54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar
KabupatenKota Di Provinsi Sumatera Utara, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis Indeks Williamson menunjukkan bahwa kabupatenkota yang
memiliki nilai rata-rata IW yang rendah pada tahun 2010-2015 adalah Kota Pematangsiantar dengan nilai rata-rata IW sebesar 0.0031, kemudian diikuti
oleh Kota Sibolga dengan nilai rata-rata IW sebesar 0.0035. Sedangkan, kabupatenkota yang memiliki nilai rata-rata IW yang sedang pada tahun 2010-
2015 adalah Kota Medan dengan nilai rata-rata IW sebesar 0.3196. Rata-rata nilai IW antar kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara tergolong tinggi
sebesar 0.4316. Artinya nilai ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara sangat tinggi.
2. Hasil Analisis Klassen Typologi menunjukkan bahwa pada periode tahun 2010-
2012 dan periode tahun 2013-2015, kabupatenkota yang tetap berada dalam kuadran I adalah Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara,
Kota Pematangsiantar, Kota Medan, dan Kota Binjai. Kabupatenkota yang tetap berada dalam kuadran II adalah Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten
Labuhanbatu, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Batu Bara. Kabupatenkota yang tetap berada dalam kuadran III adalah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
55 Nias, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten
Padang Lawas, Kabupaten Nias Utara, Kota Gunungsitoli. Kabupatenkota yang tetap berada dalam kuadran IV adalah Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kota Padangsidimpuan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi antar
kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara pemerintah daerah sebaiknya memperhatikan pelaksanaan pembangunan ekonomi di tiap kabupatebkota
agar pembangunan dapat terlaksana secarah menyeluruh dan mengamati secara cermat tiap pembangunan ekonomi sehingga pemerataan pembangunan dapat
tercapai dan mengambil tindakan segera mungkin untuk menyelesaikan masalah ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupatenkota dan
ketimpangan pembangunan ekonomi dapat diminimalisirkan sehingga tiap kabupatenkota dapat merasakan peningkatan di masing-masing daerah.
2. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan PDRB per kapita, Provinsi
Sumatera Utara, pemerintah harus memperhatikan secara terkontrol terhadap kabupatenkota yang memiliki kenaikan PDRB per kapita dan laju
pertumbuhan ekonomi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan tanpa mengabaikan kabupatenkota yang mengalami
penurunan PDRB per kapita dan laju pertumbuhan ekonomi dengan
Universitas Sumatera Utara
56 memberdayakan kegiatan ekonomi masyarakat karena, kabupatenkota tersebut
masih memiliki peluang dan potensi terhadap kemajuan perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
3. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam menganalisis pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2015. Maka peneliti menyarankan agar
peneliti-peneliti selanjutnya dapat meneliti topik yang sama dan tahun terbaru untuk melihat dan membandingkan apakah pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara ditahun berikutnya akan meningkat atau menurun.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan
ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan
paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah Sirojuzilam, 2015.
Pertumbuhan ekonomi diyakini oleh sebagian besar ekonom sebagai indikator yang paling tepat dalam menggambarkan proses kemajuan pembangunan suatu
negara. Hal ini terkait dengan kemampuannya dalam menggambarkan tercapainya suatu proses peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kapasitas
produksi nasional, peningkatan jumlah konsumsi, dan yang terpenting adalah peningkatan pendapatan. Namun, pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi
hanya menggambarkan nilai secara agregat, bukan secara parsial. Faktanya, proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi di dunia pada saat ini memperlihatkan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu dibarengi dengan
Universitas Sumatera Utara
8 pembagian porsi pendapatan yang merata diantara para pelaku ekonomi Lincolin
Arsyad, 2010. Menurut Sjafrizal 2012, menyatakan bahwa teori pertumbuhan ekonomi
wilayah merupakan bagian penting dalam analisis ekonomi wilayah dan perkotaan. Alasannya jelas, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
unsur utama dalam pembangunan ekonomi wilayah dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas. Sasaran utama analisis pertumbuhan ekonomi wilayah
ini adalah untuk menjelaskan mengapa suatu daerah dapat pertumbuh cepat dan ada pula yang tumbuh lambat. Disamping itu, analisis pertumbuhan ekonomi
wilayah ini juga dapat menjelaskan hubungan antar pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah dan mengapa hal tersebut terjadi.
Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu
tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya Sadono Sukirno, 2006. Pemerintah dapat jatuh atau bangun jika tingkat pertumbuhan ekonomi
rendah atau tinggi, seperti terlihat dalam keseluruhan papan statistik. Sebagaimana dimaklumi, berhasilnya program pembangunan di suatu provinsi
sering kali dinilai berdasarkan tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Menurut Profesor Simon Kuznets 1971, definisi tentang pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai kenaikan kapasitas dalam angka panjang untuk
Universitas Sumatera Utara
9 menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas
tersebut dimungkinkan oleh adanya kemajuan teknologi, kelembagaan, dan perubahan ideologi. Ketiga komponen pokok dari definisi tersebut adalah sebagai
berikut Michael P. Todaro, 1995 : 1
Meningkatnya output secara terus-menerus merupakan manifestasi pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan untuk menyediakan berbagai
jenis barang merupakan tanda adanya kematangan ekonomi. 2
Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi kesinambungan pertumbuhan ekonomi suatu kondisi yang perlu tetapi tidak cukup itu saja.
3 Dalam rangka merealisasi potensi pertumbuhan yang menyertai teknologi
baru, maka perlu diadakan penyesuaian kelembagaan, sikap, dan teknologi. Inovasi dibidang teknologi tanpa dibarengi dengan inovasi sosial sama
halnya dengan lampu pijar tanpa listrik potensi ada tetapi tanpa input tidak akan dihasilkan barang apapun.
2.2 Ketimpangan Pembangunan Ekonomi