Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
angka tersebut malah turun menjadi 45 orang atau hanya 9 persen. wri.or.idgenderindex.php.
Berbagai alasan dikemukakan oleh para pemimpin partai perihal penurunan keterwakilan perempuan di DPR. Pertama, partai politik kesulitan dalam merekrut
anggota legislatif perempuan. Persoalan menghadang tidak hanya pada kuantitas tetapi juga kualitas calon. Alasan ini perlu kiranya dicurigai, karena jangan-jangan
minimnya kader perempuan terkait dengan sistem pengkaderan partai yang memang tidak memberi tempat, perhatian, serta peluang pada perempuan. Kedua, partai politik
mengaku sulit mengajak perempuan terlibat dalam wacana politik, apalagi mengajaknya terlibat dalam politik praktis. Pemimpin partai politik beralasan, banyak
perempuan yang masih alergi dengan politik, karena mereka belum sadar politik. Tentu saja alasan terakhir ini tidak secara gampang bisa dipercaya. Sebaliknya, perlu
ada kecurigaan ,jangan-jangan kesadaran politik pada perempuan tidak pernah muncul karena wilayah politik selama ini di klaim sebagai milik laki-laki. Rendahnya
kesadaran politik, dengan demikian, bukan hanya kesalahan perempuan, tetapi merupakan kesalahan bersama, terutama kesalahan dalam mendefinisikan kata politik
Siti Musdah Mulia dan Anik Farida, 2005 : 16-18.
Tabel 2. Jumlah Calon Anggota Legislatif Perempuan per-Provinsi Tahun 2009-20014
No Provinsi Jumlah
1. Nanggroe Aceh Darussalam
89
2. Sumatera Utara
213
3. Sumatera Barat
99 4. Riau
74 5. Kepulauan
Riau 27
6. Jambi 49
7. Sumatera Selatan
123
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
8. Bangka Belitung
29 9. Bengkulu
39 10. Lampung
118 11. DKI
Jakarta 236
12. Jawa Barat
635 13. Banten
177 14. Jawa
tengah 467
15. DI Yogyakarta
58 16. Jawa
Timur 505
17. Bali 50
18. Nusa Tenggara Barat 64
19. Nusa Tenggara Timur 96
20. Kalimantan Barat
75 21. Kalimantan
Tengah 35
22. Kalimantan Selatan
78 23. Kalimantan
Timur 52
24. Sulawesi Utara
60 25. Gorontalo
31 26. Sulawesi
Tengah 51
27. Sulawesi Selatan
151 28. Sulawesi
Tenggara 40
29. Sulawesi Barat
26 30. Maluku
41 31. Maluku
Utara 27
32. Papua 60
33. Papua Barat
27
Sumber: Harian Kompas, Senin 9Februari 2009.
Dalam bidang pendidikan, diketahui bahwa perempuan yang buta huruf dua kali lebih besar daripada laki-laki 13,85 persen dan 6,26 persen. Demikian juga
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
dengan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Pendidikan yang ditamatkan perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Perbedaan yang makin mencolok terlihat pada jenjang
pendidikan tinggi Sarjana, yaitu laki-laki 18,10 persen sedangkan perempuan 13,47 persen Siti Musdah Mulia dan Anik Farida, 2005:25. Ini bisa kita lihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3. Pendidikan Calon Anggota Legislatif Periode 2009-2014 dalam persen
No Pendidikan Laki-laki
Perempuan
1 SLTA 13,2
21,2 2 Diploma
3,9 8,4
3 Strata-1 58,9
53,7 4 Strata-2
20 15
5 Strata-3 4
1,7
Sumber: Harian Kompas Senin 9 Februari 2009.
Menganalisis lebih jauh data Komisi Pemilihan Umum KPU, terlihat bahwa calon anggota legislatif perempuan yang diajukan oleh partai memiliki kualitas yang
memadai dan tidak berbeda dengan laki-laki. Jumlah calon anggota legislatif perempuan yang berpendidikan sarjana sebanyak 53,7 persen, sedangkan jumlah laki-
laki dengan pendidikan yang sama 58,9 persen. Masalah lainnya adalah secara internal kepartaian, meskipun partai politik
adalah instrumen politik yang diharapkan mengembangkan demokratisasi, tetapi dalam rekruitmen partai politik pun, ternyata nuansa patriarki ini masih menguat.
Sehingga amat menyulitkan kaum perempuan untuk berada pada posisi strategis dan pengambil kebijakan pada sebuah partai. Lebih banyak perempuan hanya di beri porsi
mengurus posisi keperempuanan saja atau yang identik dengan dunia keperempuanan, dan dalam mekanisme selanjutnya maka akan menyulitkan bagi perempuan untuk
tampil sebagai kandidat pemimpin.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Persoalan berikutnya adalah kemampuan secara finansial, juga sangat sedikit perempuan yang mempunyai kemandirian finansial sehingga mampu maju ke
gelanggang dunia politik praktis seperti untuk maju menjadi pemimpin suatu daerah, yang tentunya memerlukan ongkos politik yang tidak sedikit.
Menurut Syafiq Hasyim 2001 : 124, masalah perempuan dan politik di Indonesia terhimpun sedikitnya dalam empat isu: keterwakilan perempuan yang
sangat rendah di ruang publik; komitmen partai politik yang belum sensitif gender sehingga kurang memberikan akses memadai bagi kepentingan perempuan; kendala
nilai-nilai budaya dan interpretasi ajaran agama yang bias gender dan bias nilai-nilai patriarki; dan minat, hasrat, animo, para perempuan untuk terjun dalam kancah politik
rendah; tapi untuk yang terakhir ini perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam. Dalam penelitian ini, alasan penulis untuk memilih Partai Keadilan Sejahtera
sebagai objek penelitian adalah karena menurut penulis Partai Keadilan Sejahtera begitu fenomenal dalam perpolitikan Indonesia dan memainkan peran yang khas
selaku partai yang berasaskan Islam. Dan partai ini menjadi menarik untuk diangkat dalam sebuah penulisan Tesis karena dalam banyak pemberitaan media, partai ini juga
kerap menyuarakan isu-isu yang reformis dan moderat dengan penekanan pembangunan ekonomi dan akhlak.
Partai Keadilan Sejahtera didirikan oleh orang yang berasal dari berbagai macam profesi, golongan maupun organisasi. Seperti Ulama dari pondok pesantren,
alumnus Timur Tengah, Eropa dan Amerika, kalangan NU, Muhammadiyah, aktivis gerakan mahasiswa, pengusaha, petani, buruh, seniman, dan kaum profesional
lainnya. Partai Keadilan Sejahtera, sebagaimana disebutkan pada ADART Pasal 1,
didirikan di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 9 Jumadil Ula 1423 atau tanggal 20 April
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2002. Dideklarasikan di Lapangan Monas Jakarta dihadapan sekitar 300.000 kader dan simpatisan partai. Sebelumnya partai ini bernama Partai Keadilan PK yang
didirikan pada hari Senin tanggal 26 Rabiul Awal 1419H atau tanggal 20 Juli 1998 di Jakarta. Karena pada Pemilu 7 Juli 1999 tidak bisa meraih dukungan 2 electoral
thereshold, maka untuk memenuhi persyaratan mengikuti Pemilu 2004, Partai Keadilan melakukan fusi penyatuan dengan Partai Keadilan Sejahtera pada tahun
2002. Kemudian mengutip pendapat Dr. Greg Fealy dari tulisan Drs. Heri Kusmanto,
M.A dan Warjio, S.S, M.A dalam “Strategi Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera” terdapat beberapa argumentasi dalam melihat fenomena Partai Keadilan Sejahtera.
Dan menurut pendapat penulis terlepas dari pengaruh interpretasi yang subjektif namun masih dalam tahap yang wajar, argumentasi berikut dapat dijadikan acuan
untuk penelitian penulis. Berikut kutipannya: “ Pertama, tidak seperti partai-partai Islam yang lain, Partai Keadilan Sejahtera
mengambil sumber inspirasi ideologi dan organisasi utamanya dari luar negara dan menjadikan pemikiran Ikhwanul Muslimin di Mesir sebagai panduan”.
“ Ketiga, Partai Keadilan Sejahtera adalah satu-satunya partai kader yang murni dalam politik Indonesia saat ini. Partai Keadilan Sejahtera memiliki proses
rekruitmen yang khas dan ketat, melalui training, seleksi ahli yang dapat menghasilkan dengan komitmen yang tinggi dan disiplin. Secara amannya
Ahli Jawatan Kuasa Partai Keadilan Sejahtera dan ahlinya yang terpilih di parlemen dipilih berasaskan pengabdian mereka melalui proses demokrasi
dalam partai.
“ Kelima, Partai Keadilan Sejahtera adalah partai yang sangat memperhatikan dan memperjuangkan ideologi yang dasar dibandingkan partai-partai besar
lainnya. Di saat ramai partai-partai lain menamakan kurangnya perhatian mereka dalam hal nilai dan tujuan yang ingin dicapai, Partai Keadilan
Sejahtera menunjukkan besarnya wacana dalam partai mengenai isu-isu yang bersifat konseptual dan doktrinal. Sejumlah buku, majalah, dokumen dalam
halaman web yang dihasilkan oleh Partai Keadilan Sejahtera jauh melebihi apa yang dihasilkan oleh partai-partai lain”.
Argumentasi selanjutnya penulis kutip dari Djony Edward dalam kata pengantar
bagi bukunya “Efek Bola Salju Partai Keadilan Sejahtera” sebagai berikut:
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Partai Keadilan Sejahtera PKS hadir sebagai sebuah partai politik yang tampilannya berbeda dibandingkan dengan partai politik yang ada. Mengingat PKS
sebagai partai politik tidak hanya mengedepankan aspek politis dalam sepak terjangnya, tapi juga menjadikan moral agama sebagai basis gerakannya. Sehingga
tidak jarang PKS dijuluki sebagai partai politik dakwah atau partai politik yang tampilannya lebih dirasakan sebagai gerakan dakwah.
Tahun 2004 mungkin menjadi salah satu momentum yang paling mengesankan bagi aktivis Partai Keadilan. Betapa tidak, sempat tidak lolos electoral threshold
untuk ikut Pemilu 2004, namun justru menjadi “bintang” di pemilu 2004 setelah berubah menjadi PKS sebelumnya bernama Partai Keadilan. Tidak saja aktivis PKS
yang terhenyak atas fenomena PKS di 2004, namun public dan analis politik secara keseluruhan memberikan apresiasi atas prestasi PKS masuk dalam big seven
pemenang pemilu 2004. Partai Keadilan Sejahtera PKS adalah fenomena baru dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Ditengah euphoria parpol pasca reformasi, PKS menghadirkan prototype partai
yang berbasis kader-ideologis. Sepanjang sejarah perpolitikan nasional, tidak banyak partai yang mampu menghadirkan konstruksi parpol yang berbasis kader ideologis.
Mungkin parpol yang sejenis adalah Partai Komunis Indonesia di zaman Pemilu 1955. Yang menegaskan persamaan diantara keduanya adalah Partai Keadilan Sejahtera dan
PKI memiliki landasan ideologi politik yang kuat serta penguatan dan konsolidasi internal yang rapi melalui proses pengkaderan yang sistematis. Banyak parpol lain
yang hanya mengandalkan mobilitas dan kohesivitas nilai ideologis, namun melupakan proses pengkaderan. Akhir-akhir ini, mayoritas parpol yang lahir adalah
parpol yang tidak memiliki keduanya.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Faktor kohesivitas ideologi dan konsolidasi kader yang sistemik itulah kemudian menjadikan PKS begitu fenomenal. Perolehan sekitar 7,3 suara nasional dan 48
kursi di DPR membawa PKS menjadi parpol yang cukup diperhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional empat tahun terakhir ini. Selain faktor ideologis dan
konsolidasi kader yang solid, menurut Irvan Mawardi dalam Menghitung Peluang PKS di Pemilu 2009, ada beberapa faktor yang mendukung kesuksesan PKS pada
pemilu 2004 adalah, Pertama PKS lahir dan hadir ditengah masyarakat dengan
performa dan aksesoris yang populis. Slogan “bersih dan peduli” begitu memikat apresiasi masyarakat terhadap PKS. Dalam kegiatannya, PKS mampu menghadirkan
aktivitas sosial yang memikat masyarakat kelas bawah, seperti kegiatan pengobatan
gratis, kerja bakti, dll. Faktor Kedua, terjadi simbiosis mutualisme antara performa
PKS yang menawarkan gagasan dan aksi populis dengan akseptasi masyarakat akan hadirnya parpol yang baik dan konstruktif. Pemilu 2004 sesungguhnya menjadi
klimaks kekecewaan masyarakat terhadap prestasi parpol dan politisi. Dalam posisi kekecewaan yang demikian, hadirlah parpol yang dengan performa seperti PKS.
Faktor Ketiga, kondisi massa mengambang floating mass ketika pemilu 2004 masih
cenderung aktif dan “idealis”. Mereka yang mengambang ini umumnya kelas menengah dan juga mayoritas dari kalangan grass root. Floating mass ketika itu masih
meyakini akan ada perubahan yang signifikan pasca pemilu 2004. Oleh karenanya mereka mesti aktif dan menjatuhkan pilihan kepada parpol yang memiliki peluang
untuk melakukan perubahan itu. PKS menjadi salah satu pilihan mereka. Keempat,
performa PKS dalam melaksanakan cita-cita dakwah politik dan politik dakwah begitu memikat kaum ideologis-revivalis Islam. Kebanyakan kaum muslim kelas
menengah yang mengalami “pubertas” nilai keislaman begitu terkesima dengan produk dan label keislaman yang ditampilkan PKS dalam berpolitik. Pubertas dalam
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
konteks ini adalah muslim yang sempat kehilangan orientasi keislaman dan menemukan kembali nilai Islam lewat inspirasi yang bersifat simbolik. Mereka
kemudian banyak yang meyakini bahwa ini PKS akan meniscayakan bangkitnya
kekuatan politik Islam di Indonesia pasca bubarnya Masyumi. Kelima, PKS dalam
mengelola dakwah yang berbasis politik masih cukup bisa diterima dikalangan semua elemen Islam di Indonesia, baik Islam radikal maupun moderat. Hal ini nampak dari
barisan pengurus dan simpatisan kader PKS merepresentasikan unsur Muhammadiyah, NU, Majelis Mujahidin, dll
http:irvanogie.wordpress.com2008menghitungpeluangpksdipemilu2009mengapapksbegit ufenomenalid
. Sementara itu kontribusi perempuan dalam mendongkrak suara partai ini sangat
signifikan. Dengan memakai pembedaan kategoris Kaase dan Marsh 1979: 41 tentang partisipasi politik konvensional dan non-konvensional, terlihat betapa
krusialnya peran perempuan dalam perjalanan politik PKS. Sensus BPS tahun 2000 menunjukkan bahwa 51penduduk Indonesia adalah perempuan. Bisa diasumsikan
bahwa dari 84 voter Pemilu 2004, perempuan mungkin saja lebih banyak ketimbang laki-laki. Secara konvensional, partisipasi politik kader perempuan PKS jelas tidak
bisa dipungkiri, mengingat mereka tidak saja aktif di hari H pencoblosan, tapi juga berkampanye secara massif untuk menarik pemilih baru sesuai target yang ditentukan
Yusuf, 2003:41. Menurut Nursanita Nasution, anggota parlemen perempuan dari PKS, setiap kader perempuan sadar betapa krusialnya waktu lima menit di dalam bilik
suara, dan karenanya mereka diniscayakan untuk mempengaruhi masyarakat agar memilih partai dakwah ini.
Menurut Burhanuddin 2008 : 86 secara non-konvensional, kader perempuan PKS juga aktif melakukan mobilisasi konsensus dan aksi dalam berbagai demonstrasi
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
yang rajin di gelar oleh partai. Sistem sel kaderisasi partai melalui usrah juga tidak bisa mengetepikan peran kader perempuan. Dengan kata lain, PKS banyak berhutang
budi kepada perempuan. Secara internal, hanya 4 perempuan yang menjadi pengurus DPP PKS dari total sekitar 56 pengurus. Itupun keempat-empatnya dikumpulkan di
Departemen Kewanitaan. Majelis Syuro PKS juga didominasi laki-laki. Komposisi perempuan di lembaga-lembaga internal partai seperti Dewan Syariah, Majelis
Pertimbangan Partai, serta pengurus DPW, dan lain-lain tidak jauh berbeda atau rata- rata representasi mereka di bawah 10. Sumber:
http:islamlib.comid .
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk memilih PKS sebagai objek penelitian. Dan PKS mewakili seluruh partai yang ada di Indonesia, untuk melihat
keterwakilan politik perempuan di Parlemen.
1.2 Perumusan Masalah
Dari fenomena yang telah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengambil permasalahan utama yang akan menjadi bahan analisa penulis yaitu:
1. Bagaimana partisipasi politik perempuan di Partai Keadilan Sejahtera Kota
Medan dilihat dari tingkat keterwakilannya? 2.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat Keterwakilan Perempuan Partai Keadilan Sejahtera di Kota Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Politik Perempuan di Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan dilihat dari segi keterwakilannya.
Deskripsi partisipasi politik dimaksud meliputi : peran memberikan pendidikan politik, peran menyampaikan aspirasi dan peran memberikan dukungan untuk menjadi
praktisi politik serta hasil akhirnya yaitu yang berhasil duduk di parlemen. Adapun Manfaat Penelitian adalah:
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Penelitian tentang partisipasi politik perempuan di Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat, antara lain:
1. bagi pemerhati perempuan sebagai informasi dan data dalam memperjuangkan
hak-hak perempuan. 2.
bagi partai politik sebagai bahan rujukan dalam melakukan pendidikan politik kepada perempuan.
3. bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan dan merancang strategi untuk
memberdayakan dan mencerdaskan perempuan dalam bidang politik.
1.4 Kerangka Teori
Secara teoritis, keterwakilan memiliki empat sifat: Pertama, seseorang
mempresentasikan nilai atau kepercayaan tertentu yang umumnya di wadahi dalam
suatu partai politik. Kedua, geografis, seseorang mewakili konstituen dalam lokal wilayah tertentu. Ketiga, fungsional, seseorang mempresentasikan kepentingan dari
suatu kelompok tertentu. Keempat, sosial yang merupakan bentuk representasi
identitas kelompok tertentu. Secara garis besar, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik.
Kegiatan itu mencakup tindakan-tindakan seperti memberikan suara dalam pemilu, menghadiri rapat politik, menjadi anggota suatu partai politik, dan lain sebagainya.
Substansi partisipasi politik tidak lepas dari proses sosialisasi politik, pendidikan politik, dan rekruitmen politik.
Sosialisasi politik perempuan adalah proses penanaman nilai-nilai dan pembentukan sikap dan pola tingkah laku politik perempuan. Pendidikan politik
menyangkut proses seseorang diperkenalkan dengan sistem politik, sedangkan rekruitmen politik adalah suatu proses saat mana suatu partai politik mencari anggota
perempuan yang berbakat untuk menjadi kader pengurus atau menjadi calon legislatif
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
dari partai politik itu. Perempuan yang terjun ke dalam kegiatan politik dan mendapat jabatan politik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama
adalah perempuan yang memperoleh jabatan politik karena mereka memiliki hubungan dengan laki-laki tertentu. Misalnya suaminya eksekutif, sang istri duduk di
dewan. Ayahnya duduk di legisaltif, putrinya di kader untuk duduk di legislatif. Ayahnya memiliki reputasi sosial politik sehingga putrinya di anggap dan di posisikan
cukup mampu menjadi anggota dewan. Kelompok kedua adalah perempuan yang terjun ke dunia politik setelah bebas
tugas dalam membesarkan anak-anaknya. Hal itu menyebabkan usia karir politiknya lebih pendek. Kelompok ketiga adalah perempuan yang dalam usia muda 30-an terjun
dalam politik. Biasanya mereka telah cukup lama aktif dalam dunia ormas, LSM atau organisasi ekstra kampus. Mereka inilah yang termasuk jenis politisi perempuan
profesional karir yang jumlahnya paling sedikit akibat proses sosialisasi, pendidikan, dan rekruitmen politik perempuan yang tidak berakar dan berjalan secara sistematis.
Akibat dari rendahnya keterwakilan perempuan dan keberadaan perempuan dalam lembaga publik atau lembaga-lembaga politik, dapat diartikan pula sebagai masih
kurangnya perempuan terlibat dalam struktur kekuasaan dan proses pengambilan keputusan dalam perumusan kebijakan, pembahasan dan penentuan prioritas program
pembangunan. Hal tersebut dapat dianalogkan bahwa pengalokasian sumber dan perolehan hasilmanfaat pembangunan yang tidak dibagi secara adil dan merata,
terutama yang menyangkut kepentingan dan kebutuhan perempuan. Sejauh ini dapat dikatakan kontribusi kaum perempuan terhadap pembentukan
konstitusi demokratik dan kebijakan penting lainnya tidak banyak. Salah satu sebabnya juga adalah kurangnya kemampuan perempuan mengartikulasikan masalah-
masalah tersebut kepermukaan apalagi mendesakkan masalah dan kepentingan itu
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
kepada pengambil keputusan dan mengontrol pelaksanaannya. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya partisipasi dan representasi politik perempuan baik
dalam tataran politik formal maupun informal. Kondisi ini kemudian berkontribusi kepada rendahnya akses, partisipas dan representasi perempuan dalam proses
pengambilan keputusan-keputusan penting di negeri ini Buku Panduan Kesadaran Bernegara, 2006.
Selain rendahnya representasi atau keterwakilan perempuan dalam kehidupan politik dalam arti jumlah atau kuantitas, maka ada gambaran lain yang melengkapinya
yakni persoalan kualitas. Partisipasi mereka di bidang politik selama ini, jika memang itu ada, hanya terkesan memainkan peran sekunder. Mereka hanya di lihat sebagai
pemanis atau penggembira, dan ini mencerminkan rendahya pengetahuan mereka di bidang politik. Bisa di amati bahwa betapa sedikitnya politisi atau tokoh perempuan
yang mempunyai pengetahuan yang luas mengenai berbagai persoalan publik yang dihadapi masyarakat. Dalam situasi seperti itu maka tidaklah terlalu mengherankan
jika banyak kebijakan politik dan ekonomi yang dihasilkan tidak memperhitungkan kepentingan perempuan. Berbagai kebijakan politik dan ekonomi di masa lalu
memperlihatkan dengan jelas betapa perempuan menanggung beban paling berat atas nama pembangunan nasional yang merupakan perpaduan antara proses pembangunan
ekonomi dan pentingnya stabilitas politik Soetjipto,2005. Menurut Soetjipto 2005:27 walaupun, saat ini hak-hak politik bagi perempuan
sudah banyak diakui, namun adanya hak-hak politik tersebut tidak menjamin adanya pemerintahansistem politik yang demokratis di mana azas partisipasi, representasi
dan akuntabilitas di beri makna yang sesungguhnya. Ini artinya, adanya keterwakilan perempuan didalamnya, dan berbagai kebijakan yang muncul yang memiliki
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Partisipasi Politik Perempuan
Bentuk dan Tingkatan
Keterwakilan Politik Perempuan serta Faktor
rendahnya Keterwakilan Perempuan
Strategi Meningkatkan Keterwakilan Perempuan
sensitivitas gender, tidak serta merta terwujud meskipun hak-hak politik perempuan sudah diakui.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pada setiap penelitian, selalu menggunakan kerangka pemikiran sebagai alur dalam menentukan arah penelitian. Hal ini untuk menghindari terjadinya perluasan
pembahasan yang menjadikan penelitian tidak terarahterfokus. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Alur Pemikiran Permasalahan Penelitian 1.6
Pengalaman Lapangan
Banyak suka dan duka yang penulis rasakan dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini. Dari awal penulisan, dalam proses pengumpulan data, lalu melakukan
wawancara dengan informan, sampai akhirnya selesai melakukan penelitian. Proses bimbingan dengan dosen dijalani selama lebih kurang 6 enam bulan hingga
menjelang ujian Seminar Hasil. Alhamdulillah semua berjalan lancer, walaupun ada
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
hambatan-hambatan yang penulis rasakan dalam pengerjaan Tesis ini. Dalam penulisan Tesis ini penulis dibantu oleh 2 dua orang dosen pembimbing yang sangat
banyak membantu. Orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis. Serta teman-teman yang juga selalu memberikan dorongan motivasi agar tetap semangat.
Pengalaman yang penulis dapatkan ketika melakukan penelitian juga banyak. Pengalaman yang sangat mengesankan ketika bertemu dengan Ketua Umum DPD
PKS Kota Medan Bapak Surianda Lubis S. Ag yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Kota Medan. Dan informan-informan lain yang juga sangat banyak membantu
dalam menyelesaikan Tesis ini. Wawancara dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti
melalui telepon. Ini disebabkan karena para informan juga mempunyai kesibukan lain dalam pekerjaannya. Sehingga informan sulit untuk ditemui secara langsung
dikarenakan masalah waktu. Walaupun begitu penulis tidak putus asa, dan menganggap itu semua sebagai pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, prilaku politik, partisipasi politik, proses
politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik Wikipedia Indonesia, ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia.
Istilah politik berasal dari Bahasa Yunani Polis yang artinya kota atau negara, yang kemudian muncul kata-kata polities yang artinya warga negara dan kata
politikos yang artinya kewarganegaraan. Politik adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktek di lapangan, sehingga dapat dijelaskan bagaimana hubungan
antar manusia penduduk yang tinggal disuatu tempat wilayah yang meskipun memiliki perbedaan pendapat dan kepentingannya, tetap mengakui adanya
kepentingan bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Penyelenggaraan kekuasaan negara dipercayakan kepada suatu badan lembaga yaitu
pemerintah.
2.1 Pengertian Partisipasi
Kata partisipasi merupakan “hal tentang turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan atau berperan serta. Peran politik terkait erat dengan aktivitas-
aktivitas politik; mulai dari peranan para politikus profesional, pemberian suara, aktivitas partai sampai demonstrasi.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Dalam pengertian umum, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Kegiatan ini
dapat berupa pemberian suara dalam Pemilu, menjadi anggota suatu partai dan lain sebagainya.
Dalam Ihromi, Kajian Wanita dalam Pembangunan 1995:491, Herbert McClosky mengatakan bahwa:
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan
secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan1995:491 mengatakan:
Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi- pribadi dengan maksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
Pemerintah. Partisipasi dapat bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.
Partisipasi secara harfiah dimaknai sebagai pengambilan bagian atau pengikutsertaan Echols, 1996:419. Jean-Jacques Rousseau dalam bukunya The
Social Contract mengatakan, partisipasi sangat penting bagi pembangunan diri dan kemandirian warga negara. Melalui partisipasi individu menjadi warga publik,
mampu membedakan persoalan pribadi dengan persoalan masyarakat. Hal ini ditegaskan pula oleh John Stuart Mill dalam Miriam Budiarjo 1982, bahwa tanpa
partisipasi nyaris semua orang akan ditelan oleh kepentingan pribadi dan pemuasan kebutuhan pribadi mereka yang berkuasa. Di sini partisipasi dalam kata lain menjadi
ukuran adanya kemandirian dan kedewasaan individu warga dalam melihat batasan antara kepentingan privat dan publik.
Urusan publik memiliki hukum dan nilainya sendiri yang tidak bisa dicampur adukkan dengan urusan privat. Maka dari itu, penggunaan kekuasan untuk
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
kepentingan pribadi atau golongan dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang karena melukai partisipasi dan dan melanggar hukum publik. Dalam konteks ini,
partisipasi menjadi fungsi demokrasi, agar kekuasaan selalu berorientasi pada publik. Tiada demokrasi tanpa partisipasi politik warga, sebab partisipasi merupakan esensi
dari demokrasi. Bila suatu negara membatasi akses dan keterlibatan warganya dalam setiap pengambilan keputusan, maka demokrasinya belum dapat dikatakan
berkembang secara baik. Adanya kebebasan rakyat dalam menjalankan partisipasi politik menjadi ukuran elementer, untuk melihat eksistensi demokrasi dalam suatu
negara. Demokrasi sebagai suatu sistem politik berupaya untuk memberikan wadah
seluas-luasnya kepada rakyat untuk turut berpartisipasi atau ikut serta secara politik dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kekuasaan yang otoriter, fasis dan anti
demokrasi biasanya menenggelamkan adanya partisipasi politik warga. Urusan kekuasaan disederhanakan hanya sebatas milik para elite politik. Sedangkan rakyat
dikondisikan ke arah apatisme. Apatisme sebenarnya merupakan produk sosial, ekonomi dan pengaturan politik tertentu. Seperti di masa orde baru, berbagai regulasi
digunakan untuk membungkam partisipasi politik rakyat. Rakyat tidak bebas berekspresi dan berorganisasi. Adanya perbedaan pendapat, kritik dan protes massa
dikendalikan dengan teror, kekerasan dan bentuk-bentuk represi lainnya, serta menjadi subjek dalam menentukan arah masa depan societynya.
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson dalam bukunya Partisipasi Politik di Negara Berkembang 1994 : 4, partisipasi politik adalah kegiatan warga
privat citizen yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang bertujuan mempengaruhi keputusan oleh pemerintah. Partisipasi ini dapat bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal,
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
efektif atau tidak efektif. Partisipasi mencakup kegiatan-kegiatan, bukan mencakup sikap-sikap. Sementara para ahli lain mendefinisikan partisipasi politik mencakup
orientasi-orientasi para warga negara terhadap politik, serta prilaku politik mereka yang nyata. Hal ini dapat terwujud dalam pengetahuan tentang politik, persepsi-
persepsi tentang relevansi politik yang semua ini berkaitan dengan tindakan politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai
dari pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan. Termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan, serta merupakan kegiatan
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan warga secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah. Menurut Hasyim di antara peran politik perempuan yang dimaksud adalah:
peran memberikan suara pada pemilihan, peran untuk menjadi anggota legislatif parlemen; dan peran menjadi pemimpin tertinggi dalam suatu pemerintahan atau
Presiden. Sementara menurut Fanin peran perempuan dalam politik dapat
dikelompokkan kepada tiga peran; pertama, peran normatif: peran memilih atau
dipilih dalam suatu proses Pemilihan Umum; perempuan memperoleh hak-hak politiknya untuk memilih atau dipilih setelah kemerdekaan yaitu dalam Pemilu 1955;
kedua, peran aktif: sebagai fungsionaris partai politik atau sebagai anggota legislatif; dan ketiga, peran pasif: turut berpartisipasi dalam mengontrol jalannya pembangunan.
2.2 Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Disamping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang
berbeda, yaitu antara lain: •
Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama teori klasik Aristoteles.
• Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara. •
Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
• Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik. http:www.pelita.or.idbaca.php?id=13353
.
2.3 Pengertian Partisipasi Politik
1. Dari Wikipedia, partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala
tahapan kebijakan, mulai dari pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan
keputusan. 2.
Dari Wikipedia 2, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu
dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah.
3. Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff dalam bukunya Pengantar
Sosiologi dan Politik, 1993: 23, partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik.
4. Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, 1984: 140
bahwa partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi kehidupannya.
Berdasarkan 4 definisi partisipasi politik diatas, maka penyusun dapat menarik satu definisi tentang partisipasi politik, yaitu keterlibatan warga negara dalam
membuat keputusan, melaksanakan keputusan, mempengaruhi proses pengambilan keputusan, mempengaruhi kebijakan pemerintah termasuk yang berkaitan dengan
keterlibatan aktif maupun keterlibatan pasif setiap individu dalam hierarki sistem politik.
Dalam bukunya partisipasi dan partai politik, Miriam Budiarjo 1998 : 9 mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah
public policy. Kegiatan ini mencakup pemberian suara lewat pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan,
mengadakan hubungan contracting dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.
Sementara Milbrath dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa teori.
Pertama adalah apatis, yaitu orang yang menarik diri dari proses politik. Kedua
adalah spektator, yakni orang yang setidak-tidaknya pernah ikut dalam pemilihan
umum. Ketiga adalah gladiator, yaitu orang-orang yang secara aktif terlibat dalam
proses politik yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus mengadakan kontak
tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye serta aktivis masyarakat. Keempat
adalah pengkritik, yaitu orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional Sastroatmodjo, 1995 : 74 – 75.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Goel dan Olsen dalam Sastroatmodjo 1995 : 77 menjelaskan partisipasi sebagai dimensi utama kehidupan stratifikasi sosial. Menurut mereka partisipasi
dibagi dalam enam lapisan yakni pemimpin politik, aktivitas politik, komunikator orang yang menerima dan menyampaikan ide-ide, sikap dan informasi politik lainnya
pada orang lain, warga negara marjinal orang yang sedikit melakukan kontak dengan sistem politik dan orang-orang yang terisolasi orang yang jarang melakukan
partisipasi politik. Partisipasi berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi Pertama, partisipasi yang bersifat sukarela otonom. Kedua, atas desakan orang lain
mobilisasi. Hal ini senada dengan pendapat Nelson yang menyatakan dua sifat partisipasi yakni autonomous partisipation partisipasi otonom dan mobilized
partisipation partisipasi yang dimobilisasi. Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana
mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa baik secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Myron Wiener
dalam Huntington 1994 : 10 menekankan “ sifat sukarela dari partisipasi tidak ada pemaksaan dan mengemukakan menjadi anggota organisasi atau menghadiri rapat
umum atas perintah pemerintah, tidak termasuk partisipasi politik”. Dari pengertian ini maka, partisipasi dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh
para aktifis perempuan pada hakekatnya adalah usaha menggali dan memberdayakan potensi-potensi yang dimiliki oleh perempuan. Secara umum partisipasi tidak hanya
pada bidang politik akan tetapi dalam segala bidang kehidupan. Perempuan mempunyai hak dan kewajibannya untuk ikut serta atau berpartisipasi aktif, hanya
saja karena selama ini terjadi kesenjangan antara kaum laki-laki dan perempuan yang diakibatkan oleh produk-produk kebijakan yang bias gender. Sehingga dibutuhkan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
perjuangan keras dan keseluruhan dari segenap perempuan dalam segala lini, terlebih pada lini politik, karena sangat berpengaruh terhadap produk kebijakan.
Menurut Lester dalam “ Political Participation” http:www.pelita.or.idbaca.php?id=13353
menyebutkan adanya dua orientasi dalam partisipasi politik berhubungan dengan proses politik yaitu: partisipaasi politik
yang berhubungan pada output proses politik disebut partisipasi pasif dan pada input proses politik disebut partisipasi aktif, dimana aktifitas individu atau kelompok yang
berkenaan dengan masukan-masukan proses pembuatan kebijakan. Dalam partisipasi politik berlaku proses-proses politik yang harus dipahami dan diikuti, baik laki-laki
ataupun perempuan. Yang dikatakan oleh David Easton, proses politik adalah merupakan interaksi diantara lembaga-lembaga pemerintah dan kelompok-kelompok
sosial. Hal ini menunjukkan, politik tidak hanya aktifitas yang ada pada tingkat elite tetapi melihat sudut pandang yang lebih pluralistic, yang menyertakan analisis pada
aktifitas-aktifitas berbagai kelompok yang terorganisir diluar pemerintahan dengan memberikan penekanan pada individu-individu, kepentingan-kepentingan bersama
dan nilai normatif. Sehingga berpartisipasi tidak sekedar ikut-ikutan tanpa tujuan dan arah yang jelas bagi setiap anggota, akan tetapi dalam proses partisipasi keterlibatan
secara aktif mental, emosi dan prilaku untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan menjadi bagian yang terpenting.
Partisipasi politik perempuan saat ini semakin dibutuhkan dalam upaya pengintegrasian kebutuhan gender dalam berbagai kebijakan publik dan menggolkan
instrumen hukum yang sensitif gender yang selama ini terabaikan dan banyak menghambat kemajuan perempuan di berbagai sektor kehidupan.
Dalam konteks negara, partisipasi politik rakyat adalah keterlibatan rakyat secara perseorangan privat citizen untuk mengerti, menyadari, mengkaji, melobi dan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
memprotes suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan mempengaruhi kebijakan agar aspiratif terhadap kepentingan mereka. Dari ilustrasi
diatas, partisipasi rakyat bisa dipahami sebagai keterlibatan rakyat dalam pengertian politik secara sempit hubungan negara dan masyarakat dalam bingkai governance
dan juga politik secara luas. Sedangkan politik secara luas yaitu semua bentuk keterlibatan masyarakat untuk mempengaruhi ataupun melakukan perubahan terhadap
keputusan yang diambil. Partisipasi politik rakyat sebenarnya adalah tema sentral dari proses demokratisasi. Dalam kerangka inilah masyarakat bisa berperan aktif.
Lebih lanjut Huntington dan Nelson 1994 : 16 – 19 menjelaskan bahwa partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan atau prilaku yakni :
1. Kegiatan pemilihan mencakup suara, sumbangan-sumbangan untuk kampanye,
mencari dukungan, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemungutan suara adalah bentuk partisipasi yang
jauh lebih luas dibandingkan dengan bentuk-bentuk partisipasi lainnya. 2.
Lobbying, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik
dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut kepentingan umum.
3. Kegiatan organisasi, menyangkut partisipasi sebagai anggota dalam suatu
organisasi yang tujuan utamanya adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.
4. Mencari koneksi contacting merupakan tindakan perseorangan yang ditujukan
terhadap pejabat pemerintah dengan maksud memperoleh manfaat bagi satu orang atau sekelompok orang.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
5. Tindak kekerasan violence, sebagai suatu upaya untuk mempengaruhi
keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang atau benda. Oleh karena itu kekerasan biasanya mencerminkan motivasi-
motivasi yang lebih kuat. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik, mempengaruhi kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah atau merubah
sistem politik revolusi. Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat telah berkomitmen secara tegas
memberi pengakuan yang sama bagi setiap warganya, baik itu perempuan maupun laki-laki sama hak nya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa kecuali. Hak-
hak politik perempuan ditetapkan melalui instrumen hukum maupun dengan meratifikasi berbagai konvensi yang menjamin hak-hak politik tersebut.
Undang – Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 46 menyebutkan sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif
dan sistem pengangkatan di bidang eksekutif dan yudikatif harus menjadi keterwakilan perempuan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Penegasan hak-hak politik perempuan dibuktikan dengan telah diratifikasinya Konvensi Hak-hak Politik Perempuan Convention on the Political Rights of Women.
Ketentuan dalam konvensi PBB tentang Hak-hak Politik Perempuan menjelaskan sebagai berikut:
1. Perempuan berhak untuk memberikan suara dalam semua pemilihan dengan syarat syarat yang sama dengan laki-laki, tanpa suatu diskriminasi.
2. Perempuan berhak untuk dipilih bagi semua badan yang dipilih secara umum, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki tanpa
ada diskriminasi.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
3. Perempuan berhak untuk memegang jabatan publik, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki tanpa ada diskriminasi lihat
Perisai Perempuan, 1999. Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Perempuan
Convention on the Elimination of all forms of Discrimination Against Women melalui UU No. 7 tahun 1984, Pasal 7 secara tegas juga mengatur hak-hak politik
perempuan, yakni negara peserta konvensi wajib membuat peraturan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan politik dan kehidupan
kemasyarakatan negaranya. Selain itu, konvensi tersebut jugPa menjamin persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki dalam hal:
1. hak untuk di pilih dan memilih 2. hak untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan
implementasinya. 3. hak untuk memegang jabatan dalam pemerintahan dan melaksanakan segala fungsi
pemerintahan di semua tingkat; dan 4. hak untuk berpartisipasi dalam organisasi perkumpulan non pemerintah yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan politik. Di tegaskan oleh Moore 1988 bahwa salah satu ciri yang penting dari
kedudukan perempuan dalam masyarakat ialah mereka adakalanya mempunyai kekuasaan politik tetapi tidak mempunyai kekuatan, legitimasi, dan otoritas. Dalam
banyak sistem politik di dunia sekarang ini, perempuan mempunyai kekuasaan politik, misalnya mereka mempunyai hak suara. Akan tetapi, mereka kurang memiliki otoritas
yang nyata dalam menjalankan kekuasaan tersebut Moore, 1988;134.
2.4 Teori Sosiologi tentang Wanita
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Pada bagian ini akan mencoba untuk menjelaskan tentang perkembangan pemikiran dan pergerakan perjuangan kaum perempuan secara umum. Gambaran ini
akan membantu untuk melihat posisi perkembangan pemikiran Islam tentang kaum perempuan. Untuk memahami gerakan kesetaraan yang diperjuangkan oleh kaum
perempuan terlebih dahulu perlu diuraikan teori-teori sosiologi yang digunakan sebagai pendekatan terhadap studi tentang wanita. Bila kita membuka teksbook
sosiologi apa saja pada saat sekarang ini, maka akan ditemukan bagaimana lapangan sosiologi terbagi kepada dua kubu yang berbeda yakni “fungsionalis” dan “konflik”.
Kedua teori struktural-fungsional dan teori sosial konflik kelihatannya juga diterapkan dalam kajian tentang wanita.
2.4.1 Teori struktural fungsional
Teori struktural-fungsional dapat ditelusuri pada pemikiran August Comte, yang menyatakan bahwa kehidupan manusia dapat dipelajari dengan menggunakan
teknik-teknik yang diterapkan di dalam ilmu alam “Titik berat argumennya terletak pada asumsi bahwa terdapat suatu tatanan alamiah yang dengannya kehidupan
manusia dapat dipahami. Pendekatan struktural fungsional ini adalah pendekatan teori sosiologi yang diaplikasikan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah
institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat di dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya keragaman di dalam
kehidupan sosial yang merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan keragaman pada fungsi sesuai dengan posisi seseorang pada struktur sebuah sistem.
Metode fungsionalisme bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dimasyarakat. Metode ini berprinsip bahwa unsur-
unsur yang membentuk masyarakat mempunyai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi; masing-masing mempunyai fungsi tersendiri terhadap masyarakat.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Menurut Comte, wanita “secara konstitusional” bersifat inferior terhadap laki- laki. Oleh sebab itu, Comte percaya bahwa wanita menjadi subordinat laki-laki begitu
mereka menikah. Wanita tidak punya hak untuk bercerai, sebab mereka adalah semata-mata budak laki-laki manja. Comte menegaskan bahwa untuk menyusun
tatanan masyarakat yang baik dan maju bagi Perancis, diperlukan otoritas patriarkat dan kediktatoran politik. Positivisme Comte adalah sebuah filsafat mengenai stabilitas
yang berlandaskan pada keabadian tentang “kebenaran” unit keluarga. Herbert Spencer memperjelas analogi antara sosiologi dan biologi dengan dua
macam analogi. Yang pertama adalah proses evolusi dari bentuk yang sederhana kepada bentuk yang komplek. Individu-individu di masyarakat, institusi-institusi
sosial dan masyarakat itu sendiri berkembang dari yang sederhana kepada yang kompleks. Dalam kaitan ini wanita dianalisis dalam hubungan dengan “kedudukan”
mereka di masyarakat: yakni fungsi mereka dalam keluarga. Keberadaan mereka di dalam keluarga serta peran sosial sebagai istri turut membantu mengikat keluarga
sebagai sebuah unit, sedangkan laki-laki membuka hubungan ke luar. Dalam tulisan awalnya, Spencer memperjuangkan hak-hak laissezfaire bagi individu wanita, serta
menyatakan bahwa sifat-sifat alamiah wanita tidak tetap, menurutnya, wanita memiliki hak untuk bersaing secara bebas dengan laki-laki. Begitupun ia
menyarankan wanita untuk tidak bersaing dengan laki-laki. Analogi kedua adalah membandingkan organisme masyarakat dengan organisme individu, yakni kedua
organisme tersebut tumbuh menjadi besar yang menjadikan keduanya lebih kompleks dan terjadi perbedan. Proses perbedaan yang lebih lanjut dalam struktur organisasi
dibarengi dengan proses perbedaan dalam fungsi. http:www.duniaesai.comgendergender2.html11232007
.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Sosiolog lainnya adalah Emile Durkheim yang menegaskan bahwa individu merupakan ekspresi dari kolektivitas tempat individu tersebut berada. Tanggung
jawab setiap individu diberikan oleh masyarakat itu sendiri, namun kesadaran kolektivitas akan tetap melekat dalam setiap individu. Durkheim menerapkan teori
tentang pembagian kerja dalam masyarakat. Sifat-sifat alamiah wanita yang inhern menciptakan suatu pembagian kerja, hierarki, dan otoritas laki-laki dan struktur
moralitas. Sifat-sifat alamiah tersebut menempatkan perempuan dibawah kontrol logis kaum laki-laki dalam keluarga patriarkhat dan struktur sosial. Durkheim
membincangkan perempuan dalam dua konteks tempat yakni dalam konteks positif perkawinan dan keluarga dimana wanita memainkan peran tradisional yang
fungsional terhadap keluarga; dan dalam konteks negatif bunuh diri, perceraian dan seksualitas. Dalam keluarga, laki-laki memegang otoritas sebab keluarga
membutuhkan seorang pemimpin, karenanya wanita tidak mempunyai wewenang terhadap laki-laki.
Pengaruh fungsionalisme dapat ditemui dalam pemikiran Feminisme Liberal. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap teori politik liberal yang pada umumnya
menjunjung nilai-nilai otonomi, persamaan dan nilai moral serta kebebasan individu, namun pada yang sama dianggap mendiskriminasikan kaum perempuan. Asumsi
dasar feminisme liberal ini bertumpu pada pandangan bahwa kebebasan persamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Kerangka
kerja feminis liberal dalam memperjuangkan persoalan masyarakat tertuju pada kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu, termasuk didalamnya
kesempatan dan hak kaum perempuan. Kesempatan dan hak yang sama antara laki- laki dan perempuan ini penting bagi mereka dan karenanya tidak perlu membedakan
kesempatan antara laki-laki dan perempuan.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Asumsinya, karena perempuan adalah makhluk rasional. Oleh sebab itu ketika mempersoalkan keterbelakangan kaum perempuan, feminisme liberal beranggapan
bahwa hal itu disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri. Dengan kata lain bila sistem sudah memberikan kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan maka jika
kaum perempuan tidak mampu bersaing dan kalah, yang perlu disalahkan adalah kaum perempuan sendiri. Seperti halnya filsafat eksistensialisme, feminisme liberal
memberikan landasan teoritis akan persamaan wanita dalam potensi rasionalitasnya dengan pria.
Untuk itu perempuan harus dipersiapkan agar mampu bersaing dengan bebas melalui program-program yang dapat meningkatkan taraf hidup kelurga serta
kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kemampuan perempuan supaya mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Feminisme liberal tidak pernah
mempertanyakan diskriminasi akibat ideologi patriarki. Salah satu pengaruh feminisme liberal ini terefleksi dalam program global yang disebut Women in
Development. Menurut mereka keterbelakangan kaum perempuan adalah akibat dari sikap irrasional yang berpangkal pada nilai-nilai tradisional dan kepasifan mereka
dalam pembangunan. Oleh karena itu melibatkan kaum perempuan dalam industrialisasi dan program pembangunan dianggap sebagai cara untuk meningkatkan
kaum perempuan. Menurut feminisme liberal, dasar hukum yang kuat diperlukan untuk menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Karenanya mereka
memfokuskan perjuangan pada perubahan undang-undang yang dianggap mempertahankan sistem patriarkhat dalam keluarga.
http:www.undp.or.idpubsimdg2004BIIndonesiaMDG_BI_Goal3.pdf.11232007
Dalam tradisi feminisme liberal penyebab penindasan wanita diketahui karena kurangnya kesempatan dan pendidikan mereka secara individu maupun kelompok.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Cara pemecahan untuk mengubahnya yaitu menambah kesempatan-kesempatan bagi perempuan terutama melalui institusi-institusi pendidikan dan ekonomi. Landasan
sosial bagi teori ini muncul selama revolusi Prancis. Perubahan-perubahan sosial besar-besaran tersebut menyediakan argumen politik maupun moral untuk gagsan-
gagasan mengenai “kemajuan, kontrak, sifat dasar dan alasan” yang memutuskan ikatan-ikatan dan norma-norma tradisional. Asumsinya apabila perempuan diberi
jalan yang sama untuk bersaing, mereka akan berhasil.
2.4.2 Teori Konflik
Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh filsafat Hegel dan ia menerapkannya pada hal-hal yang konkrit, yaitu sistem berpikir materialistis. Penindasan terhadap
wanita di dalam keluarga menjadi sentral kritik. Suami sebagai kepala keluarga, mencari nafkah dan menghidupi keluarga diberikan posisi yang superior. Suami
dalam keluarga adalah borjuis sedangkan istrinya mewakili proletariat. Marx mengkritik keberadaan perkawinan yang mempertahankan posisi dasar wanita sebagai
barang kekayaan dia menyebut “sifat-sifat pembagian kerja” di dalam keluarga sebagai basis kekayaan dan ketidakadilan. Marx mengemukakan penindasan trhadap
wanita dalam konteks faktor-faktor ekonomi yang membentuk struktur politik dan sosial serta kehidupan wanita di dalamnya.
2.5 Teori Gender
Dalam pembahasan mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya dua aliran atau teori yaitu: Teori Nurture dan Teori Nature. Namun
demikian dapat pula dikembangkan satu konsep teori yang diilhami dari 2 konsep teori tersebut yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang disebut dengan
teori equilibrium. Secara rinci teori-teori tersebut diuraikan sebagai berikut:
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2.5.1 Teori Nurture
Menurut teori Nurture adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan
tugas yang berbeda. Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-laki diidentikkan dengan kelas penindas borjuis, dan
perempuan sebagai kaum tertindas proletar. Aliran Nurture melahirkan paham sosial konflik yang banyak dianut masyarakat
sosial komunis yang menghilangkan strata penduduk egalitarian. Paham sosial konflik memperjuangkan kesamaan proporsional perfect equality dalam segala
aktifitas masyarakat seperti di DPR, Menteri, Gubernur, dan pimpinan partai politk. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibuatlah program khusus affirmative action
guna memberikan peluang bagi pemberdayaan perempuan agar bisa termotivasi untuk merebut posisi yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki. Akibatnya sudah
dapat di duga yaitu timbulnya reaksi negatif dari laki-laki yang apriori terhadap perjuangan tersebut.
2.5.2 Teori Nature
Menurut teori Nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat, sehingga harus diterima. Perbedaan biologis itu memberikan indikasi dan implikasi
bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada yang tidak bisa karena memang
berbeda secara kodrat alamiahnya. Perbedaan biologis diyakini memiliki pengaruh pada peran yang bersifat naluri
instinct. Perjuangan kelas tidak pernah mencapai hasil yang memuaskan, karena
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
manusia memerlukan kemitraan dan kerjasama secara struktural dan fungsional. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial ada pembagian tugas division of labour begitu pula dalam kehidupan keluarga. Harus ada kesepakatan antara suami
isteri, siapa yang menjadi kepala keluarga dan siapa yang menjadi kepala rumah tangga. Dalam organisasi sosial juga di kenal ada pimpinan dan ada bawahan
anggota yang masing-masing mempunyai tugas, fungsi, dan kewajiban yang berbeda dalam mencapai tujuan.
Parson dan Bales berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan isteri untuk saling melengkapi dan saling
bantu membantu satu sama lain. Peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Keharmonisan hidup hanya
dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini di mulai sejak dini melalui “Pola Pendidikan” dan
pengasuhan anak dalam keluarga.
2.5.3 Teori Equilibrium keseimbangan
Di samping kedua teori tersebut maka terdapat kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan equilibrium yang menekankan pada konsep kemitraan dan
keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus
bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi konflik otomatis, bukan pula struktural fungsional tetapi dilandasi kebutuhan kebersamaan guna membangun
kemitraan yang harmonis, karena setiap pihak punya kelebihan sekaligus kekurangan,
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
kekuatan sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan di lengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.
http:psychemate.blogspot.com200712teori-gender.html .
2.6 Bentuk dan Tingkatan Partisipasi Politik Perempuan
Kendati berbagai perangkat hukum telah melegitimasi partisipasi politik perempuan sampai saat ini antara perempuan dengan dunia politik masih merupakan
dua hal yang tidak mudah dipertautkan satu dengan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan keterwakilan perempuan di panggung politik formal jumlahnya masih sangat
rendah dibandingkan dengan laki-laki. Dunia politik selalu diasosiasikan dengan ranah publik yang relatif dekat dengan laki-laki, mengingat kehidupan sosial tidak
bisa dipisahkan dari akar budayanya di mana mayoritas masyarakat di dunia masih kental dengan ideologi patriarki.
Pentingnya partisipasi politik bagi perempuan disebabkan masalah partisipasi sangat berkaitan langsung dengan masalah-masalah lain. Menurut MacKinnon dalam
To Ward a Feminist Theory of the State : hal 215 mengatakan bahwa ketika hak politik terenggut maka hak-hak lainnya akan mengikuti terenggut pula. Politik
adalah ranah yang sangat fundamental bagi pemenuhan hak-hak lainnya. Hal ini mengingatkan kita akan pendapat yang mengatakan bahwa kekejaman politik adalah
kekejaman yang paling menyengsarakan perempuan karena implikasi yang disebabkannya amat besar, yaitu dapat menggilas hak-hak perempuan di bidang lain
seperti pendidikan, kesehatan, dan aktifitas sosial lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya partisipasi perempuan di ranah
publik adalah pemahaman masyarakat umum mainstream yang menganggap bahwa perempuan yang aktif dan luas bergaul dengan siapapun seringkali dimaknai secara
peyoratif merendahkan. Partisipasi politik menurut Pary G. Moyser G dan Day N adalah bentuk keikutsertaan dalam proses formulasi, pengesahan dan pelaksanaan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
kebijakan. Bentuk nyata partisipasi ini adalah keterwakilan perempuan baik dilegislatif maupun eksekutif. Diharapkan pada kedua ranah kuasa ini, dapat terbentuk
kebijakan atau peraturan yang sensitif terhadap relasi yang adil dan setara dibarengi dengan komitmen pelaksanaannya di lapangan. Untuk ikut serta dalam partisipasi
politik guna mewujudkan keterwakilannya di parlemen, perempuan di tuntut untuk terjun pada dunia politik.
Ada beberapa ruang partisipasi strategis yang dapat dimasuki oleh komunitas
perempuan dalam era otonomi daerah. Pertama, partisipasi dalam perencanaan. Peran
ini cukup penting untuk menjamin agar rencana-rencana pembangunan daerah nantinya benar-benar agresif dan benar-benar membela kepentingan masyarakat
secara adil. Ruang-ruang partisipasi dalam hal ini antara lain dengan memberikan data-data kebutuhan obyektif masyarakat, memberikan pandangan kepada masyarakat
untuk makin katif terlibat dalam proses perencanaan, memberikan kritik yang obyektif rasional terhadap rencana-rencana pembangunan daerah, di samping
merumuskan sendiri program-program internal organisasi untuk pengembangan ke
dalam maupun untuk partisipasi ke luar organisasi. Kedua, partisipasi dalam
pengorganisasian. Dalam hal ini partisipasi itu dapat diwujudkan dalam bentuk sarana dan provokasi keterlibatan organisasi-organisasi non pemerintah dalam program-
program pembangunan daerah. Pemerataan keterlibatan lembaga-lembaga bisnis dalam pembangunan sarana-sarana umum sehingga menggairahkan partisipasi
sekaligus memeratakan pendapatan masyarakat. Begitu pula keterlibatan lembaga ormas dan LSM dalam pengembangan dalam sisi social seperti keagamaan,
pendidikan, ketenagakerjaan dan sebagainya. Kesemuanya itu harus di desakkan kepada pemerintah daerah dalam upaya menciptakan sinergi antara berbagai
komponen daerah dalam pengorganisasian pembangunan di daerah. Ketiga,
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
partisipasi dalam pelaksanaan. Ini merupakan lanjutan dari kedua bentuk partisipasi sebelumnya. Pada dasarnya dalam pelaksanaan sector-sektor pembnagunan dapat
dimasuki oleh peran komunitas perempuan. Namun demikian beberapa peran yang tampaknya lebih relevan antara lain dalam keagamaan, pendidikan, penanganan fakir
miskin, yatim piatu dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Beberapa ormas dan LSM perempuan tampaknya cukup memberi perhatian terhadap masalah konservasi
lingkungan hidup. Di samping itu masalah kekerasan terhadap perempuan kiranya juga menuntut keterlibatan aktivitas komunitas perempuan, lebih-lebih masalah
perjuangan kesetaraan gender yang secara kultural belum sepenuhnya bisa diterima oleh mayoritas komunitas. Keterlibatan dalam sektor sosial politik tampak juga mulai
menjadi ruang yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas perempuan untuk makin menjamin aspirasi dan suara perempuan dapat lebih didengar dan diakomodasikan.
Dalam hal ini komunitas perempuan harus berani untuk melakukan bargaining politik agar dapat direkrut dalam jabatan-jabatan politik baik di birokrasi maupun di lembaga
legislatif. Keempat, patisipasi dalam kontrol. Adanya anggapan bahwa kaum
perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga
menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras Fakih, 1996. Hal ini tanpa disadari telah
mendidik dan mengajarkan perempuan sebagai pengawas, membimbing dan pendidik dalam urusan domestik. Bila kemampuan ini dibawa ke dalam ranah politik, maka
perempuan memiliki kelebihan di banding laki-laki. Antara lain dalam hal ketelitian dan kecermatan. Kelebihan ini akan sangat bermanfaat apabila digunakan untuk
meneliti dan mencermati setiap tahapan proses pembangunan, baik itu dalam proses perencanaan, pengorganisasian maupun dalam pelaksanaan pembangunan. Dari
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh para aktifis perempuan bersamaan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tentang Otonomi Daerah, merupakan
hal signifikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya perempuan dalam berbagai segi kehidupan.
Menurut Naqiyah dalam Otonomi Perempuan 2005 : 78, Partisipasi politik perempuan dapat dilihat dalam tiga aspek yaitu akses, kontrol, dan suara perempuan
dalam proses pembuatan kebijakan policy making process. Realitas menunjukkan bahwa dalam tiga aspek di atas keterlibatan perempuan Indonesia sangat kurang. Hal
ini dapat dilihat bahwa hingga saat ini keterwakilan perempuan dalam arena politik sangat minim.
2.7 Partisipasi Politik Perempuan dalam Islam
Untuk memahami peran politik perempuan, pada awalnya bisa dilihat dari penghargaan Islam kepada kaum perempuan yang tampak nyata pada realitas
penerapan ajaran dan sejarah kaum muslimin sejak generasi pertama. Orang pertama yang mengimani kerasulan Muhammad SAW adalah Khadijah. Islam telah
memberikan ketetapan mengenai kesamaan status kehambaan antara laki-laki dan perempuan. Berikut beberapa bagian dari kewajiban mereka sebagai hamba Allah.
Mengenai persamaan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan dan menerima taklif keberagaman dan ibadah, Al-Quran menegaskan :
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, dan perempuan mukmin, laki- laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah telah menyediakan mereka ampunan dan pahala yang besar.QS. Al-Ahzab,33:35
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Pada dasarnya, pandangan kaum muslim mengenai perempuan yang berpolitik ini tidaklah tunggal. Maksudnya, perempuan yang berpolitik tidak bisa dilihat dari
satu sisi saja. Karena suara perempuan juga diperlukan dalam urusan pemerintahan politik. Karena masalah-masalah yang dihadapi perempuan, perempuan itu sendiri
lah yang mengetahuinya. Setidaknya menurut penuturan Syafiq Hasyim ada tiga pendapat yang berkembang yang membicarakan perempuan di dunia politik. Yaitu
Pertama, pendapat konservatif yang mengatakan bahwa Islam apalagi fiqih, sejak
kemunculannya di Mekkah dan Madinah tidak memperkenankan perempuan untuk terjun ke ruang politik. Karena mereka menganggap bahwa tempat yang terbaik buat
perempuan adalah rumahnya. Kedua, pendapat liberal progresif yang menyatakan
bahwa Islam sejak awal telah memperkenankan konsep keterlibatan perempuan dalam bidang politik. Karena, mereka berpendapat bahwa istri Rasulullah juga aktif dalam
urusan pemerintahan pada zaman itu. Ketiga, pendapat apologetis yang menyatakan
bahwa ada bagian wilayah politik tertentu yang bisa dimasuki perempuan dan ada bagian wilayah tertentu yang sama sekali tidak boleh dijamah oleh perempuan.
Wilayah yang sama sekali tidak boleh dimasuki oleh perempuan yaitu menjadi kepala negara Presiden. Sedangkan yang boleh yaitu, hanya sebatas aktif di politik. Tapi
tidak sampai menjadi kepala negara. Menurut kelompok ini, yang menjadi wilayah politik perempuan adalah menjadi ibu.
Sungguhpun kita dapat melihat perbincangan mengenai perempuan dalam wacana fiqih politik yang menjadi rujukan untuk melihat perempuan dalam khasanah
perpolitikan Islam, namun ruang itu terkesan berada pada tempat yang tidak strategis bahkan termarjinalkan. Dalam fiqih politik, misalnya, isu tentang lembaga-lembaga
pemerintahan seperti Imamah, perwakilan, kementerian wazir, dan sebagainya, terkesan lebih akrab dengan aktifitas laki-laki dibandingkan dengan aktifitas
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
perempuan. Argumentasi yang sering dipakai untuk menyerang “kelemahan perempuan” dalam kemampuannya berpolitik ini seringkali bersandar pada apa yang
disampaikan oleh seorang Ulama bernama Wahab Az Zuhaili dalam Syafiq Hasyim, “Hal-hal yang tak terpikirkan tentang isu-isu Keperempuanan dalam Islam”, yang
beranggapan bahwa politik membutuhkan kemampuan yang besar, yang tidak mungkin ditanggung oleh seorang perempuan, disamping perempuan tidak mungkin
melakukan pekerjaan-pekerjan beresiko tinggi seperti berperang. Zuhaili yang mengemukakan ketidakbolehan perempuan untuk terlibat didunia politik, termasuk
menjadi kepala negara adalah karena ia menjadi sandaran legitimasi dari hadist yang dikemukakan oleh Abu Bakrah: Lan yufliha qaumun wallahu amrahum imra’atan
Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan semua persoalannya kepada perempuan.
2.8 Hubungan Partai Politik dengan Partisipasi Politik Perempuan
Partai politik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembentukan kekuasaan negara. Melalui partai politik lah berbagai kepentingan masyarakat akan
diserap dan diadopsi dalam berbagai bentuk kebijakan negara yang dirumuskan oleh badan legislatif yang menjadi ranah formal dari berlakunya fungsi-fungsi partai
politik. Syarbaini mendefinisikan partai politik sebagai kelompok anggota yang
terorganisasi secara rapi dan stabil yang mempersatukan dan dimotivasi oleh ideologi tertentu serta berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan
melalui Pemilu. Fungsi-fungsi partai politik dalam negara demokrasi adalah melaksanakan fungsi sosialisasi politik, rekruitmen politik, partisipasi politik,
pemandu kepentingan, kontrol politik, dan sebagainya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Hagopian menyatakan bahwa partai politik adalah suatu organisasi
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek
kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan. Salah satu bentuk keterikatan primordial dalam partai adalah munculnya partai-
partai Islam. Menurut Azra dalam Bahrul Ulum 2002, sebuah partai politik dapat dikatakan Islami apabila:
1. Partai menggunakan agama Islam sebagai dasar ideologi mereka. 2. Partai yang menggunakan Pancasila sebagai dasar ideologinya, tetapi pada saat
yang sama menggunakan simbol-simbol Islam. 3. Partai yang basis massanya secara umum adalah muslim dan biasanya berhubungan
erat dengan
organisasi-organisasi sosio-religius-muslim. Dalam partai politik, seringkali perempuan dan kepentingannya yang berkaitan
dengan perempuan diabaikan. Anggapan ini berangkat dari persoalan terkait perempuan bukanlah persoalan penting untuk dipecahkan, bahkan dianggap sebagai
bukan persoalan. Pandangan di atas sebenarnya berangkat dari pemahaman atau budaya yang
tidak peka terhadap keadilan relasi sebagai akibat dari partai politik yang merupakan produk kepentingan mayoritas laki-laki. Iklim partai politik yang cenderung
mereduksi politik sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan tidak memiliki komitmen dan kepedulian terhadap persoalan-persoalan yang membutuhkan
komitmen tinggi seperti persoalan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. www.ppiuk.orgpemilu04ch8.php
. Sekalipun ada divisi pemberdayaan perempuan dalam partai politik, tidak
digunakan secara maksimal untuk mengangkat perempuan ke panggung politik. Suara perempuan dalam partai politik pun mengalami hambatan karena jumlahnya yang
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
sangat rendah, hingga mudah tersingkir oleh suara mayoritas laki-laki. Intinya, tidak ada kesadaran tersendiri bahwa persoalan pemberdayaan perempuan merupakan
persoalan yang berkaitan langsung dengan pembangunan dan kemajuan bangsa. Dengan demikian, keterwakilan perempuan dalam pemerintahan baik di
lembaga eksekutif ataupun legislatif sangat penting. Keterwakilan perempuan di legislatif akan memudahkan akses bagi persoalan perempuan untuk mengawasi dan
menyalurkan kebijakan-kebijakan yang masih tidak adil bagi hak-hak perempuan. Apabila perempuan masuk dalam lembaga-lembaga tersebut, mereka akan terlibat
langsung dalam proses kebijakan sebagai pembuat keputusan decision makers. Adanya irrelevansi ketidaksesuaian antara tingkat partisipasi politik
perempuan dalam partai-partai islam dengan jumlah keterwakilan perempuan dilansir Burhanuddin karena penggunaan politik mar’atus shalihah perempuan salehah.
Perempuan salehah diartikan secara formal dan tekstual hanya perempuan yang menurut kepada suami, tinggal dirumah, segregasi seksual pemisahan berdasar
kelamin di ruang publik, yang membagi dua kotak, yaitu kotak laki-laki dan kotak perempuan. Padahal jika merujuk praktik mar’atus shalihah pada masa Nabi tidaklah
demikian. Para perempuan salehah masa itu ikut berperan aktif dalam kehidupan publik sosial-politik-ekonomi tanpa harus di cap sebagai perempuan tidak taat dan
cap-cap negatif lainnya.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2.9 Keterwakilan Politik Perempuan
Perjuangan menggolkan keterwakilan perempuan bukan semata-mata memperjuangkan kuantitas saja, yang paling penting daripada itu adalah kualitas
perempuan. Bagaimana perempuan dapat memiliki kepekaan dan komitmen untuk mewujudkan kesetaraan, keadilan, dan pemberdayaan perempuan.
Ada beberapa alasan pentingnya keterwakilan perempuan dalam lembaga politik dan dalam pengambilan keputusan publik, yaitu:
1. Keterwakilan perempuan minimal 30 akan membuat perempuan lebih
berdaya untuk terlibat dalam berbagai permasalahan yang tidak mendapat perhatian selama ini di Indonesia. Misalnya Angka Kematian Ibu yang tinggi,
kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual dan pemerkosaan, dan sebagainya.
2. Keterwakilan perempuan 30 akan membuat perempuan lebih berdaya untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan perempuan Indonesia yang masih rendah.
3. Keterwakilan perempuan minimal 30 akan membuat perempuan lebih
berdaya untuk terlibat dalam pembuatan budget berperspektif gender. Penggunaan analisa berperspektif gender akan meningkatkan efektivitas
kebijakan sehingga penggunaan uang publik juga akan memperhatikan perspektif gender tersebut.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini dimaksudkan karena peneliti ingin mendapatkan gambaran yang
lebih cermat, lengkap dan mendalam tentang objek penelitian, yang dalam hal ini tentang Partisipasi Politik Perempuan di Partai Keadilan Sejahtera PKS Kota
Medan. Dan faktor penyebab rendahnya tingkat keterwakilan perempuan PKS di Kota Medan.
3.2 Definisi Konsep
Yang dimaksud dengan partisipasi politik dalam penelitian ini adalah keterlibatan aktif perempuan di Partai Keadilan Sejahtera dalam membuat keputusan,
mempengaruhi proses pengambilan keputusan, mempengaruhi kebijakan pemerintah termasuk yang berkaitan dengan keterlibatan aktif setiap individu perempuan dalam
hierarki sistem politik khususnya di lembaga Legislatif. Pada hasil akhirnya akan di lihat jumlah keterwakilan perempuan Partai Keadilan Sejahtera yang berhasil duduk
di Parlemen.
3.3 Penentuan Informan
Untuk memperdalam analisis data yang berkaitan dengan Partisipasi Politik Perempuan di Partai Keadilan Sejahtera serta faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya tingkat keterwakilan perempuan dalam bidang politik di Partai Keadilan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Sejahtera, maka akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan informan yaitu anggota dan para pengurus di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan.
Sebelum melakukan wawancara secara mendalam, maka penulis terlebih dahulu menetukan beberapa informan kunci sebagai sumber data. Informan kunci yaitu orag
yang dianggap lebih mengerti dan mengetahui serta memahami pokok permasalahan yang akan digali. Informan kunci yang paling utama adalah para pengurus di DPD
PKS Kota Medan. Selain itu, penulis juga akan mewawancarai beberapa pengurus dari DPC dari Medan Johor. Untuk memperkuat data yang diinginkan dalam
penelitian ini, maka wawancara yang dilakukan tidak dibatasi hanya pada pengurus perempuan saja, tetapi juga pengurus laki-laki.
Informan yang dipilih, adalah informan yang sesuai dengan permasalahan yang penulis ambil. Jumlah informan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 15 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel profil informan di bawah ini.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa bentuk kegiatan atau teknis untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
• Wawancara mendalam depth interview. Untuk mendapatkan data, maka
penulis akan melakukan wawancara mendalam dengan berbagai informan berdasarkan pedoman wawancara.
Hal – hal yang akan ditanyakan seperti: bagaimana sebaiknya cara yang paling tepat untuk meningkatkan keterwakilan perempuan, pandangan PKS terhadap
partisipasi politik perempuan, bagaimana kondisi politik sekarang kaitannya dengan perempuan, bagaimana dengan kuota 30 bagi perempuan di
Parlemen. •
Studi dokumentasi pengumpulan data dalam bentuk dokumen tertulis. Data yang dimaksud bisa merupakan undang-undang, peraturan, kliping koran,
hasil studi riset, pernyataan, teori yang relevan, laporan serta bahan lain yang relevan.
• Browsing dan clipping print. Untuk mendapatkan bahan yang lebih lengkap,
maka penulis akan melakukan pencarian bahan penulisan melalui media Internet.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut: data yang diperoleh dari lapangan, akan dikumpulkan dan diklasifikasikan disusun, dan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
disajikan serta di analisis diinterpretasikan sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.
3.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Medan. Tepatnya di Dewan Pengurus Daerah DPD Partai Keadilan Sejahtera Jln. Bhayangkara No. 162 Medan.
3.7 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini di jadwalkan mulai pada bulan Maret 2009.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan keseluruhan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung dilapangan. Adapun teknik yang dilakukan penulis dalam
mengumpulkan data adalah dengan melakukan wawancara langsung kepada pengurus DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan. Kemudian data yang didapat dari hasil
wawancara akan langsung dianalisis.
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2008, kota Medan memiliki luas daerah sekitar 265,10 km atau 3,6 dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Secara geografis, kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Kota ini terletak di 2 .27
° – 2 .47
°
Lintang Utara dan 98 .35
° – 98 .44
°
Bujur Timur. Topografi kota Medan cenderung miring ke Utara. Kota Medan berada pada
ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.
4.1.2 Kondisi Demografis
Meski luas kota Medan relatif lebih kecil dibandingkan kabupatenkota lain di Sumatera Utara, tapi dari segi jumlah penduduk, kota Medan adalah yang terbesar.
Berdasarkan data BPS tahun 2008, Medan memiliki luas wilayah mencapai 265,10 km, kepadatan penduduk kota Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Dengan perincian,
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
jumlah perempuan sebanyak 1.048.460 orang, dan laki-laki sebanyak 1.034.696 orang.
Penduduk kota Medan terdiri dari banyak etnis dan ragam agama. Meski disebut penduduk aslinya Karo dan Melayu, namun perkembangan terakhir menunjukkan
bahwa etnis Jawa justru yang terbanyak jumlahnya, disusul etnis Tapanuli. Dari lima agama yang ada di Indonesia, Islam merupakan agama dengan pemeluk yang terbesar
di Medan. Disusul agama Kristen Protestan.
Tabel 4. Komposisi Pemeluk Agama di Medan No Agama
Jumlah
1. Islam 1,372,201
68,4 2. Protestan
362,510 18,7
3. Katolik 57,576
2,9 4. Hindu
13,241 0,7
5. Budha 200,614
9,9 Total
2,006,142 100
Sumber : BPS Kota Medan, Medan dalam Angka Tahun 2008
4.2 Latar Belakang Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera PKS 4.2.1 Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera
Partai Keadilan Sejahtera, adalah pelanjut dari Partai Keadilan. Sebelum melihat jauh tentang Partai Keadilan Sejahtera PKS kita harus melihat sejarah Partai
Keadilan. Partai Keadilan PK adalah partai yang didirikan di Jakarta pada Senin, 26 Rabiul Awal 1419H yang bertepatan dengan 20 Juli 1998. Dan kemudian di
deklarasikan di Jakarta pada hari Ahad, 9 Agustus 1998 di depan 50.000 pendukungnya yang memadati lapangan luas Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan. Partai Keadilan Sejahtera pada awalnya adalah Partai Keadilan yang bergerak
melalui gerakan dakwah di kampus yang kemudian menjelma menjadi gerakan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
politik. Partai Keadilan PK identik dengan partai Islam. Partai ini didirikan oleh sejumlah aktivis dan intelektual muda muslim, seperti Dr. M. Hidayat Nur Wahid,
M.A, Lutfi Hassan Khaq, M.A dan Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, M.Sc. Nur Mahmudi kemudian diangkat menjadi Presiden Partai Keadilan dengan Sekretaris
Jenderalnya adalah H. Anis Matta, L.c Untuk menggambarkan sejarah perjalanan pergerakannya, dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 5. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera Tahun 1998
Sejarah
20 Juli 1998 Partai Keadilan PK didirikan di Jakarta. Hal tersebut dinyatakan
dalam konfrensi pers di Aula Mesjid Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta.
9 Agustus 1998 Deklarasi PK dilapangan Mesjid Al-Azhar, Kebayoran Baru Jakarta.
Dihadiri oleh 50.000 massa. 19 September 1998
PK menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK, Dr. Ir Nurmahmudi
Ismail dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY.
3-6Desember 1998 Musyawarah Kerja Nsional I digelar dikampung Wisata insan Krida
KWIK, Parung-Bogor. Dan ditutup di hotel Cempaka, Jakarta setelah sebelumnya melakukan konvoi kendaraan dari Bogor-Jakarta.
Tahun 1999 Sejarah
19 Februari 1999 KH. Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI dari
Partai Keadilan. 30 Mei 1999
Delapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara hasil Pemilu 1999. Kedelapan
partai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Umat, Partai Umat Islam, PPII Masyumi, PNU, PBB, dan PSII 1905.
3 Juni 1999 Ribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan memenuhi janji mereka
untuk “memutihkan” Ibukota serta berkumpul diBundaran HI menandai berakhirnya kampanye partai tersebut di Jakarta.
2 Agustus 1999 Partai Keadilan PK menandatangani hasil penghitungan suara
Pemilu dengan catatan Pemilu relatif luber dan tidak jujur dan adil jurdil. Keputusan ini diambil PK dengan pertimbangan adanya
reaksi positif berupa pengakuan dari Panitia Pengawas Panwaslu bahwa Pemilu 1999 yang baru lalu masih jauh dari jurdil.
Penandatanganan hasil Pemilu dilakukan dikantor KPU,Senin sore
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
28. 20 Oktober 1999
PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan dalam kabinet pemerintahan KH.Abdurrahman Wahid.
21 Oktober 1999 PK menunjuk Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail MSc sebagai calon menteri
yang diajukan karena memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas.
Tahun 2000 Sejarah
16 April 2000 Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail mengundurkan diri dari Jabatan Presiden
Partai dan selanjutnya akan berkonsentrasi di kementerian Kehutanan dan Perkebunan.
18-21 Mei 2000 PK menggelar Musyawarah Nasional I di Hotel Bumiwiyata, Depok.
21 Mei 2000 Dr. Hidayat Nurwahid, MA terpilih sebagai Presiden kedua Partai
Keadilan menggantikan Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail dalam Musyawarah Nasional I PK diHotel Bumiwiyata, Depok.
3 Agustus 2000 Delapan Partai Islam PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PS
II 1905 menggelar acara sarasehan dan Silaturrahim Partai-partai Islam di Mesjid Al-Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam
Amandemen UUD 1945.
12 Oktober 2000 DPP Partai Keadilan PK menemui Wakil Ketua DPR RI Soetardjo
Soerjogoeritno digedung DPR RI dan meminta delegasi IPU DPR RI untuk mengusahakan resolusi yang didalamnya tidak hanya
mengecam keras Israel, tapi seklaigus mengeluarkan Israel dari keanggotaan IPU.
13 Oktober 2000 Puluhan ribu massa PK yang berunjuk rasa dihalaman Gedung DPR.
Di bawah tangga gedung paripurna DPR aktivis PK membakar bendera Israel. PK meminta agar RI konsisten dengan sikap
menyesalkan, menolka dan mengecam Israel menyusul penyerangan ke Palestina.
9 November 2000 PK menggelar acara Gelar Sambut Ramadhan. Masyarakat dan
pemimpin bangsa diingatkan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ribuan massa PK dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan
Bekasi menghadiri acara Gelar Sambut Ramadhan. Tabligh Akbar ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan, Ahad 1911 pagi.
Tahun 2001 Sejarah
20 Januari 2001 PK menggelar Silaturrahmi dan Halal Bihalal di Silang Monas,
Jakarta. Dalam orasinya Presiden PK Hidayat Nurwahid menyatakan PK berlepas diri dari segala efek negatif pola dan produk
kepemimpinan kontroversial kontraproduktif yang dilakukan Presiden Abdurrahman Wahid.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2 Maret 2001 DPP PK mengadakan bakti sosial di provinsi Banten yang terkena
musibah banjir dan tanah longsor. 8 Oktober 2001
Lebih dari 150 anggota Legislatif dari PK dari seluruh Indonesia, senin 810 mendatangi Kedubes Amerika Serikat di Jlan Merdeka
Barat dan bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu melakukan aksi menentang terorisme AS.
19 Oktober 2001 PK gelar demo besar menentang Agresi Militer AS ke Afganistan.
Aksi besar ini diikiti 40.000 orang dan mendapat pujian dari berbagai pihak karena berlangsung damai dan tertib. Dalam aksi itu dibentuk
Komite Indonesia untuk Solidaritas Afganistan KISA yang diketuai oleh Dr. Salim Segaf Al Djufri.
Tahun 2002 Sejarah
7 April 2002 PK gelar aksi keadilan untuk Palestina menentang aksi terorisme Isrel
atas bangsa Palestina di Silang Monas, Jakarta. PK juga membentuk Komite Keadilan untuk pembebasan Al Aqsha KKPA yang diketuai
oleh Dr. Ahzami Zami’un Jazuli.
25 Mei 2002 PK gelar acara Gerak Jalan Keluarga GJK menyambut Maulid Nabi
1423H dari Silang Monas – MH.Thamrin – Bundaran HI – Silang Monas.
8 Juni 2002 15 pimpinan parpol yang tidak memenuhi ketentuan electoral
threshold dua persen berdasar Undang-Undang UU PemiluNomor 3 tahun 1999 sepakat menandatangani dokumen bersama di Hotel
Sahid, Jakarta, untuk menolak pemberlakuan ketentuan tersebut. Mereka juga menuntut agar semua parpol peserta Pemilu 1999
diikutkan lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parpol yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kursi di DPRDPRD. Partai yang
terlibat pada pertemuan yang diprakarsai Partai Keadilan dan Persatuan PKP, yaitu Partai Keadilan PK, Partai Demokrasi Kasih
Bangsa, Partai Nahdlatul Umat, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia, Partai Katolik Demokrat, Partai
Daulat Rakyat, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Persatuan, Partai Syarekat Islam Indonesia, Partai Nasional
Indonesia Massa Marhaen, Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai
Kebangkitan Umat.
Tahun 2003 Sejarah
9 Februari 2003 Rarusan ribu massa pendukung PKS berunjuk rasa menolak serangan
AS ke Irak di sepanjang Jl. MH.Thamrin hingga kedubes AS. 20 Maret 2003
Sekali lagi, PK bersama PKS menggelar aksi damai menentang serangan AS ke Irak disepanjang Jl. MH. Thamrin hingga Kedubes
AS. Aksi diikuti oleh 30.000 massa.
30 Maret 2003 PKS bersama Komite Indonesia untuk Solidaritas Rakyat Irak
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
KISRAserta seluruh elemen masyarakat menggelar aksi ‘Sejuta Umat’ dari Bundaran HI hingga kedubes AS, Jakarta. Aksi ini
merupakan aksi terbesar sepanjang massa dan mampu mengusik para pemimpin dunia.
17 April 2003 Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di
Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi, merekomendasikan PK untuk bergabung dengan PKS.
20 April 2003 Deklarasi DPP PKS di Silang Monas, Jakarta. Yang dihadiri oleh
40.000 massa. 26 Mei 2003
PK dan PKS mendeklarasikan Crisis Centre untuk Rakyat Aceh CCRA dihalaman Mesjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru,
Jakarta. CCRA dimaksudkan untuk membantu rakyat Aceh yang tengah dilanda konflik berkepanjangan.
4 Juni 2003 DPP PKS dinyatakan lulus verifikasi oleh Depkehham. Verifikasi
dilakukan dikantor sekretariat Jl. Mampang Prapatan VIII No.R2, Jakarta.
5 Juni 2003 PK selenggarakan acara ‘Silaturahim Nasional Anggota Legislatif
Partai Keadilan di Wisma DPR, Cikupa, Cisarua, Bogor yang diikuti oleh 180 anggotaDewan dari seluruh Indonesia.
8 Juni 2003 PK gelar ‘Dzikir dan Doa untuk Rkayat Aceh’dihalaman Mesjid
Agung Al-Azhar Jl. Patimura Kebayoran Baru, Jakarta diikuti oleh ribuan massa.
10 Juni 2003 PK bersama PKS melakukan aksi demonstrasidi depan Gedung
MPRDPR Jl. Gatot Subroto, Jakarta. Untuk mendukung disahkannyaRUU Sisdiknas oleh DPR RI.
2 Juli 2003 PKS telah menyelesaikan seluruh proses verifikasiDepartemen
Kehakiman dan HAM Depkehham di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah setingkat Provinsi dan Dewan Pimpinan Daerah setingkat
Kabupatenkota. Ini berarti PK Sejahtera telah melengkapi 100 persyartan verifikasi Depkehham.
3 Juli 2003 PK bergabung dengan PKS yang dilakukan dikantor pengacara Tri
Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota Dewan
dan para kadernya.
20 Juli 2003 Musyawarah Majelis Syuro I PKS yang berlangsung diruang
Binasentra, komplek Bidakara, Jakarta. Menetapkan delapan kriteria Calon Presiden capres RI versi PKS. Selain itu dicanangkan juga
mekanisme pemilihan capres melalui Jaring Capres Emas.
22 Juli 2003 Ribuan massa PKS melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Bulog, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan. PKS menolak kebijakan Bulog seperti beras impor
dan dana talangan Sukhoi yang dinilai menyengsarakan ribuan petani.
8 Agustus 2003 DPP PKS mencanangkan program Safari ‘Aam Intikhobi Tahun
Pemenangan Pemilu, yaitu program safari tokoh-tokoh partai ke berbagai daerah untuk mensosialisasikan dan mensukseskan Pemilu
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2004. acara berlangsung di Aula Mesjid Baitussalam, Duren Tiga, Jakarta.
Sumber: www.pk-sejahtera.org
Tahun 2009
.
4.2.2 Arah Kebijakan Umum Partai Keadilan Sejahtera 4.2.2.1 Visi Partai Keadilan Sejahtera
Visi Umum:
“ sebagai partai dakwah penegak keadilan dan kesejahteraan dalam bingkai persatuan ummat dan bangsa “.
Visi Khusus:
Partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani.
Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai berikut: 1.
Partai dakwah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam didalam proses
pembangunan kembali umat dan bangsa diberbagai bidang. 3.
Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang
rahmatan lil ‘alamin.
4.2.2.2 Misi Partai Keadilan Sejahtera
1. Menyebarluaskan dakwah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir
taghyir. 2.
Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami diberbagai bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi.
3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi
penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan
dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya. 5.
Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.
6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan
berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan Wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen bangsa
lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi. 7.
Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak kezaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.
4.2.2.3 Platform Partai Keadilan Sejahtera
1. Mempelopori reformasi sistem politik, pemerintahan dan birokrasi, peradilan
dan militer agar tetap berkomitmen terhadap penguatan demokrasi. 2.
Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan fungsi dan wewenangnya sebagai suatu keniscayaan yang harus dijalani, demi
perubahan hubungan ketatanegaraan yang lebih baik. 3.
Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh
dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas bersih, peduli dan profesional.
4. Membangun sistem politik yang sehat, penegakan hukum yang adil dan
hankam yang mantap. 5.
Mengentaskan kemiskinan,mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat melalui strategi pemerataan pendapatan,
pertumbuhan bernilai tambah tinggi dan pembangunan berkelanjutan yang
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
dilaksanakan melalui langkah-langkah utama berupa pelipatgandaan produktifitas sektor pertanian, kehutanan dan kelautan; peningkatan daya
saing industri nasional dengan pendalaman struktur dan upgrading kemampuan teknologi dan pembangunan sektor-sektor yang menjadi sumber
pertumbuhan baru berbasis resource dan knowledge. 6.
Menuju pendidikan berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang seluas- luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia.
4.2.2.4 Prinsip Kebijakan
Secara umum prinsip kebijakan dasar yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera terefleksi utuh dalam jati dirinya sebagai Partai Dakwah. Sedangkan dakwah yang
diyakini Partai Keadilan Sejahtera adalah dakwah rabbaniyah yang rahmatan lil’alamin, yaitu dakwah yang membimbing manusia mengenal Tuhannya dan dakwah
yang ditujukan kepada seluruh ummat manusia yang membawa solusi bagi permasalahan yang dihadapinya.
Atas dasar itu maka dakwah menjadi poros utama seluruh gerak partai. Maka prinsip-prinsip yang mencerminkan watak dakwah berikut telah menjadi dasar dan
prinsip setiap kebijakan politik dan langkah operasionalnya.
Prinsip-prinsip Kebijakan Partai Warjio,2008:
1. Al-Syumuliyah Lengkap dan Integral
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Sesuai dengan karakteristik dakwah Islam yang syamil, maka setiap kebijakan partai akan selalu dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai aspek,
memandangnya dari berbagai perspektif, dan mensinkronkan antara satu aspek dengan aspek lainnya.
2. Al-Ishlah Reformatif Setiap kebijakan, program, dan langkah yang ditempuh Partai selalu berorientasi
pada perbaikan ishlah, baik yang berkaitan dengan perbaikan individu, masyarakat, ataupun yang berkaitan dengan perbaikan pemerintahan dan negara, dalam rangka
meninggikan kalimat Allah, memenangkan syariatNya, dan menegakkan DaulahNya. 3. Al-Syar’iyah Konstitusional
Syariah yang berisi hukum-hukum Allah SWT telah menetapkan hubungan pokok antara manusia terhadap Allah hablum min Allah dan hubungan terhadap diri sendiri
dan orang lain hablum minnan-nas. Menjunjung tinggi syari’ah, ketundukan, dan komitmen kepadaNya dalam seluruh aspek kehidupan merupakan kewajiban setiap
muslim sebagai konsekuensi keimanannya. Komitmen itu terwujud dalam bentuk keteguhan al-istimsak kepada al-haq, bulat hati dan percaya penuh kepada Islam
sebagai ajaran yang lurus dan konprehensif yang harus ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan dengan tetap menjaga fleksibilitas sebagai ciri dari syari’at Islam
serta mempertimbangkan aspek legalitas formal yang tidak bertentangan dengan syari’ah. Demi terwujudnya makna kemerdekaan sejati semua peraturan yang ada
dalam Al-Quran dan As-Sunnah menjadi dasar konstitusi bagi seluruh kebijakan, program dan perilaku politik. Sebab kemandirian refrensi syari’at pada kekuasaan
negara dan penegak hukum memberikan jaminan penting dalam merealisir amanah dan melawan kezaliman.
4. Al-Wasathiyah Moderat
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Masyarakat muslim disebut sebagai masyarakat “tengah” ummatan wasatha. Simbol moralitas masyarakat Islam tersebut melahirkan prilaku, sikap, dan watak
moderat wasathiyah dalam sikap dan interaksi muslim dengan berbagai persoalan. Al-wasathiyah yang telah menjadi ciri Islam baik dalam aspek-aspek nazhariyah
teoritis dan amaliyah operasional atau aspek tarbiyah pendidikan dan tasyri’iyah perundang-undangan harus merefleksi pada aspek ideologi ataupun tashawwur
persepsi, ibadah yang bersifat ritual, akhlak, adab tata krama, tasyri’ dan dalam semua kebijakan, program dan prilaku politik Partai Keadilan Sejahtera. Dalam
tataran praktis sikap sikap kemoderatan ini dinyatakan pula dalam penolakannya terhadap segala bentuk ekstremitas dan eksageritas kezaliman dan kebathilan.
5. Al-Istiqamah Komit dan Konsisten Oleh sebab berpegang teguh kepada ajaran dan aturan Islam merupakan ciri
seorang muslim maka komitmen dan konsistensi kepada gerakan Islam harus menjadi inspirasi setiap geraknya. Konsekuensinya seluruh kebijakan, program, dan langkah-
langkah operasional Partai harus istiqamah taat asas pada “hukum transeden” yang ditemukan dalam keseluruhan tata alamiah dan dalam keseluruhan proses sejarah
ayat-ayat KauniyatNya, dalam kitab-kitabNya ayat-ayat QawliyatNya dan dalam Sunnah Rasulullah SAW, dalam konsensus ummat, serta dalam elaborasi tertulis oleh
para mujtahid yang berkompeten mengeluarkan hukum-hukum terhadap masalah yang benar-benar tidak ditemukan secara tekstual dalam risalah orisinal Al-Quran
dan Al-Sunnah. Konsistensi menuntut kontinuitas al-istimrar dalam gerakan dalam arti adanya kesinambungan antara kebijakan dan program sebelumnya.
6. Al-Numuw wa al-Tathawwur Tumbuh dan Berkembang Konsistensi yang menjadi watak Partai Keadilan Sejahtera tidak boleh melahirkan
stagnan bagi gerakan dan kehilangan kreatifitasnya yang orisinal. Maka prinsip al-
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
numuw wa al-tathawwur pertumbuhan yang bersifat vertikal dan perkembangan yang bersifat horizontal harus menjadi prinsip gerakannya dengan tetap mengacu kepada
kaidah yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Oleh karena itu Partai dalam kebijakan, program dan langkah-langkah operasionalnya harus tetap konsern kepada
pengembangan potensi SDM hingga mampu melakukan eksalarasi mobilitas vertikal dan perluasan mobilitas horizontal.
7. Al-Tadarruj wa Al-Tawazun Bertahap, Seimbang, dan Proporsional. Pertumbuhan dan perkembangan gerakan dakwah partai mesti dilalui secara
bertahap dan proporsional, sesuai dengan sunnatullah yang berlaku dijagat raya ini. Seluruh sistem Islam berdiri diatas landasan kebertahapan dan keseimbangan.
Kebertahapan dan keseimbangan merupakan tata alamiah yang tidak akan mengalami perubahan. Manusia secara fitrah tercipta dalam kebertahapan dan keseimbangan
yang nyata. Maka semua tindakan manusia, lebih-lebih tindakan politik, yang berupaya memisahkan diri dari kebertahapan, keserasian dan keseimbangan akan
berakibat pada kehancuran yang karenanya dapat dikategorikan sebagai kejahatan bagi kemanusiaan dan lingkungan sejagat. Oleh sebab itu kebertahapan dan
keseimbangan tadarruj dan tawazun harus melekat dalam seluruh kiprah partai, baik dalam kiprah individu fungsionaris dan pendukungnya ataupun kiprah kolektifnya.
8. Al-awlawiyat wa Al-Mashlahah Skala Prioritas dan Prioritas Kemanfaatan Efektifitas sebuah gerakan salah satunya ditentukan oleh kemampuan gerakan
tersebut dalam menetukan prioritas langkah dan kebijakannya. Sebab segala sesuatu mempunyai saat dan gilirannya. Amal perbuatan memiliki keutamaan yang
bertingkat-tingkat pula, dari yang bersifat strategis, politis, sampai ke yang bersifat taktis. Prinsip al-awlawiyat dalam gerakan pada hakekatnya refleksi dari budaya
berfikir strategis. Oleh sebab itu kebijakan, program, dan langkah-langkah
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
operasionalnya didasarkan kepada visi dan misi partai. Prinsip al-awlawiyat dapat melahirkan efisiensi dan efkektifitas gerakan.
Disamping itu, Partai Keadilan Sejahtera yakin bahwa sebaik-baik muslim adalah yang paling bermanfaat bagi kepentingan manusia. Maka pada hakikatnya mashlahah
ummat menjadi dasar dan prinsip dalam kebijakan, program, dan langkah-langkah operasionalnya. Untuk itu ia akan tetap konsern terhadap semua persoalan yang
dihadapi ummat. Kepentingan ummat selalu menjadi pertimbangan dan prioritas. Maka baik dalam kebijakan ataupun dalam sikap dan operasioanl harus selalu
memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kepentingan ummat. Kepentingan ummat harus diletakkan di atas kepentinagn kelompok dan individu.
9. Al-Hulul Solusi Partai Keadilan Sejahtera sesuai denagn namanya, ia memperjuangkan aspek-
aspek yang tidak hanya berhenti pada janji, teori maupun kegiatan yang tidak dirasakan manfaatnya oleh ummat. Keadilan dan kesejahteraan haruslah
diperjuangkan dengan ihsan dan itqon profesional, itulah yang mengharuskan partai dan aktivisnya mengarahkan aktivitas dan program partai untuk menjadi solusi dan
merealisirnya disetiap aktivitas yang mereka tempuh. 10. Al-Mustaqbaliyah Orientasi masa depan
Pada kenyataannya tiga dimensi waktu masa lalu, masa kini, dan masa mendatang merupakan realitas yang saling berhubungan. Disadari, sasaran dakwah
yang akan diwujudkan merupakan sasaran besar, yaitu tegaknya agama Allah di bumi yang menyebarluaskan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia, yang
bisa jadi yang akan menikmati keberhasilannya adalah generasi mendatang. Maka seyogyanya setiap kebijakan yang diambil dan program-program yang dicanangkan
mengaitkan ketiga dimensi waktu tersebut. Masa lalu sebagai pelajaran, masa kini
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
sebagai realitas, dan masa depan sebagai harapan. Keadaan yang kita geluti sekarang merupakan refleksi masa lalu kita dan sekaligus akan menentukan masa depan kita.
Maka sangat bijak kalau kebijakan, program, dan langkah-langkah yang ditempuh tidak mengenyampingkan ketiga dimensi waktu tersebut dan selalu berorientasi pada
masa depan, tidak hanya memikirkan nasib kita sekarang ini. 11. Al-‘Alamiyah Bagian dari dakwah sedunia
Pada hakekatnya gerakan dakwah Islamiyah, baik tujuan ataupun sasaran yang akan dicapai, bersifat ‘alamiyah mendunia sejalan dengan universalitas Islam. Hal
itu telah menjadi sunnatudda’wah. Ia merupakan aktivitas yang tidak kenal batas etnisitas, negara atau daerah tertentu. Kenyataan itu menegaskan bahwa eksistensi
dakwah kita merupakan bagian dari dakwah ‘alamiyah. Oleh sebab itu prinsip kebijakan dakwah kita tidak lepas dari kebijakan dan gerakan dakwah sedunia.
Adalah suatu kemestian setiap kebijakan yang diambil, program yang dicanangkan, dan langkah-langkah yang ditempuh selaras dengan kebijakan dakwah yang bersifat
alami dan tunduk pada sunnatudda’wah tersebut dengan tidak melikuidasi persoalan khas yang dihadapi dimasing-masing wilayah.
4.3 Struktur Organisasi Partai Keadilan Sejahtera
Struktur Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama antara sesama anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur
organisasi menyediakan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing- masing diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya.
Hubungan kerja dalam sebuah organisasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur
organisasi dimana merupakan gambaran sistematis dengan orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Struktur organisasi partai terdiri dari: 1. Struktur Organisasi partai ditingkat pusat adalah:
1. Majelis Syuro 2. Dewan Pimpinan Tingkat Pusat
3. Majelis Pertimbangan Pusat 4. Dewan Pengurus Pusat
5. Dewan Syari’ah Pusat 2. Struktur organisasi partai ditingkat Provinsi adalah:
1. Majelis Pertimbangan Wilayah 2. Dewan Pengurus Wilayah
3. Dewan Syari’ah Wilayah 3. Struktur organisasi partai ditingkat KabupatenKota adalah:
1. Majelis Pertimbangan Daerah 2. Dewan Pengurus Daerah
3. Dewan Syari’ah Daerah 4. Struktur organisasi partai ditingkat kecamatan adalah Dewan Pengurus Cabang.
5. Struktur organisasi partai ditingkat kelurahandesadengan sebutan lainnya adalah Dewan Pengurus Ranting.
6. Selain struktur organisasi diatas, partai membentuk Unit Pembinaan dan Pengkaderan Anggota.
4.4 Ideologi Partai
Partai Keadilan Sejahtera berasaskan Islam. Sebagai partai yang berasaskan Islam Partai Keadilan Sejahtera menyusun platform yang sangat dipengaruhi corak
dan garis pemikiran keIslaman. Secara umum para kader PKS mengikuti garis
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
pemikiran Islam modern tetapi berbeda dengan garis pemikiran Islam modern Masyumi, Partai Bulan Bintang, ataupun Muhammadiyah. Disamping mengikuti
pemikiran modernis, komunitas pendukung PKS juga memiliki amalan ritual yang dekat dengan komunitas Nahdiyin NU yakni pengamalan wirit tertentu yang
seragam, yang wajib dibaca setiap hari dua kali, menjelang magrib dan setelah shalat subuh, yang disebut dengan wirit al-matsurat. PKS adalah Partai Dakwah yang
bercita - cita menegakkan syariat Islam di Indonesia. Namun cita - cita ini harus berada dalam kerangka persatuan dan kesatuan ummat dan bangsa, dengan
menjalankan kewajiban sebagai ummat Islam tanpa menafikkan golongan lain.
4.5 DPD PKS Kota Medan
DPD adalah lembaga eksekutif yang berada ditingkat KabupatenKota. Di dalam strukturnya DPD terdiri dari seorang Ketua Umum, beberapa ketua bidang dan
beberapa ketua badan, seorang sekretaris umum dan beberapa wakil sekretaris umum, seorang bendahara umum dan beberapa orang wakil bendahara umum, serta beberapa
bagian. Dikarenakan PKS adalah partai yang sentralistik, jadi DPD harus menunggu
program turunan dari DPP dan DPW. Namun, meskipun sentralistik PKS tidak bersifat otoriter dan kaku dalam pelaksanaan program-program kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkannya. Setelah DPP mengeluarkan program, maka DPW maupun DPD dapat menyelaraskan program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-
masing Dewan Pengurus. DPD juga mmepunyai fungsi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari kegiatan korupsi dan mencetak kader-kader
yang berkualitas dan membangun jati diri para kader sehingga terciptanya kader-kader
yang “bersih dan peduli”.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Meskipun kader-kader di DPD PKS Medan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda yang terdiri dari orang-orang muda, namun terlihat keseriusan dan
keaktifan mereka dalam menjalankan tugas yang telah diberikan. Menyangkut pendanaan, selain berasal dari Binsos Bina Sosial, para anggota Legislatif, proposal-
proposal, para kader juga tidak segan-segan berswadaya secara bersama-sama dalam menanggulangi pendanaan demi kelancaran program-program mereka yang telah
digariskan sebelumnya. Adapun bidang-bidang yang ditangani DPD PKS Kota Medan adalah:
1. Bidang Ekuintek Ekonomi, Informasi, dan Teknologi diketuai oleh Zahrul Ulum Amd.
2. Bidang Kesra Kesejahteraan Umum diketuai oleh Ernawati Ginting, S.si 3. Bidang Polhukam Politik, Hukum dan Keamanan diketuai oleh Dhiyaul
Hayati, S.Ag 4. Bidang Kewanitaan diketuai oleh Sri heriyani, S.Si
5. Bidang Kepemudaan diketuai oleh Drs. Rudi Musito 6. Bidang Pembinaan Kader diketuai oleh Tarjo,St
4.6 Komposisi Perempuan PKS Medan KP-PKS Pimpinan Daerah Kesatuan Masa Bakti 2004-2009
SRI HERIYANI
Ketua
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Gambar 3. Komposisi Perempuan PKS Medan KP-PKS Pimpinan Daerah Kesatuan Masa Bakti 2004-2009
4.7 Kebijakan Rekruitmen Partai Keadilan Sejahtera Terhadap Perempuan
4.7.1 Rekruitmen dalam Kepengurusan Partai
Rekruitmen dalam kepengurusan Partai Keadilan Sejahtera dilakukan dalam pentahapan dan salah satu pentahapan dimaksud pertama kali untuk diangkat menjadi
anggota partai adalah setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota partai sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia.
Syarat-syarat keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera adalah sebagai berikut: Setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera,
dengan syarat Pasal 1 dan 2 1.
Warga Negara Indonesia, laki-laki maupun perempuan. 2.
Berusia tujuh belas tahun keatas, atau sudah menikah. 3.
Berkelakuan baik. 4.
Setuju dengan visi, misi, dan tujuan partai. 5.
Mengajukan permohonan menjadi anggota partai kepada Sekretariat Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah.
6. Melaksanakan dan disiplin dengan kewajiban-kewajiban keanggotaan.
DONI HARDINI SIREGAR
Pemberdayan Perempuan
IRFAH HELENA
Jaringan Lembaga Wanita
SYUKRILA
Kajian Wanita
NUR AISYAH ASWANI
MARIANUM
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
7. Mengucapkan janji setia pada prinsip-prinsip dan disiplin partai, sesuai
dengan jenis atau jenjang keanggotaannya. Setelah mengikuti persyaratan sebagaimana dimaksud diadakan penilaian-
penilaian terhadap hasil dari pendidikan dan pelatihan kader partai, untuk kemudian selanjutnya diadakan penetapan pengurus partai yang baru oleh hasil rapat
musyawarah pengurus partai yang lama, atas dasar pertimbangan. Baik yang dilakukan dalam rapat selanjutnya di tingkat Majelis Pertimbangan Daerah tingkat
kota. Selanjutnya Dewan Pimpinan Pusat berwenang mengesahkan komposisi dan Personalia DPD kota dengan memperhatikan hasil musyawarah Dewan Pimpinan
Tingkat Wilayah. Dalam hal pengorganisasian, Partai Keadilan Sejahtera mempunyai mekanisme
berbeda dengan partai lain. Dalam Partai Keadilan Sejahtera ada beberapa jenis dan jenjang keanggotaannya, antara lain sebagai berikut:
1. Anggota kader pendukung, yang terdiri dari: a. Anggota Pemula yaitu mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi
anggota partai dan terdaftar dalam keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan Pimpinan Cabang setelah lulus mengikuti Ttraining Orientasi Partai.
b. Anggota Muda yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian
tingkat dasar satu. c. Anggota Kader Inti, yang terdiri dari:
1. Anggota Madya yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan
kepartaian tingkat dasar dua.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2. Anggota Dewasa yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikelaurkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan telah lulus pelatihan
kepartaian tingkat lanjut. 3. Anggota Ahli yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang
dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi.
4. Anggota Purna yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan
kepartaian tingkat ahli. 5. Anggota Kehormatan yaitu mereka yang berjasa dalam perjuangan partai
dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
4.7.2 Pembinaan Anggota
Kaderisasi yang berkelanjutan dalam tubuh Partai Keadilan Sejahtera PKS ditopang dengan sistem pembinaan yang disebut tarbiyah. Akar kekuatan
pengkaderannya yang bertumpu pada kekuatan anggotanya di dalam lingkaran- lingkaran pengajian baik kecil maupun besar dan dibina secara berkesinambungan,
yang disebut dengan liqo’. Jauh sebelum berdirinya PKS, aktifis dakwah penggerak PKS membentuk
sebuah jaringan dakwah. Salah satu kegiatannya adalah liqo’, yang membahas agenda-agenda dakwah dalam salah atu kelompok halaqoh itu, dan yang paling
banyak tentang materi-materi keislaman yang disampaikan secara bertahap. Liqo’ dilaksanakan berjenjang dan membentuk sel-sel, seperti jaringan telepon
seluler atau bisnis MLM. Ada mad’u muridyunior dan murabbi gurusenior. Setiap mad’u mempunyai murabbi pada liqo lain level bawahnya. Sebagai contoh,
alumni mempunyai mad’u beberapa mahasiswa, mahaiswa tingkat 3tiga punya
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
mad’u beberapa mahasiswa tingkat 1satu, mahasiswa tingkat 1satu punya mad’u beberapa siswa di tempat SMA almamaternya. Dan setiap anggota liqo’ tidak
diperkenankan pindah-pindah liqo’ ke tempat lain tanpa izin. Liqo’ itu sendiri tidak bertujuan mencetak ahli syariah, tetapi lebih kepada membentuk wawasan dan
kepribadian yang Islami, dengan visi dan pemahaman agama sesuai dengan si empunya kader dalam hal ini PKS.
Kemudian selain itu, dalam masalah keilmuwan, PKS mengasah kadernya melalui program-program tatsqif, yaitu taklim umum yang biasanya diisi oleh ustadz
yang punya keilmuwan yang dalam. Inilah untuk para murabbi, dan kader yang lebih senior. Program tatsqif ini dilakukan 2 dua minggu sekali, sebulan sekali, tergantung
penyelenggara. Dengan demikian para murabbi pun ditingkatkan untuk menimba ilmu lebih luas lagi seperti mengikuti tatsqif, mabit, dan lain-lain.
4.7.3 Rekruitmen Calon legislatif
Mekanisme calon Legislatif, tetap menagcu kepada Undang-Undang secara substantif yang mengamanatkan bahwa rekruitmen calon dilakukan secara demokratis
dan terbuka dengan sistem skorsing dan penilaian. Model ini dimaksudkan untuk menghasilkan calon-calon anggota Legislatif yang memiliki kualitas dan integritas
yang tinggi. Adapun proses rekruitmen yang dilakukan partai politik dalam proses
pencalonan anggota legislatif merupakan salah satu bagian penting. Dalam proses rekruitmen tersebut, mekanisme dan ukuran-ukuran yang digunakan menjadi sangat
relevan untuk melihat figur-figur seperti apa yang dihasilkan, termasuk kapabilitas mereka sebagai calon legislatif. Dalam konteks rekruitmen partai politik menerapkan
sistem perjenjangan dari bawah bottom up.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Syarat terhadap Calon Legislatif caleg Partai Keadilan Sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Telah menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera.
2. Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, adil, bertaqwa dan
kuat dalam membela kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan persatuan bangsa, jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan.
3. Memiliki wawasan politik, hukum dan syariat yang memungkinkannya
melaksanakan tugas. 4.
Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kader yang diselenggarakan Partai Keadilan Sejahtera.
5. Telah menjadi kader inti partai yang sekurang-kurangnya dengan status
anggota dewasa. 6.
Mempunyai prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas dan tidak tercela. 7.
Mempunyai pengaruh dan dukungan yang luas di daerah. 8.
Pendidikan minimal SLTA sederajat. Adapaun tatacara sistem perekrutan calon legislatif yang dilakukan oleh Partai
Keadilan Sejahtera yaitu di dalam PKS ada sebuah kelompok kecil pengajian yang kemudian kelompok pengajian ini mengajukan calon legislatif yang mereka anggap
berkompeten dan layak untuk dijadikan sebagai bakal calon legislatif yang kemudian diajukan kepada tingkat atas dan selanjutnya dirumuskan dan dirapatkan ditingkat
DPD Dewan Perwakilan Daerah. Lalu selanjutnya diajukan kepada DPTD yang terdiri dari Majelis Pertimbangan Daerah, Dewan Syariah Daerah dan Dewan
Perwakilan Wilayah DPW yang diusulkan kepada Dewan Perwakilan Pusat DPP. Setelah diverifikasioleh DPP kemudian DPP mengajukan nama calon legislatif yang
terpilih kepada KPU untuk kemudian selanjutnya diverifikasi oleh KPU apakah calon
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
legislatif yang diajukan oleh PKS layak atau tidak untuk ikut bertarung dalam Pemilu calon legislatif.
Terhadap kebijkan dalam tubuh partai sendiri tentang tingkat keterwakilan perempuan, Partai Keadilan Sejahtera memiliki KP-PKS sebagai organisasi
perempuan yang merupakan sayap partai dan merupakan organisasi masyarakat perempuan yang menyalurkan aspirasinya kepada Partai Keadilan Sejahtera yang
merupakan badan strategi partai untuk menghimpun kaum perempuan. Rekruitmen calon legislatif berdasarkan pada salah satu indikasi seperti yang dikemukakan di atas,
terhadap keterwakilan itu harus ada indikasi, aktifitas organisasi dan kualitas secara akademis. Salah satunya terhadap tingkat pendidikan calon legislatif itu sendiri.
4.8 Kedudukan Perempuan dan Kemuliaannya dalam Islam
Islam menginginkan agar perempuan dan laki-laki mencapai tingkat kesempurnaan. Islam telah menyelamatkan perempuan dari keadaan buruk yang
dialaminya di zaman Jahiliyah. Sesungguhnya pelayanan yang diberikan oleh Islam kepada perempuan tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT. Dan Islam tidak
memberikan pelayanan kepada laki-laki seperti yang diberikan kepada perempuan. Islam menjunjung tinggi perempuan yang meletakkannya sejajar dengan laki-laki.
Semua manusia setara dihadapan Allah SWT dan tidak ada perbedaan yang dibuat antara perempuan dan laki-laki. Manusia karena fitrahnya mampu mendaki rangkaian
gradasi tingkat-tingkat kesempurnaan spritual, yang berpuncak pada kedekatan ketakwaan di hadapan Ilahi.
Bahwa laki-laki dan perempuan memiliki posisi yang sama dihadapan Tuhan dalam terminologi spritual ditegaskan ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an mengenai
kedudukan orang-orang beriman dan hubungan mereka dengan-Nya. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki sebuah tanggung jawab terhadap masyarakat, tempat
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
mereka hidup. Keduanya mempunyai tugas yang sama untuk melindungi masyarakat. Sebagaimana laki-laki mengambil peran aktif dan menikmati hak-hak sosialnya,
perempuan juga memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
4.9 Kedudukan Wanita dan Posisi Peran Politik
Untuk memahami peran politik perempuan, pada awalnya bisa dilihat dari penghargaan Islam kepada kaum perempuan yang tampak nyata pada realitas
penerapan ajaran dan sejarah kaum muslimin sejak generasi pertama. Isu agama dalam praktek politik juga akan kembali menemukan momentumnya dalam Pemilu
Legislatif. Meskipun undang-undang telah mengubah aturan dari sekedar memilih partai menjadi memilih nama calon anggota legislatif, tapi pada umumnya masih sulit
bagi perempuan untuk mendapatkan legitimasi untuk duduk di dunia politik formal. Betapa tidak, lembaga keagamaan masih dikuasai oleh kaum laki-laki dan secara
kultural masyarakat juga sangat mempercayai fatwa para pemuka agama yang pada umumnya masih berpihak pada dominasi laki-laki.
Minimnya jumlah perempuan di dunia politik formal bila dikaitkan dengan kecenderungan kultural masyarakat, sangat terkait dengan persoalan pemahaman
keagamaan. Kentalnya pandangan kultural masyarakat mengenai perempuan, sangat terkait dengan wajah Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk
negeri ini. Fenomena ini sangat berkait dengan keragaman pandangan para ulama
mengenai keterlibatan kaum perempuan di dunia politik. Syafiq Hasyim dalam sebuah bukunya tentang perempuan dalam fikih politik menyebutkan ada tiga pendapat yang
berkembang yang membicarakan perempuan di dunia politik. Pertama, pendapat konservatif yang mengatakan bahwa Islam apalagi fikih, sejak kemunculannya di
Mekkah dan Madinah tidak memperkenankan perempuan untuk terjun ke ruang
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
politik. Kedua, pendapat liberal progresif yang menyatakan bahwa Islam sejak awal telah memperkenankan konsep keterlibatan perempuan dalam bidang politik. Ketiga,
pendapat apologetis yang menyatakan bahwa ada bagian wilayah politik tertentu yang bisa di masuki perempuan dan ada bagian wilayah tertentu yang sama sekali tidak
boleh dijamah oleh perempuan. Menurut kelompok ini, yang menjadi wilayah politik perempuan adalah menjadi ibu.
Partisipasi politik perempuan adalah suatu keniscayaan, karena setiap muslim sebagaimana dalam QS At Taubah : 71, menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan
saling tolong-menolong dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan bahwa partisipasi politik perempuan masih rendah.
Dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono hanya ada 4 empat perempuan yang memegang jabatan strategis yaitu yang menjabat sebagai Menteri.
Ini bisa kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Data Perempuan dalam Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2005-2009
No Nama
Kementerian Departemen
1. Mari Elka Pangestu
Menteri Perdagangan 2. Meutia
Hatta Menteri
Pemberdayaan Perempuan 3.
Siti Fadilah Supari Menteri Kesehatan
4. Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan
Sumber: Data Lapangan 2009
4.10 Partai Politik Islam Memandang Perempuan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Keragaman pandangan mengenai perempuan berpolitik, telah mengakibatkan dua hal yang secara berbeda muncul dalam khasanah politik Islam dalam menyikapi
isu perempuan. Dua pandangan tadi dapat disajikan dalam sebuah tabel di bawah ini.
Tabe1 7. Dualisme Kategori Partai Islam Kategori Partai Islam
Keterangan
Partai Islam Modernis Adalah partai yang bersikap sedikit Liberal dalam
menafsirkan status kaum perempuan. Mereka memprogramkan persamaan kedudukan laki-laki dan
perempuan dalam hukum, sosial, ekonomi dan politik. Kaum perempuan diperbolehkan bekerja di sektor publik,
berpartisipasi dalam kegiatan politik, bahkan diperbolehkan untuk menjadi kepala negara.
Partai Islam Fundamentalis Adalah partai yang menolak persamaan kedudukan laki-laki
dan perempuan dalam hukum, sosial, ekonomi, dan politik. Partisipasi kaum perempuan yang disebutkan dalam bidang-
bidang diatas dibatasi. Untuk keluar rumah, kaum perempuan harus dikawal oleh suami atau muhrimnya.
Kaum perempaun tidak diperbolehkan untuk bekerja di sektor publik, dan secara tegas dilarang untuk menjadi
kepala negara.
Sumber: Jurnal Perempuan
Jadi dengan demikian, partisipasi politik perempuan sangat tergantung pada pandangan apa yang lebih banyak berkembang di kalangan masyarakat muslim itu
sendiri. Karena sebenarnya laki-laki dan perempuan adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan budi. Diciptakan sebagai mitra untuk dapat
saling melengkapi. Seorang perempuan tidaklah lengkap tanpa seorang laki-laki, begitu pula sebaliknya.
Isu perempuan berpolitik khususnya dalam partai Islam sangat beragam. Studi yang dilakukan oleh Syafiq Hasim menyatakan bahwa platform perempuan di lima
partai Islam dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Tabel 8. Platform Perempuan dalam Lima Partai Politik Islam di Indonesia Partai Platform
tentang isu perempuan Prioritas Program terkait
dengan Perempuan Kritik
PBB Masih konservatif dalam menghargai
perempuan meskipun sudah mengakomodasi ide-ide modern
tentang pemberdayaan perempuan. Membuat persyaratan keterlibatan
kaum perempuan didunia politik yaitu memiliki kapasitas dan
keterampilan yang memadai, semangat untuk membela hak-hak
mereka sendiri,memiliki kredibilitas dikalangan
masyarakatnya, diakui oleh masyarakat umum dan memiliki
ide-ide yang penting dan strategis bagi masyarakat.
Partai ini seharusnya lebih melihat keterbelakangan
kaum perempuan didunia politik bukan hanya
karena kelemahan posisi perempuan dan
ketidakcakapan perempuan saja.
PPP - Lebih melihat masalah pendidikan
perempuan. - Pemerintah telah memberi
kesempatan tetapi kaum perempuan tidak dapat mengaksesnya.
-memperbaiki sistem pendidikan diIndonesia.
- Pendidikan merupakan alat untuk meraih kesempatan yang setara
dengan laki-laki.
-Mengkritik gerakan perempuan yang hanya menuntut hak saja
tanpa menyadari kewajibannya. Partai ini tidak menyadari
bahwa pendidikan hanyalah salah satu faktor
penyebab tertinggalnya kaum perempuan.
Persoalan sistemik sosial budaya masyarakat tidak
dilihat dalam hal ini.
PAN Partai ini tidak setuju dengan
diskriminasi Gender. Menurut mereka, masih sulit bagi perempuan
untuk memainkan peran yang sama dengan laki-laki dalam masyarakat
Paternalistik. -Mengajukan pengembangan
kesempatan bagi kaum perempuan. -Melihat perempuan merupakan
lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesi bahkan dunia.
-Membentuk Departemen perempuan sebagai sentral
aktivitas partai dari tingkat nasional hingga tingkat regional.
Tokoh partai ini masih memiliki pandangan
stereotip terhadap perempuan yang pernah
mengatakan meskipun di dalam Islam perempuan
dapat menjadi pemimpin, hal itu hanya berlaku pada
kondisi khususdarurat.
PKB Melihat budaya sebagai sumber
utama keterbelakangan perempuan. -Perempuan perlu setara dengan
laki-laki. -Didalam rumah istri harus
menjadi mitra yang setara dengan suami.
-Dalam kehidupan politik perempuan harus ikut memainkan
peran. Partai ini masih ambigu
antara platform dengan kenyataan di dalam tubuh
partai politik.
PKS - Mengizinkan perempuan
menempati posisi kunci diparlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. Kemunduran posisi perempuan
merupakan kesalahan Orde Baru. Dalam kenyataannya, PKS
memisahkan perempuan dari pusat kekuasaan
menjadi pinggiran.
Sumber: Jurnal Perempuan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Konsep nilai tentang perempuan yang menjadi gambaran representasi yang dirumuskan oleh berbagai Partai Islam termasuk Partai Keadilan Sejahtera sangat
beragam. Konsep ideal partai Islam berkaitan dengan perempuan, yaitu :
Tabel 9. Gambaran Representasi Perempuan dalam Konsep Partai-partai Islam Nama Partai
Gambaran representasi Perempuan
Partai Bulan Bintang Perempuan menjadi faktor yang signifikan sebagai
penjaga gawang moralitas bangsa. Kerusakan mental bangsa disebabkan oleh perempuan yang tidak dapat
menjalankan fungsi dan perannya secara baik sebagai pendidik maupun penjaga gawang moral khususnya
moralitas seksual masyarakat.
Partai Persatuan Pembangunan Perempuan merupakan makhluk yang bermartabat,
memperbanyak keterlibatan kaum perempuan dalam kehidupan politik berarti meningkatkan harkat dan
martabat kaum perempuan. Dan fokus utama yang perlu menjadi perhatian perempuan adalah persoalan
moralitas, pendidikan, dan persoalan anak.
Partai Amanat Nasional Perempuan dipandang sebagai makhluk yang setara
dengan laki-laki. Ia memiliki hak yang perlu diwujudkan secara hukum, politik dan sosial. Oleh
karena itu kesetaraan dan keadilan gender perlu diperjuangkan dengan meningkatkan keterwakilan
perempuan disemua bidang kehidupan.
Partai Kebangkitan Bangsa Berbagai pencitraan trhdp perempuan yg tlh ada slama
ini mrpkn produk sosial budaya, yg tidak jarang menimbulkan berbagai bentuk kekerasan terhadap
perempuan. Bentuk-bentuk ketidakadilan yg dialami oleh perempuan trsbut diantaranya mrpkn dampak dr
berbagai hukum dan aturan yg masih mengandung bias gender.
Partai Keadilan Sejahtera Perempuan mrpkn aktor penting untuk menjalankan
berbagai fungsi sosial, yg memerlukan keterlibatan perempuan, yaitu keluarga. Tugas utama perempuan
sangat terkait dgn penjagaan moralitasyg lebih spesifik pd moralitas seksualdimana jilbab mrpkan ikon yg
cukup penting serta upaya peningkatan kesejahteraan sosial, terutama kesejahteraan keluarga. Perempuan
memiliki andil yg cukup penting dlm gerakan politik, yaitu untuk mendukung agenda kebijakan partai politik
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
melalui demonstrasi maupun proses regenerasi yang akan menjaga kelangsungan hidup perjuangan partai.
Sumber: Jurnal Perempuan
Platform Perempuan Indonesia yang dimiliki oleh Partai Keadilan Sejahtera PKS mencanangkan program peningkatan kapasitas dan penguatan identitas
perempuan Indonesia sejati. Selain itu partai ini juga melengkapi kerangka aktifitasnya dengan Platform Pembinaan Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil.
Dari sini tergambar stabilitas politik dan ekonomi nasional yang membutuhkan kemampuan sosial yang mantap dan handal. Beberapa inisiatif yang dilakukan oleh
PKS yang memiliki kaitan dengan konstruksi relasi gender dan isu perempuan, dapat dilihat secara lebih terinci dalam tabel di bawah ini :
Tabel 10. Platform dan Agenda Perempuan Partai Keadilan Sejahtera PKS Fokus Bidang
Jabaran Program
Sosial Budaya Menumbuhkembangkan budaya dan gaya hidup
yang sejalan dengan tuntutan Syariat serta kesantunan masyarakat. Upaya pemasyarakatan
jilbab dan kerudung dikalangan muslimah berlangsung dengan penuh kerelaan, sebab tak
ada paksaan dalam menjalankan perintah agama. Sehingga akhirnya membentuk kesadaran baru
dan menampilkan gaya hidup yang elegan dikalangan perempuan.
Kesehatan dan Kesejahteraan Umum Mengembangkan Pos Wanita Keluarga Sejahtera
sebagai pusat pelayanan keluarga untuk kesehatan Ibu dan anak. Disamping itu juga difungsikan
sebagai sarana penyadaran dan pemberdayaan kaum perempuan, serta peningkatan peran
keluarga selaku pondasi masyarakat madani. Lebih luas lagi mengelola Posko Adil Sejahtera
sebagai arena pelayanan medis, bantuan sosial, konsultasi agama, terapi alternatifruqyah, dan
pengembangan ekonomi masyarakat.
Penanganan Daerah Konflik Membentuk Posko Kemanusiaan disejumlah
daerah konflik, dengan mengerahkan tenaga medis dan paramedis serta sukarelawan. Kegiatan
pasca konflikjuga dilanjutkan dengan menjadi mediator bagi proses rehabilitasi dan rekonsiliasi
antar kelompok yang pernah bertikai. Konsentrasi utama ditujukan kpd pendidikan anak dan remaja
yg terbengkalai, dan pemulihan kondisi psikologis kaum perempuan yg mnjd korban konflik paling
rentan.
Sumber: Jurnal Perempuan
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Berbagai program yang dicanangkan tersebut kelihatannya sama dengan realisasi yang mereka laksanakan dilapangan. Partai Keadilan Sejahtera PKS juga
merupakan partai yang senantiasa menyuarakan penerapan syariat Islam. Termasuk mensosialisasikan pandangan mereka mengenai kehidupan Islami, yang alat ukurnya
secara mudah adalah memberikan panduan khusus mengenai tata cara berpakaian. Jilbab atau busana muslimah merupakan ciri khas yang disosialisasikan oleh partai ini
demi mengatasi berbagai persoalan sosial yang seringkali diidentifikasi sebagai kemaksiatan. Secara khusus partai ini mengembangkan peran-peran yang tegas yang
harus diambil oleh lelaki maupun perempuan, dan mengkonsentrasikan isu perempuan pada isu kelaurga. Perempuan dan anak juga seringkali dimobilisasi secara besar-
besaran untuk mendukung agenda demonstrasi. Selain berbagai langkah politis dengan menggunakan keluarga sebagai basis,
partai ini lebih banyak berkonsentrasi untuk melakukan kegiatan sosial bercorak kreatif. Penanganan konflik diberbagai daerah, kegiatan sosial untuk daerah miskin
seperti pengiriman hewan kurban ke daerah terpencil, penanganan korban bencana alam maupun banjir, dilaksanakan melalui payung organisasi relawan bernama Pos
Keadilan Peduli Umat PKPU. Melalui slogannya bersih dan peduli partai ini sanggup menarik massa pemilih hingga mendapatkan suara yang cukup besar pada
Pemilu 2004 yang lalu.
4.11 Partisipasi Perempuan dalam Politik
Partisipasi perempuan dalam politik di Indonesia merupakan salah satu cerminan dari adanya keadilan di dalam demokrasi yang sekarang sedang berusaha
diwujudkan di dalam masa transisi. Aspek partisipasi perempuan di dalam demokrasi bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba melainkan memerlukan kesadaran dan
kepedulian dari seluruh masyarakat kita.
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Namun sayangnya kondisi partisipasi perempuan di panggung politik masih sangat rendah, dimana sistem politik di Indonesia masih didominasi oleh kaum laki-
laki sehingga dengan sendirinya bila diberlakukan kondisi alamiah, maka panggung politik tetap akan didominasi secara mayoritas oleh kaum laki-laki. Rendahnya
partisipasi perempuan juga terjadi di tingkat lokal. Hal ini juga yang terlihat di DPRD Sumatera Utara. Partisipasi perempuan yang menjadi anggota dewan sangat rendah.
Pada masa periode 2004-2009, perempuan yang menjadi anggota dewan hanya berjumlah 5 lima orang yang berasal dari 3 tiga partai politik. Nama-nama anggota
dewan perempuan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Nama Anggota Dewan Perempuan di DPRD Sumatera Utara Periode 2004-2009
No Nama Anggota Dewan Perempuan
Partai Politik
1. Hj. Apriani
Hakim Nasution,SE Partai
Golkar 2.
Dra. Hj. Darmataksiah YWR Partai Golkar
3. Hj. Wardaty Nasution, BA
Partai Demokrat 4. Ristiawati
Partai Demokrat
5. Ir. Fanin Nurlita Nainggolan, M.Si
Partai Keadilan Sejahtera
Sumber: Sekwan DPRD Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belum adanya keseriusan partai politik dalam merealisasikan kebijakan mengenai kuota 30 perempuan. Karena hanya 3
tiga partai politik ini yang mempunyai wakil perempuan yang duduk di DPRD Sumatera Utara.
Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini, calon-calon legislatif perempuan yang diajukan oleh PKS beserta nomor urutnya.
Tabel 12. Daftar Caleg Perempuan PKS Tingkat Nasional DPR-RI
No Nama - Dapil Sumut I No Urut
1. Ir. Kusuma Dewi Dalimunthe, M.Eng
3
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
2. Olivia Rizkana Rosyada
6 3.
Siti Mar’atus Solihah, Lc 8
4. Esti Mardiani, M.Ag
9
Nama - Dapil Sumut II
5. Heni Sarihati Siregar
3 6.
Ummi Kalsum 6
Nama - Dapil Sumut III
7. Annio Indah Nasution
6 8. Hidayani
Fajriah 2
9. Syah Fitri Harahap
4
Sumber : DPD PKS Kota Medan tahun 2009
Tabel 13. Daftar Caleg Perempuan PKS DPRD Provinsi Sumatera Utara
No Nama - Dapil I
No Urut
1. Siti Aminah Amp, Spdi
3 2. Chairani
Sitompul, S.Sos
6 3. Eka
Ovida, SS
8 4.
Lufi Fauzia Yunani, Ssi 10
5. Sri rezeki
11 6. Erdawati
13 7. Sri
Heriyani 14
8. Nurhayati Lubis, S.Ag
15 9. Irma
Novianti 16
10. Ramadani Pohan,
SE 18
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
Nama - Dapil II
11. Ernida Hanum
8 12. Fitri
Gustiana 5
13. Rahayu Fitrianti
7 14. Wilda
Andriani 3
15. Zuraida Nasution
11
Nama - Dapil III
16. Agustini 5
17. Masdalifah 4
18. Rita Maizar
2
Nama – Dapil IV
19. Irfa Halena
2 20. Sri
Astuti Maharani
3
Nama – Dapil V
21. Isma Sya’diah
4 22 Nur
Azizah Tambunan
1 23. Rina
Afrida Harahap
5
Nama – Dapil VI
24. Erna Astuti Daulay
2 25.
Sri Anne Dumasari 6
Nama – Dapil VII
26. Nilsya Febrika Zebua
1
Nama – Dapil VIII
27. Darmawaty Tumanggor
4 28. Yuniar
Marpaung 3
Nama – Dapil IX
29. Malahayati Tanjung
8 30.
Maulina Sari Soraya Gultom 6
31. Sri Tenti Nasution
3
Nama – Dapil X
32. Ernawaty 4
33. Masta Herawati
1
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
34. Sa’adah Sidebang
5
Nama – Dapil XI
35. Arihta Pandia
3 36. Evi
Silvia 9
37. Rika Syahfitri
7 Sumber : DPD PKS Kota Medan tahun 2009
Tabel 14. Daftar Caleg Perempuan PKS DPRD Kota Medan
No Medan 1 Pendidikan
No Urut
1. Doni Hardiani Siregar, S.Pd
S-1 Unimed 3
2. Ummi Khairiah, S.Psi
S-1 UMA 6
3. Fauziah S.Sos
S-1 STIK Pembangunan 9
4. Riza Floria, S.Ag
S-1 IAIN 12
Medan 2 Pendidikan
No Urut
5. Rawati, A.Md
D-III USU 3
6. Delyana, S.Si.,A.Pt
S-1 USU 6
7. Sri Kesuma
Dewi SPK
8 8.
Rita Sari Simatupang, S.Pd S-1 IKIP Jakarta
9 9.
Rabiatun Adawiyah, S.Si S-1 USU
12
Medan III Pendidikan
No Urut
10. Endang Setiawati,MA S-2 IAIN Medan
3 11. Marlimaini Nst, A.Md
D-III USU 4
12. Fenni Eliza, ST S-1 Univ Bung Hatta
6 13. Sri Washliyani, S
S-1 Unsyah 8
Medan IV Pendidikan
No Urut
14. Deliana S, ST S-1 USU
3 15. Nur Aisyah
S-1 Unimed 5
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
16. Azizul Meini, A..Md D-III Poltek USU
9 17. Elvrita
Panjaitan SMA
11
Medan V Pendidikan
No Urut
18. Dhiyaul Hayati, S.Ag S-2 Unimed
2 19. Maya Fitria, M.Kes
S-2 USU 5
20. Siti Hajar Silitonga, S.Pdl S-1 STAIS Medan
9 21. Nourma Manurung S.Ag, S.Pd
S-1 IAIN dan S-1 STAIS 11
22. Sri Suryawati, S.Pd S-1 UMN Alwashliyah
12
Sumber : 1 Sekretariat DPD PKS Kota Medan tahun 2009
2 Jaringan Aktivis Perempuan Sumut
Tabel 15. Daftar Calon Tetap Anggota Legislatif Perempuan Kota Medan Pemilu Legislatif 2009
No Partai Politik DP 1
DP 2 DP 3
DP 4 DP 5
J C
1. Hanura
4 5 2 4 5 20
2. PKPB
2 3 5 2 2 14
3. PPPI
4 2 3 1 1 11
4. PPRN
2 3 2 2 - 9
5. GERINDRA 2 1 2 2 3
10 6.
PBNBARNAS 2 2 2 2 2
10 7.
PKPI 1 2 2 3 -
8
Dina Anggita Lubis : Partisipasi Politik Perempuan Di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan Persoalan, Hambatan, dan Strategi, 2009
8. PKS