19
2.5 Penelitian Terdahulu
Untuk melakukan penelitian ini tentu saja membutuhkan beberapa bahan pertimbangan sebagai dasar dalam mengkaji penelitian ini. Untuk itu ada
beberapa peneliti-peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian tentang pertumbuhan dan ketimpangan pembangunan ekonomi maupun penilitan yang
terkait dengan ketimpangan ataupun hal yang serupa. Berikut penelitian tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Tryanto Hery Prasetyo Utomo 2012, dengan judul Analisis Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi antar
KabupatenKota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitiannya adalah
secara keseluruhan
tingkat pertumbuhan
ekonomi di
semua KabupatenKota mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun selama periode
pengamatan, secara rata-rata pertumbuhan ekonominya relatif merata artinya tidak terpaut jauh antar KabupatenKota Lainnya. Pola Pertumbuhan Ekonomi Di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi 3 kategori yaitu Daerah Cepat Tumbuh Dan Berkembang, Daerah Berkembang Cepat dan Daerah Relatif
Tertinggal. Setiap KabupatenKota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki Sektor Unggulan sendiri yang dijadikan konsentrasi untuk terus
dikembangkan sebagai penunjang nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB serta pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tidak terjadi ketimpangan pembangunan antar daerah yang artinya
pembangunan ekonomi antar KabupatenKota merata.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Astari Khairunnisa 2014, dengan judul Analisis Disparitas Pembangunan Ekonomi antar Kecamatan di Kota
Universitas Sumatera Utara
20 Medan. Hasi penelitiannya sebagai berikut, Hasil penelitian Klassen Typologi
menunjukkan selama periode 2001-2005 dan periode 2006-2010 terdapat 3 kecamatan yang masuk dalam kuadran I cepat maju, cepat tumbuh, 5 kecamatan
yang masuk dalam kuadran II maju tapi tertekan, 2 kecamatan yang masuk dalam kuadran III berkembang cepat, 4 kecamatan yang masuk dalam kuadran
IV relative tertinggal dan 7 kecamatan yang mengalami perubahan pola pembangunan ekonomi. Analisis Williamson Index menunjukkan nilai IW antar
kecamatan tergolong rendah dengna rata-rata indeks sebesar 0.16994. sehingga diperlukan strategi dna kebijakan dalam penyelesaian disparities atau
ketimpangan yang terjadi di Kota Medan.
Penelitian selanjutnya yang terkait dengan ketimpangan dilakukan oleh Ketut Wahyu Dyhatmika 2013, dengan judul Analisis Ketimpangan Pembangunan
Provinsi Banten Pasca Pemekaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pembangunan di Provinsi Banten cenderung meningkat.
Berdasarkan tipologi klassen, Kota Tangerang dan Cilegon berada pada kelompok daerah maju dan cepat berkembang, Kabupaten Tangerang pada kelompok daerah
berkembang cepat dan daerah lainnya berada pada kategori daerah tertinggal. Hasil analisis data panel dengan metode FEM, penanaman modal asing PMA
berpengaruh positif dan pengeluaran pemerintah GE berpengaruh negatif terhadap ketimpangan, sedangkan variabel tingkat pengangguran UE tidak
berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi Banten pasca
pemekaran wilayah.
Universitas Sumatera Utara
21 Penelitian berikutnya dilakukan oleh Ida Ayu Indah Utama dkk 2014,
dengan judul
penelitian Analisis
Ketimpangan Pembangunan
Antara KabupatenKota di Provinsi Bali. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
Struktur pertumbuhan ekonomi KabupatenKota di Provinsi Bali terbagi dalam tiga pola yaitu : perekonomian Daerah yang maju dan tumbuh cepat, terdiri dari
Kabupaten Badung; daerah berkembang cepat tetapi tidak maju, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Buleleng; daerah maju tapi tertekan
yaitu Kabupaten Klungkung; dan daerah tertinggal yaitu Kabupaten Tabanan, Jembrana, Bangli dan Karangasem. Indeks Williamson di Provinsi Bali berkisar
pada nilai 0,68 yang menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pembangunan di Provinsi Bali tinggi. Hipotesis Kuznets tentang hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pembangunan berbentuk kurva U terbalik tidak berlaku di Provinsi Bali. Oleh karena pertumbuhan pendapatan per kapita selalu
diharapkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa sulit dihindari, maka
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan maka dianjurkan kepada pemerintah memberikan subsidi lebih banyak kepada
masyarakat secara langsung berupa “pembayaran transfer”, dan secara tidak langsung melalui subsidi pendidikan, penciptaan lapangan kerja, subsidi
kesehatan, dan sebagainya.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Caska dan R.M Riadi 2008 dengan judul penelitian Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antara
Daerah di Provinsi Riau. Hasil penelitiannya adalah di dalam pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
22 ekonomi daerah Provinsi Riau, daerah yang termasuk daerah yang mengalami
cepat maju dan cepat tumbuh high growth and high income hanya 1 satu daerah saja yakni Kota Pekanbaru. Daerah atau kabupaten yang dikategorikan
berkembang cepat dalam arti pertumbuhan high growth but low income adalah Kabupaten Pelalawan, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Kabupaten Siak.
Untuk daerah atau kabupaten yang maju tapi tertekan high income but low growth adalah pada Kabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hulu dan Kabupaten
Kampar, sedangkan daerah yang pembangunan atau pertumbuhan ekonominya relatif tertinggal adalah Kabupaten Rokan Hilir, Dumai dan Kabupaten Bengkalis.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Azwar dkk 2013, dengan judul penelitian Disparitas Pertumbuhan Ekonomi antarwilayah di Aceh Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi potensi untuk konvergensi karena faktor dominan yang mempengaruhi perbedaan tanpa memasukkan variable efek
kumulatif, konsentrasi kegiatan ekonomi antar wilayah yang memiliki efek positif dan dampak negatif dari Indeks Pertumbuhan Manusia IPM. Dengan
memasukkan variabel efek kumulatif, ternyata IPM memiliki efek negatif, sedangkan efek kumulatif dari pertumbuhan antar daerah dan PDB per kapita
memiliki dampak positif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesenjangan ekonomi antar wilayah memiliki potensi untuk konvergensi jika dan hanya jika
ada intervensi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan daya beli konsumen untuk mengurangi disparitas tersebut.
Disarankan agar Pemerintah Aceh dan Pemerintah KabupatenKota harus mendorong pertumbuhan PDB per tahun, sama dengan atau di atas rata-rata
Universitas Sumatera Utara
23 pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja
sehingga kemakmuran ekonomi juga meningkat spread effect lebih baik daripada backwash effect karena efek kumulatif pertumbuhan berlaku di antar
kabupatenkota di Aceh. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Achmad Masnawi dkk 2015, dengan
judul penelitian Analisis Pertumbuhan Daerah dan Kesenjangan Pembangunan di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Penelitian ini menjelaskan sektor unggulan
konteks Pulau Sulawesi dan tingkat disparitas pengembangan daerah Kabupaten Mamuju. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui sektor dasar keunggulan komparatif yang digunakan analisis Location Quotient LQ, analisis saham pergeseran ini digunakan untuk melihat
kompetisi sektor. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk menentukan pola dan struktur pertumbuhan ekonomi. Analisis indeks Williamson dan indeks Theil
digunakan untuk mengukur kesenjangan pembangunan. Hasil penelitian ini menunjukkan 1 sektor unggulan di Kabupaten Mamuju konteks Pulau Sulawesi
adalah sektor jasa karena pertumbuhan ekonomi dan kemajuan cepat. 2 tingkat Disparitas pembangunan daerah yang terjadi sangat nyata di setiap kabupaten
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di wilayah Kecamatan itu sendiri. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Carlos R. Azzoni 2001, dengan judul
penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Wilayah di Brazil. Penelitian ini menganalisis evolusi ketimpangan regional di Brazil pada
periode 1939-1995. Berdasarkan data set yang diselenggarakan oleh penulis, indikator per kapita dispersi pendapatan negara dan antar daerah yang disajikan
Universitas Sumatera Utara
24 dan perkembangan dari waktu ke waktu yang telah dianalisis. Korelasi antara
daerah mengalami tingkat awal pendapatan per kapita dan itu dianggap pertumbuhan, pengujian untuk konvergensi Beta. Kecepatan konvergensi dihitung
dalam dua bentuk yang berbeda yaitu model neoklasik dan koefisien variasi, kemudian untuk analisis oscillations, ketidaksetaraan dari waktu ke waktu dan
hubungan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Hipotesis Kuznets, berkaitan dengan ketimpangan pendapatan daerah dan tingkat perkembangan yang
telah diuji. Hasil penelitian menunjukkan adanya tanda-tanda konvergensi pendapatan daerah di Brasil, tetapi dengan analisis oscillations penting dalam
perkembangan ketidaksetaraan dari waktu ke waktu serta di seluruh wilayah di dalam negeri. Asosiasi kesenjangan regional dengan pertumbuhan pendapatan
nasional menghasilkan hasil yang menarik, yang menunjukkan garis menjanjikan untuk penelitian masa depan.
2.6 Kerangka Konseptual