tersebut paling baik bekerja ketika pagi hari, keluarga juga harus dapat memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatannya, menempatkan obat di tempat
yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan anak-anak, selain itu keluarga dapat membawa atau mengajak
pasien ke fasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakitnya atau jika pasien mengalami keluhan-keluhan yang
harus segera di tangani. Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai perasaan
klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien, menanyakan apa yang saat ini klien rasakan, ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari
keluarga secara psikis. Untuk kebutuhan nutrisinya keluarga harus memberikan makan yang cukup
gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh agar bisa menangkal kuman TB yang merusak paru-paru, kebersihan lingkungan rumah
juga harus diperhatikan misalnya dengan pengaturan ventilasi yang cukup, ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk atau
bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari BPN, 2007.
6. Riset Fenomenologi
Riset fenomenologi didasarkan pada falsafah fenomenologi yang didukung oleh
Edmund Husserl. Husserl menyatakan bahwa “makna” merupakan pengalaman pribadi yang dapat dibagikan atau disampaikan kepada orang lain
Universitas Sumatera Utara
secara objektif dan diambil intinya saja agar orang lain lebih cepat memahami. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia
terhadap suatu hal atau sejumlah situasi Dempsey Dempsey, 2002. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan
fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata Saryono Anggraeni,
2010. Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah mengembangkan makna pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari kesatuan makna dengan
mengidentifikasi inti fenomena dan menggambarkan secara akurat dalam pengalaman hidup sehari-hari Streybert Carpenter, 2003.
Fokus pendekatan fenomenologi adalah memahami keunikan fenomenal dunia kehiduipan individu, bahwa realitas dunia kehidupan masing-masing
individu itu berbeda, dalam hal ini adalah respon-respon yang unik dan spesifik yang dialami tiap individu termasuk interaksinya dengan orang lain, untuk
selanjutnya mengeksplorasi makna atau arti dari fenomena tersebut. Penelitian fenomenologi menggunakan penjelasan-penjelasan secara rinci
sehingga menghasilkan deskripsi padat
thick description
dan anlisis yang rinci tentang berbagai pengalaman seperti apa yang dialami individu dalam dunia
kehidupannya dari situasi atau peristiwa bagaimana yang dialami seorang individu sehingga dapat memperoleh intisari
essence
dari pengalaman tersebut dengan menambah berbagai persepsi Sandelowski, 2004. Interpretasi dan
analisis hasil-hasil temuannya memungkinkan peneliti mengungkapkan suatu deskripsi tentang intisari dari situasi atau fenomena yang dialami masing-masing
Universitas Sumatera Utara
individu, sekaligus melalui perspektif mereka bersama sebagai pemahaman yang universal.
Khusus penelitian fenomenologi deskripsi, peneliti wajib melakukan “braketing” yaitu usaha yang dilakukan peneliti untuk menyimpan dan
mengurung asumsi, pengetahuan dan kepercayaannya tentang segala hal yang diketahuinya tentang fenomena yang sedang diteliti selama melakukan riset
dengan tujuan agar memperdalam pemahaman peneliti tentang fenomena yang sedang dipelajari Straubert Carpenter, 2012. Peran peneliti adalah memberi
penjelasan berupa deskripsi dan interpretasi fenomena tersebut berdasarkan sudut pandang para partisipannya.
Fenomenologist
dalam proses analisis data untuk fenomenologi deskriptif adalah Colaizi 1978, Giorgi 1985, dan Van Kaam 1959. Ketiga tokoh
tersebut berpedoman pada filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena. Untuk pendekatan interpretif, tokoh
yang terkenal adalah Diekelmann, Allen dan Tannes 1989. Van Mannen 1990 percakapan yang mendalam, dengan peneliti dan informan sebagai partisipan.
Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. Selanjutnya, dalam percakapan yang mendalam, peneliti
berusaha untuk masuk kedalam dunia informan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka Polit, Beck, Hungler, 2001.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN