Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
4.2.1 Torsi
Pada tabel 4.2 dapat dilihat besarnya torsi untuk masing–masing pengujian daya mesin baik dengan menggunakan bahan bakar campuran zat aditif dengan
perbandingan C
1:40
, C
2:40
, C
3:40
maupun premium murni pada berbagai kondisi pembebanan dan putaran.
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan untuk torsi
Beban kg
Putaran rpm
Torsi Nm
Premium C
1:40
C
2:40
C
3:40
10
2000 40
44 48
46.5
2500 38
42 45
44
3000 36
39 43
42
3500 34.5
36.5 40
39.5
4000 32
34 37
36
25
2000 76
79.5 84
81 2500
73 76
80 79
3000 71.5
74 78.5
77 3500
69 71
75 74
4000 66
68 72
70.5
• Pada pembebanan 10 kg gambar 4.2, torsi terendah mesin terjadi pada
pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 32 N.m. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian
dengan menggunakan bahan bakar campuran zat aditif dengan premium C
2:40
pada putaran 4000 sebesar 48 N.m. •
Pada pembebanan 25 kg gambar 4.2 , torsi terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm
yaitu 66 N.m. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar campuran zat aditif dengan premium C
2:40
pada putaran 2000 sebesar 84 N.m.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
Torsi terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm dan beban 10 kg yaitu sebesar 32 N.m. Sedangkan torsi
tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar campuran zat aditif dengan premium C
2:40
pada beban 25 kg dan putaran 2000 rpm sebesar 84 N.m.
Gambar 4.2 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 10 kg dan 25 kg
Torsi mengalami kenaikan pada C
1:40
dan C
2:40
, akan tetapi menurun pada C
3:40
. Hal ini diakibatkan nilai kalor bahan bakar juga semakin menurun. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa campuran tidak efisien. Besarnya energi hasil pembakaran suatu bahan bakar sangat dipengaruhi oleh nilai
kandungan energi bahan bakar tersebut yang disebut dengan nilai kalor, karena nilai kalor C
1:40
; C
2:40
dan C
3:40
lebih besar dari premium maka torsi yang dihasilkan pun lebih besar jika dibandingkan dengan bahan bakar premium.
Roni Hotmartuah Saragih : Studi Eksperimental Performansi Motor Otto Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Zat Aditif Berbentuk Cair, 2010.
4.2.2 Daya