BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Pemerintah Indonesia memberikan prioritas yang besar terhadap kebijakan ketahanan pangan nasional. Indonesia turut menandatangani kesepakatan
internasional terkait dengan pangan, yaitu:
Universal Declaration of Human Right
1948,
Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996
,
Millenium Development Goals
MDGs. Dalam kesepakatan MDGs dunia internasional telah menargetkan pada tahun 2015 setiap Negara termasuk
Indonesia telah sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya Bulog, 2014.
Berdasarkan data dari Bulog Tahun 2014, 95 dari jumlah penduduk
Indonesiamengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kgjiwatahun.Tingkat konsumsi tersebut jauh di atas rata-rata
konsumsi dunia yang hanya sebesar 60 kgkapitatahun. Dengan demikian Indonesia menjadi negara konsumen beras terbesar di dunia. Beras menjadi
komoditas nasional yang sangat strategis.Instabilitas perberasan nasional dapat mengakibatkan gejolak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik
maupun ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kemiskinan
Menurut Bappenas, kemiskinan adalah kondisi seseorang atau kelompok orang, laki-laki atau perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan
yang bermartabat
Wardan, 2009. Prayitno dan Lincolin 1978, mengemukakan adanya karakteristik kemiskinan
yang meliputi: 1. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan, pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri. Walaupun memiliki, tapi pada umumnya
tidak mencukupi, sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh aset produksi dengan kemampuan sendiri. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, waktu mereka umumnya habis tersisa untuk mencari
nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar. 4. Pada umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja diluar sektor pertanian.
Ada beberapa pendekatan dalam mengukur kemiskinan, misalnya pendekatan kebutuhan Sayogyo, 1987, kebutuhan kalori per hari BPS, 1990 dan
pendekatan pengeluaran. Sayogyo 1987 mengembangkan cara mengukur kemiskinan dengan memperhitungkan standar kebutuhan pokok berdasarkan
kebutuhan akan beras dan gizi, yaitu : 1.
Golongan paling miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita per tahun dalam bentuk beras sebanyak kurang dari 240 kilogram.
Universitas Sumatera Utara
2. Golongan miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita
per tahun dalam bentuk beras sebanyak 240 - 360 kilogram. 3.
Golongan miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita per tahun beras sebanyak 360 kilogram tetapi kurang dari 480 kilogram
Bungkaes, et. al, 2013.
2.2.2 Distribusi
Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau produksi
lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini distribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan
dan pergudangan Taff, 1994. Menurut Kotler 2007 saluran distribusi merupakan organisasi- organisasi yang
saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produksi atau jasa menjadi tersedia siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
David A. Revzan dalam Angipora 1999 menyatakan bahwa saluran distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke
perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Pengertian distribusi yang dikemukakan tersebut masih bersifat sempit karena istilah barang sering diartikan
sebagai bentuk fisik akibatnya lebih cenderung menggambarkan pemindahan jasa- jasa atau kombinasi antara barang dan jasa.
Menurut
The American Marketing Association
dalam Angipora 1999, saluran distribusi merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan yang terdiri
atas agen, dealer, pedagang besar, dan pengecer melalui mana sebuah komoditi,
Universitas Sumatera Utara
produk atau jasa dipasarkan. Definisi ini lebih luas dibandingkan dengan definisi yang pertama.
Sedangkan C. Glenn Walters dalam Angipora 1999 menyatakan bahwa saluran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antar
pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan pasar tertentu. Dan terakhir, Philip Kotler dalam Angipora 1999 menyatakan bahwa
saluran distribusi dapat diartikan sebagai himpunan perusahaan dan perseorangan yang mengambil alih hak atas barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen
ke konsumen. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa saluran distribusi
merupakan sekelompok lembaga yang ada di antara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari distribusi
adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Dengan demikian, pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran Angipora, 1999.
2.2.3 Efektivitas
Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang bersifat universal mengenai pengertian keefektifan karena ada begitu banyak defenisi
yang menjelaskan atau menggambarkan tentang keefektifan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikemukakan beberapa defenisi tentang keefektifan ataupun
efektifitas. Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh
atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas merupakan keterkaitan antara
Universitas Sumatera Utara
tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005. Menurut Bungkaes et.al 2013, efektivitas adalah hubungan antara output dan
tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam
pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan “Efektivitas”. Bagaimana definisi efektivitas berkaitan
dengan pendekatan umum. Bila ditelusuri efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya:
1. Ada efeknya pengaruhnya, akibatnya, kesannya.
2. Penggunaan metodecara, saranaalat dalam melaksanakan aktivitas
sehingga berhasil guna mencapai hasil yang optimal. Menurut Gibson et.al 1996 pengertian efektivitas adalah penilaian yang dibuat
sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan standar, maka makin lebih
efektif dalam menilai mereka. Dari pengertian tersebut di atas dari sudut pandang bidang perilaku keorganisasian maka dapat diidentifikasikan tiga tingkatan
analisis yaitu individu, kelompok, dan organisasi. Ketiga tingkatan analisis tersebut sejalan dengan ketiga tingkatan tanggung jawab manajerial yaitu bahwa
para manajer bertanggung jawab atas efektivitas individu, kelompok dan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa hal yang menjadi ukuran dalam arti efektivitas yaitu efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas,
kualitas, waktu yang dicapai, semakin besar target yang dicapai maka semakin tinggi efektivitasnya. Lebih lanjut Agung Kurniawan 2005 mendefinisikan
efektivitas sebagai kemampuan melaksanakan tugas, fungsi operasi kegiatan program atau misi daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak ada
tekanan atau ketegangan di antara pelaksanaannya. Menurut pendapat Mahmudi 2005, efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin
besar kontribusi sumbangan output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.
Siagian 2002 meninjau dari aspek ketepatan waktu, efektifitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditetapkan tetap pada waktunya dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Dari pengertian diatas berarti efektifitas sebagai orientasi kerja
menyoroti empat hal, antara lain: a.
Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah ditentukan atau dibatasi.
b. Jumlah dan mutu barang atau jasa yang dihasilkan sudah ditentukan.
c. Batas waktu menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah ditentukan.
d. Tata cara yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah ditentukan.
Keefektifan distribusi Raskin ditinjau dari beberapa indikator yakni ketepatan sasaran bagi rumah tangga sasaran yang terdaftar dalam daftar penerima Raskin
yang ditetapkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K, ketepatan jumlah beras yang diterima rumah tangga miskin yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 15 kgKK, ketepatan harga yaitu Rp 1,600kg di titik distribusi, ketepatan waktu pendistribusian, terpenuhinya persyaratan administrasi dengan
benar dan terpenuhinya persyaratan kualitas Bulog, 2014. Sebagaimana diketahui bahwa hanya warga yang memenuhi kriteria variabel
kemiskinan yang berhak memperoleh berbagai bantuan-bantuan pengentasan kemiskinan, seperti Raskin, adalah: 1 Luas lantai rumah per anggota rumah
tangga keluarga kurang dari 8 m
2
. 2 Jenis lantai rumah adalah tanah, papan kualitas rendah, 3 Jenis dinding terdiri bambu, papan kualitas rendah atau
tembok tanpa diplaster, 4 Tidak punya fasilitas tempat buang air jamban, 5 Sumber air minum adalah sumursungaiair hujanmata air, 6 Penerangan yang
digunakan bukan listrik, 7 Bahan bakar yang digunakan adalah kayuarang, 8 Frekuensi makan dalam sehari kurang dari 2 kali sehari, 9 Tidak ada
kemampuan membeli dagingayamsusu dalam seminggu, 10 Tidak mampu membeli pakaian baru bagi setiap anggota ruimah tangga, tidak pernah membeli,
minimal dalam satu tahun, 11 Tidak mampu berobat ke PuskesmasPoliklinik, 12 Lapangan pekerjaan kepala rumahtangga biasanya petani gurem, nelayan,
pekebun atau pekerja lain dengan pendapatan kurang Rp.600.000,-- perbulan, 13 Kepala Rumah Tangga belum pernah sekolah atau tidak tamat SD, dan, 14
Kepemilikan assetbarang berharga : yakni tidak punya tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai lebih Rp.500.000,-seperti sepeda motor, emas, ternak,
perahu dan sebagainya. Namun demikian, masih ada kebijakan-kebijakan yang bisa meringankan untuk
dikategorikan miskin, tetapi tetap mengacu kepada kriteria tersebut di atas, yakni:
Universitas Sumatera Utara
1 Jika memenuhi 9 kriteria variabel kemiskinan maka dikategorikan mendekati miskin, 2 Jika memenuhi 12 kriteria variabel kemiskinan maka dikategorikan
miskin, 3 Jika memenuhi 14 kriteria variabel kemiskinan maka dikategorikan sangat miskin.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Sari 2007 yang berjudul “Analisis Efektivitas dan
Efisiensi Distribusi Raskin di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat”, data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan
tabulasi sederhana untuk menghitung harga ditingkat rumah tangga, surplus konsumen rumah tangga dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan harga antara harga patokan Pemerintah dengan harga ditingkat rumah tangga sebesar Rp 400,-. Program pendistribusian Raskin
memberikan surplus kepada penerima manfaat beras miskin sebesar Rp 10,692 per kepala keluarga. Tingkat keefektifan program pendistribusian beras Raskin
yaitu sebesar 33,4 menyatakan distribusi Raskin tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, dan administrasi dan 51,2 menyatakan distribusi Raskin tidak tepat
sasaran, jumlah, harga, waktu, dan administrasi. Pendistribusian beras Raskin di Desa Securai Utara tidak efektif.Tingkat efisiensi pendistribusian beras Raskin di
Desa Securai Utara masuk dalam kategori efisien, dimana hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pemasaran ≤ 1.
Dalam penelitian Damanik, et. al 2012 yang berjudul “Analisis Efektivitas Distribusi Beras Miskin Raskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan
Rambutan Kota Tebing Tinggi”, hasil penelitian menunjukkan bahwa harga Raskin ditingkat rumah tangga miskin sebesar Rp 1,666,67 per kg sehingga
Universitas Sumatera Utara
terdapat perbedaan harga antara harga patokan pemerintah dengan harga ditingkat rumah tangga miskin sebesar Rp 66,67. Selain itu, pendistribusian beras belum
efektif ditinjau dari indikator efektivitas yang digunakan. Dari sisi tepat sasaran terdapat 18 sampel 60 yang tidak tepat sasaran, dari sisi jumlah sudah tepat,
dari sisi harga belum tepat, serta dari sisi waktu dan administrasi dinyatakan sudah tepat.
Bakkara 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Distribusi
Beras Miskin di Desa Sitalasari, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun”, data dianalisis dengan metode deskriptif dan penghitungan surplus konsumen
rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa surplus konsumen yang diterima oleh tiap penerima Raskin sebesar Rp 32.942KK yang mana jauh berada
di atas total harga yang dibayarkan untuk memperoleh Raskin dengan kuantitas 9,6 kgKK dan total persentase keefektifan pendistribusian Raskin di desa
Sitalasari adalah sebesar 35,91. Disimpulkan bahwa program pendistribusian Raskin di Desa Sitalasari sangat tidak efektif.
2.4 Kerangka Pemikiran