Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
Pada kondisi penambahan beban pada putaran poros konstan akan terjadi penambahan kandungan oksigen yang terikat pada campuran antara zat aditif
dengan premium sebanding dengan penambahan massa bahan bakar, hal ini akan menyebabkan semakin banyak bahan bakar yang terbakar dan daya efektif yang
lebih besar, sehingga meningkatkan efisiensi termal.
4.3 Pengujian Emisi Gas Buang
4.3.1 Kadar Carbon Monoksida CO dalam gas buang
Data hasil pengukuran kadar CO dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar Premium, 4l premium + aditif 100 ml, 4l premium + aditif 200 ml,
4l premium + aditif 300 ml melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Kadar CO dalam gas buang.
Beban kg
Putaran rpm
Kadar CO
Premium C
1:40
C
2:40
C
3:40
10
2000 0.061
0.054 0.048
0.045 2500
0.052 0.035
0.031 0.029
3000 0.085
0.075 0.063
0.056 3500
0.181 0.156
0.148 0.135
4000 0.289
0.261 0.251
0.238
25
2000 0.052
0.048 0.038
0.029 2500
0.042 0.033
0.031 0.024
3000 0.069
0.065 0.063
0.058 3500
0.218 0.189
0.172 0.164
4000 0.292
0.278 0.265
0.252
• Pada pembebanan 10 kg gambar 4.9, kadar CO terendah terjadi saat
menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
2500 rpm yaitu 0,029 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 0,289 .
• Pada pembebanan 25 kg gambar 4.9, kadar CO terendah terjadi saat
menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran 2500 rpm yaitu 0,024 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat
menggunakan premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 0,292 . Perbandingan kadar CO yang terdapat dalam gas buang masing-masing
pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.9 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 10 kg dan 25 kg Emisi gas buang karbon monoksida CO terjadi akibat
kekurangan oksigen sehingga proses pembakaran berlangsung secara tidak sempurna karena
banyak atom C karbon yang tidak mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya membentuk gas CO karbon monoksida.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
4.3.2 Kadar Unburned Hidro Carbon UHC dalam gas buang
Data hasil pengukuran kadar UHC dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar Premium, 4l premium + aditif 100 ml, 4l premium + aditif 200 ml, 4l
premium + aditif 300 ml, melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Kadar UHC dalam gas buang.
Beban kg
Putaran rpm
Kadar UHC ppm
Premium C
1:40
C
2:40
C
3:40
10
2000 452
428 412
398 2500
315 216
205 195
3000 235
198 188
184 3500
215 185
178 162
4000 189
171 161
148
25
2000 404
382 378
372 2500
273 258
246 235
3000 215
196 187
176 3500
165 148
135 120
4000 154
136 128
118 •
Pada pembebanan 10 kg gambar 4.10, kadar UHC terendah terjadi saat menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran 4000 rpm sebesar 148 ppm. Sedangkan kadar UHC tertinggi
terjadi saat menggunakan premium pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 452 ppm.
• Pada pembebanan 25 kg gambar 4.10, kadar UHC terendah terjadi saat
menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran 4000 rpm yaitu 118 ppm . Sedangkan kadar UHC tertinggi terjadi
saat menggunakan premium pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 404 ppm.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
Perbandingan kadar UHC yang terdapat dalam gas buang masing-masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.10 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 10 kg dan 25 kg Jumlah emisi Unburned Hidro Carbon UHC yang lebih besar pada
premium jika dibandingkan terhadap campuran antara zat aditif dengan premium disebabkan karena premium mempunyai senyawa berat yang jumlah ikatan rantai
karbon yang lebih panjang jika dibandingan dengan campuran antara zat aditif dengan premium. Hal ini juga disebabkan karena pembakaran yang tidak
sempurna didalam silinder.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
4.3.3 Kadar Carbon Dioksida CO