15
BAB III TEKNIK PEMBUATAN
UKIYO-E
Dalam membahas teknik pembuatan Ukiyo-e, terbagi atas dua bagian, yaitu secara Tradisonal dan secara Modern.
3.1 Teknik Pembuatan Ukiyo-e Secara Tradisional
Pembuatan Ukiyo-e dengan tradisional adalah salah satu teknik cetak relief yang berasa dari Jepang. Teknik cetak relief pembuatan Ukiyo-e
di periode Edo
ditemukannya cara membuat batas-batas kento pada objek lukisan yang memudahkan pewarnaan lukisan secara berulang kali dan tersedianya kertas
Washi berkualitas tinggi yang tahan melewati proses pewarnaan yang tumpang tindih. Washi 和紙 adalah kertas yang dibuat dengan metode tradisional di
Jepang. Dibandingkan kertas produksi mesin, serat dalam Washi lebih panjang sehingga washi bisa dibuat lebih tipis, namun tahan lama tidak lekas lusuh atau
robek. Di Jepang, Washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan
seni seperti origami, shodō dan Ukiyo-e.
Dalam pembuatan lukisan Ukiyo-e banyak menggunakan kertas washi bermerek dari provinsi Echizen dan Iyo yang
menggunakan bahan baku dari tanaman perdu yang disebut Kōzo Broussonetia
Kazinoki. Sesuai dengan perkembangan zaman, pembuatan Ukiyo-e juga mulai melibatkan beberapa orang seniman dengan bidang yang sangat terspesialiasi,
seperti pelukis yang hanya menggambar sketsa, seniman pencungkil kayu, dan seniman yang memberi warna pada lukisan. Secara teknis, ciri khas Ukiyo-e
16 dibandingkan teknik cukil kayu lainnya adalah penggunaan warna alam yang
didasari oleh air sebagai tinta warna yang dominan dengan warna hitam, merah, hijau. Alat-alat lain untuk mendukung proses cetak ini pun dibuat dari bahan
alam, seperti baren yang terbuat dari lapisan daun. Penggunaan Ukiyo-e tradisional pun tidak jauh berbeda dengan nilai utilitas karya-karya grafis massa
pada masa kini.
a. Percetakan Warna Pada tahun 1745, ditemukan sebuah teknik untuk menggunakan
serangkaian blok, dan setiap blok akan mencetak warna yang berbeda-beda dalam satu helai kertas. Hasil cetakan dari teknik ini dinamakan Benizuri-e gambar-
gambar yang dicetak dalam warna merah karena warna paling dominan adalah warna merah, yang diambil dari bunga sari Safflower benibana, dengan total
tidak lebih dari 2 hingga 3 warna. Tahun 1764 cetakan berwarna yang penuh akhirnya dapat dihasilkan. Perkembangan ini sangat erat kaitannya dengan
meroketnya popularitas Suzuki Harunobi 1725 – 1770. Pada tahun 1766 hampir semua pelukis Ukiyo-e melukis dengan menggunakan gaya Harunobu. Cetakan
jenis baru ini, disebut Nishiki-e gambar-gambar kain brokat, atau Edo-e gambar-gambar Edo, mewakili tahap akhir perkembangan teknik dari cetakan
berwana pada masa Edo. Periode Keemasan Ukiyo-e Akhir abad ke-18 merupakan periode konsolidasi, daripada inovasi, dalam Ukiyo-e. Namun, perkembangan
format oban dan pengenalan Diptychs dan Tryptychs pada akhirnya menghasilkan komposisi Ukiyo-e yang lebih kompleks. Setelah 1790, gambar-gambar Ukiyo-e
mendapatkan intensitas baru, dan berbagai jenis gaya bergantian muncul dan
17 menjadi populer dalam waktu yang sangat singkat. Kitagawa Utamaro 1753-
1806 dan Sharaku yang aktif mulai dari pertengahan 1794 hingga awal 1795 membawakan unsur realisme dalam gambar-gambar mereka, dan menimbulkan
perasaan kedekatan yang lebih dalam dengan subjek mereka, melalui penggunaan format Ookubi-e format dengan menitik beratkan lukisan pada bagian wajah
sehingga tampil lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya atau bust portrait. Perempuan-perempuan dalam gambar Utamaro, seringkali ditampilkan
dengan sangat menawan, dan kadang-kadang malah sensual. Setelah tahun 1800, muncullah perubahan selera yang radikal, seiring dengan hilangnya inspirasi
dalam hal ide rancangan serta menurunnya kualitas cetakan. Di masa ini, lukisan tubuh-tubuh pendek dengan pundak bungkuk dan garis-garis yang tajam,
menggantikan bentuk-bentuk tubuh yang tinggi dan elegan dari tahun 1770an dan 1780an. Pola-pola kimono menjadi lebih kasar dan tajam, gambar-gambar aktor
pun menjadi semakin dibesar-besarkan, dan tampak menyeramkan. Salah satu alasan dari perubahan ini adalah perubahan dalam publik pembeli hasil cetakan,
yang semakin lama semakin banyak dan semakin tidak mempedulikan kualitas, yang pada akhirnya membuat cetakan-cetakan Ukiyo-e diproduksi secara cepat
dan dalam jumlah yang besar. Penulis menyimpulkan pencetakan warna pembuatan Ukiyo-e mengunakan warna-
warna alami seperti Bunga Benibana yang berdominan dengan warna merah dan hijau.
Contoh Karya Lukisan Ukiyo-e Tradisional:
18
Ase o fuku onna karya Kitagawa Utamaro
Lukisan potret Ichikawa Omezō karya Tōshūsai Sharaku
Fuji Merah dari buku 36 Pemandangan Gunung Fuji karya Fugaku Sanjurokkei
19 b. Pemandangan Alam
Kemunculan gambar-gambar pemandangan alam merupakan salah satu perkembangan terakhir dalam sejarah Ukiyo-e. Sebelum gambar Katsushika
Hokusai 1760-1849 berjudul Fugaku Sanjurokkei 1823, 36 Pemandangan Gunung Fuji, pemandangan alam tidaklah dipandang sebagai salah satu subjek
lukisan dalam Ukiyo-e. Seorang seniman yang aktif selama kurang lebih 60 tahun, Hokusai mengembangkan gaya lukisan yang sepenuhnya individual,
mengkombinasikan pengaruh Cina dan barat, dengan sejumlah unsur dari aliran lokal seperti Kano, Tosa, dan tradisi Rimpa. Dia juga seorang pelukis yang luar
biasa, yang menggunakan sejumlah teknik yang rumit untuk menciptakan serangkaian gambar yang mengesankan dalam kumpulan karyanya yang terkenal
yaitu 13 volume Hokusai manga 1814-1849, Sketsa-sketsa Hokusai. Saingan utama Hokusai dalam hal pemandangan alam hanyalah Ando Hiroshige 1797-
1858. Gambarnya yang terkenal seperti Tokaido Gojusantsugi 1833-1834, ‘53 Stasiun di jalan Tokaido’ telah membuat dia terkenal, dan pada saat yang
bersamaan memunculkan sejumlah pemalsu. Dalam gambar tersebut, dan karyanya yang lain, Hiroshige menampilkan perhatiannya yang besar terhadap
atmosfir, cahaya dan cuaca. Sebagai sebuah elemen yang menyatu erat dengan budaya pada masa Edo. Ukiyo-e tidak mampu bertahan ketika masyarakat Edo
dihancurkan oleh gerakan westernisasi radikal yang merubah Jepang dalam masa Meiji 1868-1912.
Lukisan Ukiyo-e yang mempunyai makna Haiku:
20
Bebek mandarin Oshidori karya Kitagawa Utamaro
Bangau jepang tsuru karya Ando Hiroshige
Burung kutilang jepang Uso karya Tokaido Gojusantsuge
21
3.2 Teknik Pembuatan Ukiyo-e Secara Modern