5
BAB II GAMBARAN UMUM
UKIYO-E 2.1 Pengertian
Ukiyo-e
Ukiyo-e adalah nama lukisan klasik di Jepang yang muncul pada periode Edo 1600-1868. mungkin lukisan hanyalah karya seni yang biasa dan sudah
umum di negara-negara manapun, tapi Ukiyo-e berbeda dengan lukisan biasa karena dibuat di atas balok kayu dengan tehnik cukil sehingga menampakkan efek
3-dimensi. Secara etimologi Ukiyo-e berasal dari huruf uki mengambang, yo dunia, dan e gambar. Ukiyo-e populer di kalangan kelas menengah di awal
periode Edo, subjek utama Ukiyo-e pada masa itu cenderung terfokus pada teater- teater kabuki. Sebenarnya, lingkungan sosial yang menjadi tempat tumbuh dan
berkembangnya Ukiyo-e sudah ada pada masa Kan-Ei 1624-1644, genre lukisan pada masa itu menggambarkan para pencari kenikmatan dari berbagai macam
kelas sosial yang memenuhi distrik-distrik hiburan di sepanjang sungai Kamogawa di Kyoto dan kritik wanita penghibur sehingga muncul gaya hidup
bebas dengan Ukiyo-e atau dunia yang mengambang, bersamaan dengan itu muncullah genre Ukiyo-e yang mengagungkan gaya hidup seperti itu.
2.2 Sejarah Ukiyo-e
2.2.1 Periode Awal
Periode awal Ukiyo-e berlangsung sejak Kebakaran besar zaman Meireki sampai zaman Horeki. Bentuk awal Ukiyo-e adalah lukisan asli yang di gambar
dengan menggunakan kuas serta lukisan hasil reproduksi teknik cungkil kayu dengan memakai hanya satu warna.
6 Di pertengahan ababke-17, seniman yang menggambar lukisan asli untuk
teknik cungkil kayu disebut Hanshita-eshi 版下絵師 pelukis sketsa. Hishikawa Moronobu adalah salah satu pelukis sketsa yang terkenal di zaman itu
yang membuat buku bergambar dan ilustrasi untuk buku. Salah satu karya nya yang sangat terkenal berjudul Mikaeri Bijin-zu 見返り美人図 Wanita Cantik
Menoleh ke Belakang.
2.2.2 Periode Pertengahan Periode pertengahan ditandai dengan kelahiran Nishiki-e sekitar tahun ke-2
zaman Meiwa hingga tahun ke-3 zaman Bunka. Pada tahun 1765, kalender bergambar disebut E-goyomi populer di kalangan
penyair haiku di Edo, sampai-sampai diadakan pertemuan untuk tukar menukar kalender bergambar. Pelukis Ukiyo-e Suzuki Harunobu mengantisipasi minat
masyarakat dengan membuat Ukiyo-e menggunakan tinta beraneka warna. Seni lukisan Ukiyo-e mencapai zaman keemasan berkat tenkik cetak warna Ukiyo-
e secara full-color. Di zaman Anei, Ukiyo-e yang menggambarkan wanita secara realistik
Bijinga karya Kitao Shigemasa menjadi sangat populer. Katsukwa Shunsho menggambar lukisan potret aktor kabuki terkenal Yakusha-e hingga sangat mirip
dengan aslinya. Pelukis Ukiyo-e bernama Kitagawa Utamaro melahirkan banyak sekali karya-karya berupa Bijinga dan
Ōkubi-e lukisan potret setengah badan aktor dan wanita cantik yang terkenal sangat mendetil dan digambar dengan
elegan.
7 Pada tahun ke-2 zaman Kansei pemerintah mengeluarkan peraturan
tentang bahan cetak yang membatasi peredaran bahan-bahan cetak di kalangan masyarakat. Pada tahun ke-7 zaman Kansei, setelah seluruh harta benda yang
dimiliki disita pemerintah, penerbit Ukiyo-e bernama Tsutaya Jūzaburō berusaha
bangkit kembali. Tsutaya Jūzaburō mengumpulkan uang dengan cara menjual lukisan Ukiyo-e karya
Tōshūsai Sharaku. Lukisan karya Tōshūsai Sharaku menjadi sangat terkenal berkat pose aktor kabuki yang selalu digambar berlebih-
lebihan walaupun lukisannya sendiri kurang laku. Kumpulan lukisan aktor kabuki karya Utagawa Toyokuni yang dikenal sebagai Yakusha Butai Sugata-e 役者舞
台姿絵, lukisan potret aktor di atas panggung justru lebih laku. Murid-murid Utagawa Toyokuni kemudian mendirikan aliran Utagawa yang merupakan aliran
terbesar dalam seni Ukiyo-e.
2.2.3 Periode Lanjut Periode lanjut Ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun ke-4 zaman
Bunka hingga tahun ke-5 zaman Ansei. Setelah Kitagawa Utamaro tutup usia, lukisan wanita cantik Bijinga makin digambar secara lebih erotis seperti terlihat
dalam karya-karya Keisai Eisen. Murid
Katsukawa Shunshō yang bernama Katsushika Hokusai membuat kumpulan lukisan yang dikenal sebagai 36 Pemandangan Gunung Fuji. Kumpulan
lukisan Hokusai dibuat untuk mengikuti tren orang Jepang yang mulai senang bepergian di dalam negeri. Utagawa Hiroshige mengikuti kesuksesan Hokusai
dengan kumpulan lukisan yang dikenal sebagai Tōkaidō gojūsan-tsugi 東海道五 十三次,
53 Pemberhentian di Tōkaidō. Karya Hokusai dan Hiroshige dikenal
8 sebagai genre Meisho-e lukisan tempat terkenal atau
Fūkeiga lukisan pemandangan.
Lukisan potret aktor kabuki yang tergolong dalam genre Yakusha-e tetap diteruskan oleh Utagawa Kunisada yang merupakan murid Utagawa Toyokuni.
Karya Utagawa Kunisada justru makin mempertegas ciri khas genre Yakusha-e berupa garis-garis keras dan dinamis yang dirintis sang guru.
Bersamaan dengan kepopuleran Kusazōshi buku bergambar dengan cerita
memakai aksara hiragana lahir karya-karya Ukiyo-e genre Musha-e yang menggambarkan tokoh-tokoh samurai, seperti terlihat dalam lukisan karya
Utagawa Kuniyoshi. Ilustrasi tokoh-tokoh kisah Batas Air yang digambar oleh Utagawa Kuniyoshi menjadi sangat populer, bahkan sampai membuat orang
Jepang keranjingan cerita Batas Air.
2.2.4 Periode Akhir Periode akhir Ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun 6 zaman Ansei
sampai tahun ke-45 zaman Meiji. Lukisan Ukiyo-e yang populer pada masa ini adalah genre lukisan orang asing yang disebut Yokohama-e, karena orang Jepang
menaruh minat pada budaya asing yang dibawa oleh Kapal Hitam. Akibat kekacauan yang ditimbulkan Restorasi Meiji, lukisan Ukiyo-e
mulai banyak yang mengetengahkan tema-tema lukisan kabuki yang mengumbar brutalisme dan lukisan makhluk aneh tapi nyata Tsukioka Yoshitoshi yang
merupakan murid Utagawa Kuniyoshi dan Ochiai Yoshiiku membuat kumpulan lukisan berjudul 28 Pembunuhan Terkenal dan Prosa 英名二十八衆句 Eimei
9 nijūhachi shūku. Kumpulan lukisan bertema sadis berlumuran darah seperti ini
digolongkan ke dalam genre Muzan-e. Kawanabe Kyōsai dari aliran Kanō juga banyak melahirkan karya-karya
legendaris di masa ini. Genre baru Ukiyo-e yang disebut Kōsenga dimulai
Kobayashi Kiyochika dengan ciri khas objek lukisan yang digambar tanpa garis tepi outline. Lukisan Ukiyo-e untuk anak-anak seperti yang dibuat Utagawa
Yoshifuji digolongkan ke dalam genre Omocha-e. Gambar hasil penggandaan bisa digunakan anak-anak untuk bermain, seperti lembaran permainan yang sekarang
sering menjadi bonus majalah anak-anak. Utagawa Yoshifuji begitu mengkhususkan diri pada genre Omocha-e, sehingga mendapat julukan Omocha
Yoshifuji Yoshifuji ahli mainan. Tsukioka Yoshitoshi dikenal sebagai grandmaster terakhir Ukiyo-e. Karya-karyanya sangat bergaya Barat dan
bersentuhan halus. Dari tangannya lahir karya-karya seperti surat kabar Ukiyo-e nishiki-e shimbun, lukisan bertema sejarah rekishiga, dan lukisan bertema
erotis fūzokuga. Prihatin dengan kemunduran Ukiyo-e, murid-muridnya disuruh
untuk belajar hal-hal lain selain Ukiyo-e. Salah seorang murid Yoshitoshi yang bernama Kaburaki Kiyokata berhasil menjadi pelukis Jepang yang sangat
terkenal. Pada abad ke-19 sepeninggal 2 seniman Ukiyo-e yang terkenal yaitu
Hokusai dan horishige, Ukiyo-e mengalami penurunan, karena modernisasi dari pemerintahan Jepang secara besar-besaran. Ukiyo-e kalah dengan tekhnik
fotografi yang berkembang. Ukiyo-e tidak mampu bertahan ketika masyarakat
Edo dihancurkan oleh gerakan Westernisasi radikal yang merubah Jepang dalam masa Meiji 1868-1912. Memasuki periode Meiji, Jepang mulai mempelajari
10 tehnik fotografi barat. sehingga pewarna alami yang biasa digunakan untuk
mewarnai Ukiyo-e mulai diganti dengan pewarna kimia yang di impor dari Jerman, Warna-warna cerah yang dihasilkan dari warna merah dari Jerman
menjadi sering dipakai dalam menghasilkan karya Ukiyo-e, gambar-gambar ini lebih dikenal dengan gambar mera atau “Aka-e”. Seniman seperti Yoshitoshi
menjadi seniman yang terkenal dalam era ini, dimana dia menggambarkan cerita- cerita rakyat, penggambaran kesatria, bahkan hantu atau iblis. Hasil karyanya
yang terkenal adalah seri dari “100 aspek dari Bulan”. Lalu ada Kiyochika yang menggambarkan modernisasi dari kota Tokyo.
pada abad ke-20 selama periode Taiso dan showa, Ukiyo-e mengalami kebangkitan dan perubahan menjadi lukisan Shin Hanga new print, dan Sousaku
Hanga creative print. Shin Hanga diperkenalkan oleh seorang pelukis yaitu Watanabe Shozaburo, Lukisan ini mencampurkan unsur tradisional Ukiyo-e
dengan elemen dari barat seperti pencahayaan dan perspektif.
Shin Hanga yang bergaya renaissance banyak dieksport ke Amerika sedangkan
Sousaku Hanga merupakan konsep lukisan baru yang benar-benar berbeda dari proses pembuatan Ukiyo-e tradisional. Sayangnya tehnik dan gaya lukisan
Sousake Hanga sangat mirip dengan tehnik lukisan barat. Pelukis Ukiyo-e tradisional berusaha segala macam cara untuk bertahan
dari kemajuan teknologi tapi gagal. Hingga sekarang hanya beberapa lukisan Ukiyo-e yang tersisa dengan teknik cungkil kayu di Jepang.
11
2.3 Seniman Ukiyo-e Yang Terkenal Di Periode Edo