan 29 Pemerintah Kota Binjai

30 Pemerintah Kota Padang Sidimpuan

Sumber: Badan Pusat Stastistik, 2007

Tabel 3.2

Tabel Penarikan Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah

1 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara 30

2 Kabupaten/Kota yang menerbitkan laporan keuangan daerah berturut-turu antara tahun 2004-2007

25 3 Kabupaten/kota yang bukan merupakan daerah pemekara tahun-tahun amatan. 15


(42)

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No KABUPATEN/KOTA

1 Pemerintah Kota Medan

2 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang 3 Pemerintah Kota Binjai

4 Pemerintah Kota Tebingtinggi 5 Pemerintah Kabupaten Langkat 6 Pemerintah Kabupaten Karo 7 Pemerintah Kota Siantar

8 Pemerintah Kabupaten Simalungun 9 Pemerintah Kota Sibolga

10 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah 11 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan 12 Pemerintah Kota Padang Sidimpuan 13 Pemerintah Kabupaten Rantau Parapat 14 Pemerintah Kabupaten Asahan 15 Pemerintah Kota Tanjung Balai Sumber: Badan Pusat Stastistik, 2007

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro, 2002:147). Data diperoleh dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah seperti Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan serta Laporan Arus Kas dari BPS Pusat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(43)

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Tabel 3.4

Definisi Operasional Variabel

Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Variabel Dependen

Pertumbuhan ekonomi (Y)

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riel. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuahn output riel. Definisi Pertumbuhan Ekonomi yang lain adalah bahwa Pertumbuhan Ekonomi terjadi bila ada kenaikan taraf hidup diukur dengan output riel per kapita. Karena itu, Pertumbuhan Ekonomi terjadi bila tingkat kenaikan output riel total lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk.

Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) dan Pendapatan

Perkapita.

Rasio

Variabel Independen Pendapatan Asli Daerah

(PAD) (X1)

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD, Pad Lain-lain yang sah

Rasio

Dana Alokasi Umum (DAU)

(X2)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan.

Transfer Pemerintah Pusar ke Daerah

Rasio

Dana Alokasi Khusus (DAK)

(X3)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana alokasi khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN.

Transfer Pemerintah Pusar ke Daerah

Rasio

Belanja Modal (X4)

Belanja Modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi satu anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja


(44)

yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 16. Analisis data dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Model persamaan regresinya ialah sebagai berikut:

Y = ά + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε Keterangan :

Y = Pertumbuhan Ekonomi

X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2 = Dana Alokasi Umum (DAU). X3 = Dana Alokasi Khusus (DAK) X4 = Belanja Modal

α = Konstanta

ε = error

β1,β2,β3,β4, = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen.


(45)

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data (Jogiyanto, 2004:163). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Dalam penelitian ini penulis menjabarkan statistik deskriptif berupa mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan dalam tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati data normal. Uji normalitas dilakukan dengan analisis grafik dengan cara melihat grafik histogram dan Normal probability plot.

Pengujian normalitas data juga dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik, yaitu uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S). Apabila probabilitas > 0,05 maka distribusi data normal dan dapat digunakan analisis regresi. Jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91). Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) antar variabel independen.


(46)

Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2005:92)

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumya (Ghozali, 2005:92). Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat autokorelasi. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW).

Menurut Santoso (2002:18), Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah : 1) Bila nilai D-W dibawah -2, maka ada autokorelasi positif,

2) Bila nilai D-W di antara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi, 3) Bila nilai D-W di atas +2, maka ada autokorelasi negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antara satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah terjadi homoskedastisitas. Dalam menguji heteroskedastisitas, penulis menggunakan uji glejser dan memperhatikan hasil output SPSS. Jika variabel independen signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika signifikan > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada heteroskedastisitas).


(47)

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi berganda. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Belanja Modal berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Pertumbuhan Ekonomi baik secara simultan maupun parsial.

a. Adjusted R2

Pengujian Adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0≤ Adjusted R2≤1). Hal ini berarti bila adjusted R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dan bila

adjusted R2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Uji signifikansi parsial (Uji t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya yaitu :

H0 : b1,b2,b3,b4,b5, =0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1,b2,b3,b4,b5, ≠0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.


(48)

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak, Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau H0 diterima.

c. Uji signifikansi Simultan (Uji f)

Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya yaitu :

H0 : b1,b2,b3,b4,b5, = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1,b2,b3,b4,b5, ≠0, artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak, Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau H0 diterima.


(49)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi linear berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data berupa laporan keuangan Pemerintah Daerah dan Kota di Sumatera Utara yang diperoleh Badan Pusat Statistik Pusat Sumatera Utara dengan menggunakan

Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi liniear berganda dilakukan dengan menggunakan Software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS selanjutnya SPSS akan menghasilakan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Data penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran i.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut (Sugiyono, 2007:142) statistik deskriptif adalah proses pengumpulan dan peringkasan data, serta upaya untuk menggambarkan berbagai karakteristik data yang telah terorganisasi tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.


(50)

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata–rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness. Peneliti menggunakan statistik deskriptif apabila hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel diambil.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance Pendapatan Asli Daerah 60 22.27 26.50 23.6075 1.00408 1.008

Dana Alokasi Umum 60 25.26 27.34 26.2803 .56692 .321

Dana Alokasi Khusus 60 22.11 24.94 23.4167 .75658 .572

Belanja Modal 60 17.64 26.75 23.0785 1.76571 3.118

Pertumbuhan Ekonomi 60 27.30 31.65 29.0917 1.14010 1.300 Valid N (listwise) 60

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui: 1. jumlah sampel (N) sebanyak 60,

2. pendapatan Asli Daerah terendah adalah 22,27, Pendapatan Asli Daerah yang tertinggi adalah 26,50 dengan rata-rata 23,6075 serta standard deviasi 1,00408,

3. dana Alokasi Umum terendah adalah 25,26, Dana Alokasi Umum yang tertinggi adalah 27,34 dengan rata-rata 23,2803 serta standard deviasi 0,56692,

4. dana Alokasi Khusus terendah adalah 17.64, Dana Alokasi Khusus yang tertinggi adalah 26,75 dengan rata-rata 23,0785 serta standard deviasi 0,75658,


(51)

5. belanja Modal terendah adalah 22,11, Belanja Modal yang tertinggi adalah 24,94 dengan rata-rata 23,4167 serta standard deviasi 1,7657,

6. pertumbuhan Ekonomi terendah adalah 27,30, Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi adalah 31,65 dengan rata-rata 29,0971 serta standard deviasi 1,14010.

2. Uji Asumsi Klasik

Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:

• berdistribusi normal,

non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,

non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi,

• homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji sattistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Setelah melakukan uji normalitas dengan


(52)

mengunakan software SPSS diketahui bahwa model regresi penelitian ini berdistribusi secara normal hal ini dapat disimpilkan melalui:

1) Analisis Grafik

Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P P-Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. P-Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di sekitar garis diagonal.

Gambar 4.1 Grafik Histogram


(53)

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Berdasarkan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini berdistribusi secara normal hal ini tergambar pada grafik histogram, dimana grafik tidak menceng ke kiri atau ke kanan (grafik seimbang antara kiri dan kanan) dan pada grafik normal plot tampak bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

2) Analisis Statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS)


(54)

dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji

Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2.

Berdasarkan output SPSS di bawah ini terlihat bahwa nilai asymp sig (2-tailed) adalah 0,824 dan di atas nilai signifikan 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .30705854 Most Extreme Differences Absolute .081

Positive .068

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .629

Asymp. Sig. (2-tailed) .824


(55)

b. Uji Multikolinearitas

“Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas” (Ghozali, 2005:91). Menurut Ghozali (2005:91) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila nilai tolerance < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficien ts

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Toleran ce VIF 1 (Constant) -8.636 2.211 -3.907 .000

Pendapatan Asli

Daerah .443 .080 .390 5.540 .000 .266 3.763 Dana Alokasi

Umum 1.454 .166 .723 8.753 .000 .193 5.176

Dana Alokasi

Khusus -.447 .088 -.297 -5.095 .000 .388 2.575 Belanja Modal -.021 .031 -.032 -.660 .512 .559 1.787 a. Dependent Variable: Pertumbuhan

Ekonomi


(56)

Tabel 4.4 Koefisien Korelasi

Coefficient Correlationsa

Model Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah

Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Umum

1 Correlations Belanja Modal 1.000 -.122 -.383 -.117 Pendapatan Asli Daerah -.122 1.000 .605 -.828 Dana Alokasi Khusus -.383 .605 1.000 -.632 Dana Alokasi Umum -.117 -.828 -.632 1.000

Covariances Belanja Modal .001 .000 -.001 .000

Pendapatan Asli Daerah .000 .006 .004 -.011 Dana Alokasi Khusus -.001 .004 .008 -.009

Dana Alokasi Umum .000 -.011 -.009 .028

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Berdasarkan tabel 4.4 maka kita dapat melihat hasil besaran korelasi antar variabel dependen tampak bahwa hanya variabel Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel Dana Alokasi Umum dengan tingkat korelasi - 0,828 atau sekitar 82,8 %. Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95 %, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

Hasil perhitungan nilai tolerance yang terdapat dalam table 4.4 juga menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat


(57)

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi dalam penelitian ini.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai Dubrin-Watson sebesar 1,388 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi auto korelasi hal ini bersarkan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali (2005:218) dengan cara melihat besaran Dubrin-Watson (D-W) sebagai berikut:

• angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

• angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.


(58)

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .963a .927 .922 .31803 1.388

a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum

b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

1) Grafik Plot

Grafik Plot pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(59)

Gambar 4.3

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009. 2) Uji Glejser

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -8.636 2.211 -3.907 .000

Pendapatan Asli Daerah .443 .080 .390 5.540 .000

Dana Alokasi Umum 1.454 .166 .723 8.753 .000

Dana Alokasi Khusus -.447 .088 -.297 -5.095 .000

Belanja Modal -.021 .031 -.032 -.660 .512

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.


(60)

Hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.6 dengan jelas menunjukkan hanya satu variabel independen yang signifikan secara statistic tidak mempengaruhi variabel dependen, hal ini terlihat dari nilai signifikansinya di atas 5%, jadi dapat disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Namun, variable Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus memiliki signifikansi di bawah 5%, dan dapat disimpulkan terjadi heterokedastisitas.

3. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Pengukuran Adjusted R2

Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antara beberapa variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3, dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y (Ghozali, 2005:109).

Tabel 4.7

Hasil Regresi Linear Berganda

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .963a .927 .922 .31803

a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum

b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa R = 0,963 berarti hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi sebesar 96,3%. Adjusted R Square sebesar 0,922 berarti


(61)

92,2% faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah,

Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal sedangkan 7,8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah Ho: bi = b2 = ……= bk = 0, artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan atau tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dan Ha: b1 ≠ b2 ≠…….≠ b3= 0, artinya semua variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen atau dengan kata lain semua variabel independen tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima sedangkan jika signifikansi >0,05 maka Ha ditolak. Serta membandingkan nilai F hasil perhitingan dengan F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ha diterima dan sebaliknya.

Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel variabel PAD (X1), DAU (X2), DAK (X3), dan Belanja Modal (X4) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).


(62)

Tabel 4.8

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 71.127 4 17.782 175.811 .000a

Residual 5.563 55 .101

Total 76.690 59

a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum

b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Tabel 4.8 di atas mengungkapkan bahwa nilai signifikan (0,00) lebih kecil dari 0,05 maka Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jika membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (175,811>2,772), dimana F tabel dapat dilihat dalam lampiran viii. Sehinnga dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

b. Uji signifikansi Parameter individual (Uji statistik t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Uji-t ini dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dari t dengan α. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji t ini adalah:


(63)

a. Bila nilai P value dari t masing-masing variabel independen > α = 5%, maka Ho : bi = 0 diterima dan Ha: bi ≠ 0 ditolak, artinya secara individual variabel independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

b. Bila P value dari t masing-masing variabel independen < α maka Ho : bi = 0

ditolak dan Ha: bi ≠ 0 diterima, artinya secara individual masing-masing variabel independen Xi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -8.636 2.211 -3.907 .000

Pendapatan Asli Daerah .443 .080 .390 5.540 .000

Dana Alokasi Umum 1.454 .166 .723 8.753 .000

Dana Alokasi Khusus -.447 .088 -.297 -5.095 .000

Belanja Modal -.021 .031 -.032 -.660 .512

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Dari hasil pengujian akan dijelaskan pengaruh variabel independen secara satu persatu (parsial) dengan membandingkan antara nilai signifikansi (t hitung) yang terdapat dalam tabel 4.9 dengan t tabel yang terdapat di dalam lampiran viii yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi,

Hal ini terlihat dari nilai signifikansi (0,00) di bawah atau lebih kecil dari 0,05. Perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel juga menunjukkan bahwa Pendapatan Asli


(64)

Daerah berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dimana nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (5,540>2,004). Hal ini menunjukkan jika variable Pendapatan Asli Daerah dinaikkan satu satuan, maka Pertumbuhan Ekonomi akan meningkat sebesar 0,443 satuan. 2. Dana Alokasi Umum juga berpengaruh secara negatife dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi,

Hal ini terlihat dari nilai signifikansi (0,00) di bawah atau lebih kecil dari 0,05. Perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel juga menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dimana nilai hitung lebih besar dari nilai t-tabel (8,753>2,004). Hal ini menunjukkan jika variable Dana Alokasi Umum dinaikkan satu satuan, maka Pertumbuhan Ekonomi akan menurun sebesar 1,454 satuan.

3. Dana Alokasi Khusus juga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi,

Hal ini terlihat dari nilai signifikansi (0,00) di bawah atau lebih kecil dari 0,05. Perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel juga menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dimana nilai hitung lebih besar dari nilai t-tabel (5,095>2,004). Hal ini menunjukkan jika variabel Dana Alokasi Khusus dinaikkan satu satuan, maka Pertumbuhan Ekonomi akan meningkat sebesar 0,447 satuan.

4. Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Hal ini terlihat dari nilai signifikansi (0,512) di atas atau lebih besar dari 0,05. Perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel juga menunjukkan bahwa Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dimana nilai hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (0,660<2,004). Hal ini menunjukkan jika variable Belanja Modal dinaikkan satu satuan, maka Pertumbuhan Ekonomi tidak akan meningkat sebesar 0,21 satuan


(65)

Dari tabel 4.9 diatas dapat diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = -8,636 + 0,443X1 + 1,454X2 - 4,47 X3- 0,21X4 + e

Keterangan :

1) konstanta (a) sebesar -8,636 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X = 0) maka Pertumbuhan Ekonomi sebesar -8,636,

2) koefisien X1 (b1) sebesar 0,443 menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini berarti bahwa bila PAD ditingkatkan maka akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi daerah,

3) koefisien X2 (b2) sebesar 1,454 menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum (DAU) atau (X2) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini berarti bahwa bila DAU ditingkatkan maka akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi daerah,

4) koefisien X3 (b3) sebesar -4,47 menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) (X3) berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini berarti bahwa bila DAK ditingkatkan maka akan menurunkan Pertumbuhan Ekonomi daerah,

5) koefisien X4 (b4) sebesar -0,21 menunjukkan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi (X4) berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini berarti bahwa bila Belanja Modal ditingkatkan maka akan menurunkan Pertumuhan Ekonomi Daerah,


(1)

Koefisien Korelasi

Coefficient Correlationsa

Model Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah

Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Umum

1 Correlations Belanja Modal 1.000 -.122 -.383 -.117 Pendapatan Asli

Daerah -.122 1.000 .605 -.828

Dana Alokasi Khusus -.383 .605 1.000 -.632 Dana Alokasi Umum -.117 -.828 -.632 1.000 Covariances Belanja Modal .001 .000 -.001 .000

Pendapatan Asli

Daerah .000 .006 .004 -.011

Dana Alokasi Khusus -.001 .004 .008 -.009 Dana Alokasi Umum .000 -.011 -.009 .028 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi


(2)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .963a .927 .922 .31803 1.388

a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum


(3)

Lampiran vi

Hasil Uji Heteroskedastisitas


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -8.636 2.211 -3.907 .000

Pendapatan Asli Daerah .443 .080 .390 5.540 .000 Dana Alokasi Umum 1.454 .166 .723 8.753 .000 Dana Alokasi Khusus -.447 .088 -.297 -5.095 .000 Belanja Modal -.021 .031 -.032 -.660 .512 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi


(5)

Lampiran vii

Variables Entered/Removed dan adjusted R

2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .963a .927 .922 .31803

a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum


(6)

Hasil Uji Hipotesis

Hasil Uji f

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 71.127 4 17.782 175.811 .000a

Residual 5.563 55 .101

Total 76.690 59

a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum

b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Hasil Uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -8.636 2.211 -3.907 .000

Pendapatan Asli Daerah .443 .080 .390 5.540 .000 Dana Alokasi Umum 1.454 .166 .723 8.753 .000 Dana Alokasi Khusus -.447 .088 -.297 -5.095 .000

Belanja Modal -.021 .031 -.032 -.660 .512