Prinsip – prinsip perawatan keluarga Konsep TB Paru

komunikasi setempat. Pola-pola tersebut juga mempengaruhi kemampuan keluarga dalam menjalankan tugas kesehatan keluarga Sudiharto, 2007. Setiap keluarga memiliki cara yang unik dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga khususnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan anggota keluarga. Keluarga memiliki budaya yang unik yang diaktualisasikan dalam mengatasi permasalahan kesehatan walaupun memiliki garis keturunan yang sama. Masih ada budaya yang di pertahankan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga, meskipun telah ratusan tahun berselang Sudiharto, 2005. Ada lima tugas kesehatan keluarga yaitu : mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit yang tidak dapat membantu diri karena cacat atau usianya terlalu muda, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga. Kelima hal diatas menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, bahwa peran dari keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-strategi hingga rehabilitasi Friedman, 1998.

2. Prinsip – prinsip perawatan keluarga

Setiadi 2008 ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga adalah : a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama. c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga. d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga. g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan. h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan. i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah. j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Universitas Sumatera Utara

3. Konsep TB Paru

3.1. Defenisi TB Paru Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberculosa Tipe Humanus jarang oleh Tipe M.Bovinos. TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah setelah eradikasi penyakit malaria. TB paru merupakan penyakit infeksi menular, menyerang pada paru, disebabkan oleh Basil Micobakterium tuberkulose. Depkes, 2007. Penyakit Tubercolusis atau yang sering disebut TB Paru adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis .Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian mortalitas , angka kejadian penyakit morbiditas , maupun diagnosis dan terapinya. Bersama dengan HIVAIDS, Malaria dan TB Paru merupakan penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam program MDGs. 3.2. Etiologi TB Paru Penyakit tuberkulosis dahulu disingkat TBC,sekarang dipopulerkan sebagai TB saja untuk menghindari stigma di masyarakat terhadap pasien-pasien TB. Penyakit ini disebabkan oleh kuman jenis Mycrobacterium tuberculosis . Kuman ini pertama kali ditemukan oleh Dokter Robert Koch. Kuman ini sangat kecil, untuk melihat kuman ini perlu dilihat dengan mikroskop. Kuman ini dapat ditemukan dalam dahak atau sputum seseorang yang sedang sakit TB. Kuman ini bersifat tahan terhadap larutan asam sehingga mendapat julukan atau bahkan lebih terkenal dengan nama Basil Tahan Asam BTA. Jadi untuk pemeriksaan dahak yang diminta ke laboratorium dinama kan „Pemeriksaan Sputum BTA. Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan dahak BTA lazimnya dilakukan 3x berturut-turut untuk menghindari faktor kebutulan. Bila hasil pemeriksaan dahak minimal 2x positif, maka sudah dapat dipastikan orang tersebut sakit TB Paru. 3.3. Manifestasi Klinis Penyakit tuberculosis atau TB paling sering menyerang organ paru, tetapi sebagian kecil dapat menyerang organ – organ lain, misalnya otak, tulang, kelenjar getah bening, kulit, usus, mata, telinga, dll. Gejala dan tanda yang muncul tergantung organ mana yang terkena. Seorang disangka menderita TB, terutma TB Paru dijumpai keluhan dan tanda – tanda sebagai berikut : 1. Nafsu makan berkurang 2. Berat badan turun 3. Keringat malam hari 4. Batuk – batuk lebih 3 minggu 5. Demam – demam terutama sore hari 6. Batuk darah 7. Dahak bercampur darah 8. Badan terasa lemahmudah capekrasa malas 9. Sesak napas bila penyakit sudah lanjut 10. Sakit dada bila terjadi peradangan selaput parudinding paru 11. Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan 12. Demam meriang lebih dari sebulan 3.4. Klasifikasi TB Paru Universitas Sumatera Utara Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura selaput paru.Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC paru dibagi dalam : 1. Tuberkulosis Paru BTA Positif Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif 2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasil BTA negatif dan foto rotgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu berat dan ringan. Bentuk berat bila digambarkan foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas. 3. Tuberkulosis Ekstra Paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalkan pleura, selaput otak, selaput jantung pericardium , kelenjar lymfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu : 1. TBC ekstra paru ringan Misalnya : TBC kelenjar lymfe, pleuritis, eksudativa unilateral, tulang kecuali tulang belakang, sendi, dan kelenjar adrenal. 2. TBC ekstra paru berat Universitas Sumatera Utara Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin. Klasifikasi berdasarkan RIWAYAT pengobatan sebelumnya Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu: 1 Kasus Baru Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 4 minggu. 2 Kasus Kambuh Relaps Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif apusan atau kultur. 3 Kasus Putus Berobat DefaultDrop OutDO Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. 4 Kasus Gagal Failure Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. 5 Kasus Pindahan Transfer In Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. 6 Kasus lain Universitas Sumatera Utara Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan. 3.5. Cara Penularan Sumber penularan adalah penderita TBC BTA Positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut, bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 3.6. Penatalaksanaan TB Paru 3.6.1 Pencegahan Ada beberapa cara untuk pencegahan TB Paru yaitu: 1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu-individu yang bergaul erat dengan sipenderita tubekulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes teberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Universitas Sumatera Utara Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis. 2. Mass chest X-tray , yaitu pemeriksaanmassal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan rumah sakit puskesmas balai pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren. 3. Vaksinasi BCG 4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mgkgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bekteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena risiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes melitus. 5. Komunikasi, informasi, dan edukasi KIE tentang pneyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM misalnya Perkumpulan Pemberantas Tuberkulosis Paru Indonesia – PPTI. Universitas Sumatera Utara 3.6.2 Pengobatan Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui. Mekanisme kejrja Obat Anti Tuberkulosis OAT 1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Streptomisin. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid INH. 2. Aktivitas strerilisasi, terhadap the persisters bakteri semidormant. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid. Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli , digunakan Pirazinamid Z. 3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol E, asam para- amino salisilik PAS, dan sikloserine. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif 2-3 bulan dan fase lanjutan 4-7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan bat tmbahan. Jenisobat yang digunakan sesuai dengan Universitas Sumatera Utara rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol Depkes, RI, 2004 Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi TB, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bekeriologi, apusan sputum, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal Directly Observed Treatment Short Course DOTSC. DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen yaitu: 1. Adanya komponen politis berupa dukungan para pengambil keputusan dalam penanggulangan TB. 2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut. 3. Pengobatan TB dengan OAT jangka pendek dibawah pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat PMO, khususnya dalam dua bulan pertama dimna penderita harus minum obat setiap hari. 4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. 5. Pencatatan dan pelaporan yang baku. 3.7. Efek samping OAT Efek samping yang ditimbulkan oleh OAT bisa dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut Universitas Sumatera Utara 1. Efek samping ringan Nafsu makan menurun, mual, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar dikaki, dan warna kemerahan pada air seni. 2. Efek samping berat Gatal dan kemerahan kulit, tuligangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, kulit menjadi kekuning-kuningan, bingung dan muntah-muntah, dan gangguan penglihatan.

4. Peran perawat Keluarga