Klasifikasi dan Biologi Agensia Hayati

Ade Setiawan : Uji Efikasi Beberapa Agensia Hayati Terhadap Hama Perusak Daun Tembakau Deli Di Sampali, 2008 USU Repository © 2008 Valanga nigricornis Krauss. Orthoptera, Acrididae. Warna belalang kayu abu-abu kecoklatan, paha berwarna coklat dan betis kemerahan atau ungu. Panjang tubuh betina 58-71mm, sedangkan jantan 49-63mm. tempat berkembang biak belalang kayu yang utama adalah hutan jati dan apabila tidak tersedia daun jati maka ia akan berpindah ketanaman lain disekelilingnya Rukmana, 1997. Gejala serangan dari belalang kayu pada tanaman adalah termakannya daun yang biasanya dimulai dari bagian tepi daun menuju kedalam. Pada serangan berat dari serangga ini dapat menyebabkan habisnya daun dan menyisakan tulang daun Rukmana, 1997. Serangga dewasa berukuran panjang 49 – 71 mm dengan warna kecoklatan sampai hijau kekuningan. Betina dewasa memiliki alat peletak telur atau yang disebut ovipositor. Telur dimasukkan kedalam tanah sedalam 5 –8 cm. telur tersebut dibungkus engan massa busa yang kemudian mengering dan memadat, berwarna coklat dengan panjang 2 –3 cm. setelah 5 – 7,5 bulan telur menetas, biasanya pada awal musim hujan Oktober – November Sudarmo, 2000.

2. Klasifikasi dan Biologi Agensia Hayati

2.1 Beauveria bassiana. Beauveria bassiana adalah jamur yang hidup di dalam tanah dan terdapat di seluruh dunia, dapat menyebabkan penyakit terhadap berjenis serangga karena bertindak sebagai parasit yang mana tergolong kedalam jamur entomopatogenik. B. bassiana telah digunakan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan berjenis serangga seperti rayap, kutu putih, dan jenis-jenis kumbang. B. bassiana ditemukan pada tahun 1835 oleh seorang ahli serangga Ade Setiawan : Uji Efikasi Beberapa Agensia Hayati Terhadap Hama Perusak Daun Tembakau Deli Di Sampali, 2008 USU Repository © 2008 Italia Agostino bassi sebagai penyebab penyakit Muscardine pada ulat sutera Anonim, 2007. B. bassiana adalah jenis jamur yang tergolong dalam kelas Deuteromycetes jamur tak sempurna. Jamur B. bassiana mempunyai percabangan yang pendek, dalam 32 jam tabung kecambah dapat mencapai panjang 80 mikron. Bila konidia terbentuk banyak, konidia tersusun rapat pada konidiofor, hifa utama mempunyai percabangan pendek kesamping dan sering kali berupa sudut siku-siku terhadap poros utama. Strain-strain B. bassiana pada periode yang sangat lama telah diketahui mampu mempertahankan virulensinya. Pemindahan yang sering dapat menurunkan virulensinya, untuk itu lebih baik menyimpan biakan tunggal perioda yang lama daripada memindahkan berulang-ulang jika ingin mendapatkan jamur yang mempunyai virulensi yang tinggi Sweetman, 1963. Gbr. 1. Beauveria bassiana Sumber : Wikipedia 2.2. Paecilomyces fumoso roseus. Paecilomyces adalah jamur yang bersifat kosmopolitan yang hidup di tanah, sisa tanaman yang telah membusuk, dan produk makanan. Beberapa jenis dari Paecilomyces dapat diisolasi dari serangga. Paecilomyces tidak hanya merupakan pencemar, tetapi dapat juga menyebabkan infeksiperadangan pada binatang dan manusia Anonim, 2007. Misellium jamur Paecilomyces ini bersekat, berwarna putih dan berubah menjadi kuning muda. Struktur konidia sangat sederhana, konidiofor pendek, sederhana atau Ade Setiawan : Uji Efikasi Beberapa Agensia Hayati Terhadap Hama Perusak Daun Tembakau Deli Di Sampali, 2008 USU Repository © 2008 bercabang sangat pendek. Konidiofor pada saat tumbuh panjangnya 7-15 mikron dan bergaris tengah 1,5-2 mikron. Koloni jamur dalam media PDA tumbuh lebih cepat yaitu 27-29 mm dalam 7 hari dan 55-80 mm dalam 14 hari. Perkembangan jamur ini tidak terjadi pada suhu 8 C, sangat lambat dan jarang pada suhu 10 C– 14 C. perkembangannya juga tidak terjadi pada suhu 30 C atau lebih dari suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur 23–25 C Brown and Smith, 1975. Gbr 2. Paecilomyces fumoso roseus Sumber : www.doctorfungus.org 2.3. Bacillus thuringiensis B. thuringiensis adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahuinya potensi dari protein kristal Bt sebagai agen pengendali serangga, berbagai isolat Bt dengan berbagai jenis protein kristal yang dikandungnya telah teridentifikasi. Sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga yang bukan sasaran dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan Anonim, 2006 a . Ade Setiawan : Uji Efikasi Beberapa Agensia Hayati Terhadap Hama Perusak Daun Tembakau Deli Di Sampali, 2008 USU Repository © 2008 B. thuringiensis menghasilkan toksin yang memiliki daya racun terhadap serangga hama tertentu. Spesifitas terhadap serangga tertentu dipengaruhi oleh komponen kimiawi toksin sehingga kisaran serangga sasarannya sempit Lay,1993. Toksin yang dihasilkan dikenal sebagai delta toksin yangterdapat didalam protein kristal serta tidak bersifat racun terhadap manusia dan vertebrata lainnya Heimpel, 1967 dalam Lay 1993.

3. Mekanisme Kerja dan Gejala Infeksi Agens Hayati