Pengolahan Limbah Radioaktif Klasifikasi Limbah Radioaktif

2.2. Limbah Radioaktif

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No.27 Tahun 2002, limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion yang tidak dapat digunakan lagi.

2.2.1. Pengolahan Limbah Radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan dan pengelompokan limbah, pengakutan, pra-olah, pengolahan, penyimpanan sementara, penyimpanan akhir. Pengolahan limbah adalah mengubah bentuk dan sifat limbah, dengan alat-alat proses. Pada umumnya pengolahan limbah radioaktif meliputi 2 tahap, yaitu reduksi volume dan solidifikasi. 1. Reduksi volume digunakan untuk memperkecil volume limbah, sehingga memudahkan proses selanjutnya. Reduksi volume limbah cair dilakukan antara lain dengan proses koagulasi - flokulasi, penukar ion, dan evaporasi, sedangkan untuk limbah padat dilakukan antara lain dengan proses insenerasi dan kompaksi. Limbah hasil reduksi volume yang berupa flok, resin bekas, konsentrat evaporator diimobilisasi dengan bahan matriks yang sesuai. 12 2. Solidifikasi disebut juga imobilisasi yaitu mengikat radionuklida dalam limbah hasil reduksi volume dengan matriks tertentu, sehingga radionuklida tidak mudah larut dan lepas ke lingkungan, jika hasil imobilisasi kontak dengan air. Bahan matriks yang digunakan untuk imobilisasi yaitu semen, bitumen, polimer, gelas, dan keramik, tergantung karakteristik limbah radioaktif.

2.2.2. Klasifikasi Limbah Radioaktif

Berdasarkan atas karakteristik limbah radioaktif dan untuk pengelolaan jangka panjang, maka limbah radioaktif diklasifikasikan menjadi Miyasaki, et al. 1996 dalam Martono, 2007: 1. Limbah radioaktif dengan aktivitas rendah dan menengah LLW yang mengandung radioisotop pemancar beta dan gamma berumur pendek waktu paro kurang dari 30 tahun dan konsentrasi radionuklida pemancar alfanya sangat rendah. Setelah 300 tahun potensi bahaya radiasinya dapat diabaikan. 2. Limbah radioaktif dengan aktivitas menengah ILW yang banyak mengandung radioisotop waktu paro panjang diantaranya golongan aktinida sebagai pemancar alfa, dan sedikit atau tanpa radionuklida pemancar gamma dapat disebut limbah transuranium TRU. 3. Limbah radioaktif dengan aktivitas tinggi HLW yang banyak mengandung radioisotop hasil belah dan sedikit aktinida. 13 Klasifikasi limbah berdasarkan waktu paro radionuklidanya dan pengelolaannya ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Limbah Berdasar Waktu Paro Radionuklidanya dan Pengelolaannya Klasifikasi Limbah berumur Panjang No Karakteristik yang ditinjau Limbah Berumur Pendek Limbah Alfa Limbah Aktivitas Tinggi 1. Aktivitas awal radionuklida yang berwaktu paro kurang dari 30 tahun Rendah, aktivitasnya dapat diabaikan setelah 300 tahun Rendah atau sedang, aktivitasnya dapat diabaikan setelah 300 tahun Sangat tinggi, aktivitas dapat diabaikan setelah beberapa ratus tahun 2. Aktivitas awal radionuklida yang berwaktu paro ratusan atau ribuan tahun Nol atau sangat rendah, lebih kecil dari batas ambang yang ditetapkan Rendah atau sedang Rendah atau sedang 3. Radiasi yang dipancarkan Yang terutama beta-gamma Yang terutama alfa Yang terutama beta- gamma selama beberapa ratus tahun, kemudian setelah itu yang terutama alfa 4. Radionuklida yang pokok Sr-90 30 th, Cs- 137 30 th, Co-60 5 th, Fe-55 2,5 th Np-237 2 x 10 6 th, Pu-239 2,4 x 10 4 th, Am-241 4 x 10 2 th, Am-243 8 x 10 3 th Co-60, Sr-90, Np- 237, Pu-239, Am- 241, Am-243 5. Bahan matriks untuk pemadatan Semen sementasi Plastik polimerisasi Plastik polimerisasi Aspal bitumenisasi Gelas vitrifikasi 6. Tipe penyimpanan Penyimpanan tanah dangkal Penyimpanan tanah dalam untuk Penyimpanan tanah dalam untuk isolasi 14 akhir untuk isolasi limbah selama 300 tahun isolasi limbah selama jutaan tahun limbah selama jutaan tahun Sumber : Salimin, 2006

2.3. Leaching dan Ekstraksi