Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
Kenaikan putaran poros mempercepat proses pembakaran, sehingga bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak dan emisi CO
2
yang dihasilkan cenderung bertambah besar.
4.3.4 Kadar Sisa Oksigen O
2
dalam Gas Buang
Data hasil pengukuran kadar O
2
dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar Premium, 4l premium + aditif 100 ml, 4l premium + aditif 200 ml,
4l premium + aditif 300 ml, melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11 Kadar Sisa Oksigen O
2
dalam gas buang.
Beban kg
Putaran rpm
Kadar Oksigen
Premium C
1:40
C
2:40
C
3:40
10
2000 17.59
18.12 18.17
18.22 2500
18.12 18.89
18.97 19.08
3000 16.30
17.52 17.68
17.78 3500
10.45 12.86
12.98 13.04
4000 9.45
10.38 10.84
11.18
25
2000 18.14
18.26 18.28
18.29 2500
18.50 18.98
19.18 19.25
3000 16.46
17.24 17.56
17.78 3500
12.33 12.76
13.26 13.68
4000 9.75
10.1 11.72
12.28 •
Pada pembebanan 10 kg gambar 4.12, kadar O
2
terendah terjadi saat menggunakan premium pada putaran 4000 yaitu sebesar 9,45 . Sedangkan
kadar O
2
tertinggi terjadi saat menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19,08 . •
Pada pembebanan 25 kg gambar 4.12, kadar O
2
terendah terjadi saat menggunakan premium pada putaran 4000 rpm yaitu 9,75 . Sedangkan
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
kadar O
2
tertinggi terjadi saat menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19,25 . Perbandingan kadar sisa O
2
yang terdapat dalam gas buang masing- masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.12 Grafik Kadar O
2
vs Putaran untuk beban 10 kg dan 25 kg
Kadar sisa O
2
terendah diperoleh ketika menggunakan premium pada putaran 4000 rpm yaitu 9,45 pada pembebanan 10 kg , yang disebabkan
karena kurang optimalnya proses pembakaran. Kadar sisa O
2
tertinggi terjadi saat menggunakan campuran antara zat aditif dengan premium C
3:40
pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19,25 pada pembebanan 25 kg.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
Proses pembakaran pada motor bensin berlangsung pada campuran udara- bahan bakar yang kaya atau adanya udara oksigen lebihan yang bertujuan untuk
menjamin kelangsungan proses pembakaran, sehingga dalam gas buang hasil pembakaran masih mengandung O
2
. Sisa O
2
gas buang dari pembakaran campuran antara zat aditif dengan premium lebih besar dari pada premium, hal
ini karena adanya kandungan oksigen yang terikat langsung pada senyawa zat aditif.
Pengaruh kenaikan putaran poros pada beban konstan cenderung mengurangi jumlah sisa O
2
gas buang, hal ini disebabkan pada kondisi tersebut jumlah massa bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak, sehingga dengan
jumlah udara yang sama memerlukan lebih banyak oksigen untuk proses pembakaran.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Bahan bakar berbahan baku zat aditif dan premium C
1:40
HHV sekitar 48711,89 kJkg, lebih tinggi 1,5 dibanding premium yang memiliki
HHV sekitar 48000,12 kJkg. 2.
Bahan bakar berbahan baku zat aditif dan premium C
2:40
HHV sekitar 50436,89 kJkg, lebih tinggi 5,08 dibanding premium yang memiliki
HHV sekitar 48000,12 kJkg. 3.
Bahan bakar berbahan baku zat aditif dan premium C
3:40
HHV sekitar 49536,89 kJkg, lebih tinggi 3,2 dibanding premium yang memiliki
HHV sekitar 48000,12 kJkg. 4.
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa campuran premium- zat aditif C
2:40
memiliki nilai kalor yang paling tinggi, sedangkan pada campuran premium-zat aditif C
3:40
menurun,hal ini disebabkan karena campuran zat aditif yang terlalu banyak, tetapi nilai kalornya masih lebih
tinggi dari premium. 5.
Torsi mengalami kenaikan pada C
1:40
dan C
2:40
, akan tetapi menurun pada C
3:40
. Ini disebabkan karena nilai kalor bahan bakar pada C
3:40
juga menurun.
6. Daya mesin sangat berpengaruh dengan torsi yang dihasilkan oleh mesin.
Semakin besar torsi maka semakin besar pula daya mesin yang dihasilkan. 7.
Berdasarkan hasil analisa data, konsumsi bahan bakar spesifik Sfc pada setiap campuran lebih rendah dibandingkan dengan premium. Pada
putaran 3000 rpm dan beban 25 kg penggunaan bahan bakar paling rendah.
8. Rasio perbandingan udara bahan bakar AFR pada setiap campuran lebih
besar dibandingkan dengan bahan bakar premium, sebab waktu yang digunakan untuk menghabiskan 50 ml bahan bakar pada pengujian lebih
lama pada setiap campuran dibandingkan dengan premium.