PENDAHULUAN Musik dalam tradisi tasawuf : studi Sama' dalam Tarekat Mawlawiyah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perhatian kepada pendidikan musik telah diberikan semenjak akhir zaman Umawiyah. Dalam zaman ‘Abbâsiyyah perhatian yang amat besar untuk perkembangan pendidikan musik diberikan oleh para khalifah dan pembesar. Sekolah musik tingkat menengah dan tinggi didirikan di berbagai kota. 1 Pabrik alat-alat musik dibangun di berbagai negeri Islam. Sejarah telah mencatat bahwa pusat pabrik pembuatan alat-alat musik yang sangat terkenal ada di kota Sevilla Andalusia atau Spanyol. 2 Catatan tentang kesenian umat Islam begitu banyak disebut orang. Para penemu dan pencipta alat musik Islam juga cukup banyak jumlahnya, yang muncul sejak pertengahan abad kedua Hijriah, misalnya Yûnus al-Khâtib w. 135 H, Khalîl ibn Ahmad 170 H, Ibn al-Nadîm al-Nausillî 235 H, Hunain ibn Ishâq 264 H, dan lain-lain. 3 Pada masa itu cakrawala umat Islam juga diramaikan oleh biduan dan biduanita yang status umumnya adalah pelayan. Mereka ini bukan penyanyi bayaran yang disewa untuk setiap pertunjukannya. Merekalah yang bernyanyi untuk menghibur khalifah dan para penguasa lainnya di istana dan rumah mereka masing-masing. 4 1 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian : Relevansi Islam dengan Seni-Budaya Karya Manusia, Jakarta : Pustaka al-Husna, 1988, hlm.169. 2 ’Abdurrahman al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam : Seni Vocal, Musik dan Tari, Jakarta : Gema Insani Press, 1995, hlm.97. 3 Ibid., h.97-98. 4 Ibid., h. 98. 1 Sejak kejatuhan negeri-negeri Islam ke tangan penjajah Timur Rusia dan Barat pada abad ke-19 M ke-13 H berbagai tragedi melingkupi umat Islam, termasuk bidang kesenian yang mulai pula diwarnai oleh seni budaya penjajah. Kini para generasi muda telah sulit melepaskan diri dari seni Barat yang telah merasuk kedalam dirinya. Mereka bahkan sudah keranjingan dan menggilai seniman-senimannya. Mereka menjadi fans grup band heavy metal dan menciptakan idola, misalnya Madonna, Mick Jagger, Jason Danovan, Rod Stewart, dan masih banyak idola-idola lainnya. 5 Seiring maraknya dunia musik, membuat bermunculan group-group musik yang tidak bisa dibendung keberadaannya. Bermusik tampaknya menjadi sebuah gaya anak muda zaman sekarang yang ingin mengeksplorasi bakatnya dalam bermain musik. Hal ini membuat penikmat musik memiliki banyak pilihan untuk menikmati musik yang ditawarkan para seniman musik, dengan karakter dan gaya yang berbeda. Menurut penulis, kecenderungan terhadap musik Barat memang bukanlah suatu masalah. Hanya saja, penulis melihat ada dampak negatif dari kecenderungan itu. Seharusnya, musik dijadikan sumber inspirasi spiritual bagi remaja, bukan menjadi kemerosotan spiritual. Penulis sendiri melihat banyak dari mereka yang mengonsumsi narkoba atau minum-minuman keras terlebih dahulu ketika mereka hendak bermain musik, seharusnya hal ini tidak perlu dilakukan oleh mereka para seniman musik. Sering kita melihat anak-anak muda di siang hari dan malam harinya berkumpul di rumah dan di pinggir-pinggir jalan dalam mencari kesenangan 5 Ibid., h. 7. dengan bernyanyi menggunakan gitar dan alat musik lainnya, menari bersama sambil berjoget dan ditambah dengan minum-minuman keras, terkadang dan sering menggangu orang-orang yang lewat, serta mengganggu ketenteraman masyarakat sekitar dengan tingkah laku mereka yang kurang menjaga adab dan etika masrayakat. Media elektronika telah lama mempengaruhi kehidupan para generasi muda, baik yang ada di pedesaan maupun di perkotaan, bahkan yang lebih buruk lagi, tempat-tempat hiburan maksiat seperti night club, bioskop dan panggung pertunjukan jumlahnya sangat banyak dan telah mewarnai kehidupan pemuda- pemudanya. Menurut Plato, musik itu bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral tinggi sehingga mereka menjadi orang-orang yang tahu mencintai keindahan. Masyarakat yang memandang musik hanya sebagai hiburan semata, sebagai alat dalam bersenang-senang, serta hanya sebagai media untuk mabuk- mabukan, masyarakat tersebut pastilah masyarakat yang bermoral rendah. 6 Dalam hal ini, penulis melihat musik sufi tampaknya dapat menjadi sebuah solusi. Musik sufi mempunyai pengaruh positif dalam hal spiritual, karena mereka umumnya yang berkecimpung dalam tasawuf tidak pernah meninggalkan aspek spiritual dalam kegiatan apapun termasuk bermain musik, apapun jenis musik yang mereka mainkan baik itu musik Rock, Pop, Jazz, Dang Dut, dan yang lainnya. Bagi para sufi, musik adalah merupakan tajallinya sifat Jamaliyah Allah. Allah sendiri menyifatkan DiriNya dengan yang Maha Indah dan menyukai hal- hal yang berkaitan dengan keindahan. Musik sendiri adalah indah, orang yang 6 Sukatmi Susantina, Nada-Nada Radikal: Perbincangan para Filsuf tentang Musik, Yogyakarta: Panta Rhei, 2004, hlm.24 bermain musik dan mendengarkannya akan menjadi tenteram dan menenangkan hati, bukan menjadi sebaliknya. Mungkin jika semua pemain dan penikmat musik tidak melupakan aspek spiritual dari musik, kita tidak akan mendengar dan melihat adanya kerusuhan yang banyak menelan korban jiwa ketika menyaksikan sebuah pertunjukan musik, seperti yang terjadi di Pekalongan, yang menelan korban jiwa 10 orang ketika menyaksikan pertunjukan Band Ungu. Dan tidak lagi mengkonsumsi narkoba atau minum-minuman keras ketika bermain dan menikmati musik, sehingga adab dan etika dalam masyarakat dapat terjaga. Rhoma Irama sebagai motor grup Soneta berpendapat, bahwa musik bukanlah sekedar arena untuk hura-hura semata. Musik adalah kebutuhan manusia yang tidak bisa diabaikan kehadirannya. Menurutnya, bahwa pada dasarnya musik itu fitrah suci, namun tangan manusialah musik itu menjadi maksiat, depends on the man behind the instrument. 7 Pandangan Rhoma Irama ini sejalan dengan pendapat para sufi, yang mengatakan bahwa musik bukanlah media yang hanya mencari kesenangan dan bermain-main saja, keindahan suara juga termasuk nikmat Allah SWT, jadi pada dasarnya musik adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut Imam al-Ghazâlî musik dan nyanyi sangat penting untuk memperoleh gairat Tuhan. Dengan musik dan nyanyian, kita akan memperoleh nikmat Tuhan. Ahli-ahli tasawuf berpendapat, bahwa musik dapat menjadi obat, musik dan nyanyian dapat menyembuhkan penyakit jiwa dan badan. 8 Di balik musik ada sebuah kekuatan pendorong, seorang pemusik harus mempunyai hati 7 W, Siwi, ”Rhoma Irama : Hidayah Usus Kusut”, dalam Majalah Hidayah, Edisi 22, Mei 2003, h. 18-23. 8 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian….., h. 170. yang dimulai dengan niat menghadirkan Tuhan dalam setiap alunan irama musik yang keluar, sehingga ada kontak dengan pendengar musik. Musik hanyalah sebagai media untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT, bukan menjadikan jauh dari Allah SWT. Memang para sufi dalam memaknai musik lebih mendalam dan lebih menjiwai. 9 Tasawuf sendiri telah banyak mempengaruhi sebagian besar literatur dunia dan telah menembus pelbagai ranah budaya, dari Eropa Selatan dan Eropa Timur hingga Afrika Utara dan Afrika Tengah, dari Timur Tengah hingga ke wilayah daratan barat Cina. Dampak tasawuf terhadap budaya Islam dapat dengan mudah dideteksi. Desain pelbagai bangunan dan arsitektural secara umum, pola puisi dan musik, serta efek-efek visual warna dan kaligrafi, semuanya berada dalam wilayah pengaruh sufi di Timur Tengah. 1 Dalam hal musik, pengaruh tasawuf belakangan ini sangat terlihat. Musik sufi ditemukan di semua kawasan Muslim di mana syair sufi dibaca. Musik lokal yang digunakan dalam musik sufi sangat bervariasi, dan masing-masing memiliki sejarah panjang dan kompleks, yang seringkali tidak diketahui oleh orang luar. Musik sufi kini telah banyak dipopulerkan di Barat, dan kini juga bisa disimak lewat kaset-kaset rekaman. 2 Mungkin tidak ada aspek tasawuf yang lebih kontroversial, dan sekaligus populer, dibanding praktik musik. Memang musik tidak dianut secara universal di kalangan kaum sufi, karena ada beberapa tarekat yang tidak setuju dengan 9 Talk Show dan Live Musik Sufi “Debu”, dengan tema Peran Musik dalam Meretas Pembeningan Nurani, Nara Sumber Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, dan Drs. Rahmat Ismail, bertempat di Wisma Syahida UIN Syahid Jakarta, 24 Maret 2004. 1 Mojdeh Bayat dan Mohammad Ali Jamnia, Para Sufi Agung : Kisah dan Legenda, Yogyakarta : Pustaka Sufi, 2003, h. 13. 2 Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Tasawuf Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003, h. 239. pertunjukan musik. Walaupun banyak ulama yang mendukung tentang kebolehan musik, namun banyak juga yang tidak setuju bahkan mengharamkannya. Padahal tasawuf hakikatnya memperjelas, melapangkan dan membersihkan jalan menuju al-Ihsan, yang merupakan puncak dari prestasi amaliah dan komunikasi seorang hamba dengan Allah secara eksistensial dan esensial. Al-Ihsân merupakan wujud nyata dari praktik al-Islâm dan al-Imân. Karena itu, tasawuf mengintegrasikan dunia syariat dengan dunia hakikat, melalui jembatan tarekat. 3 Berdasarkan latar belakang di atas, dan masih jarangnya pembahasan mengenai musik, memang ada beberapa skripsi yang menulis tentang musik, namun penulis tidak menemukan pembahasan musik yang lebih mendalam terutama dalam tradisi tasawuf. Untuk itulah penulis ingin mencoba membahas persolan tersebut dalam skripsi ini. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembahasan skripsi ini akan dibatasi sekitar musik dalam tradisi tasawuf, agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah musik Samâ‘ dipraktekkan dalam Tarekat Mawlawiyah ? 3 Imam al-Qusyairy al-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah : Induk Ilmu Tasawuf, Surabaya : Risalah Gusti, 2001, h. V. C. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Penelitian skripsi ini termasuk penelitian kepustakaan Library Research, suatu metode dengan cara mengumpulkan data dan informasi, baik berupa buku- buku maupun artikel-artikel yang kemudian diidentifikasikan secara sistematis dan analitis, dengan didukung dan dibantu dengan berbagai macam sarana yang terdapat di ruang pustaka. Sedangkan data-data yang diperlukan dapat dicari dari sumber-sumber kepustakaan yang bersifat primer, yaitu disebut sebagai sumber utama, dalam hal ini yang menjadi sumber utama adalah buku-buku yang khususnya membahas tentang musik dan tasawuf. Kemudian data yang bersifat sekunder, yaitu data-data dari sumber-sumber yang lain, yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti yang kemudian disebut dengan data atau sumber pendukung. 2. Metode Pembahasan Dalam metode ini penulis menggunakan : a. Metode Deskriptif, yaitu suatu pembahasan yang bermaksud untuk menggambarkan mengenai data-data dalam rangka menguji hipotesa atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu sedang berjalan dari pokok masalah. Langkah ini diambil sebagai awal yang sangat penting karena akan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya b. Metode Analisis, yaitu suatu bahasan dengan cara memberikan interpretasi-interpretasi terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun. Jadi metode deskriptif analitis adalah suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang telah tersusun dan terkumpul dengan cara memberikan interpretasi terhadap data tersebut. 3. Karena penulisan ini membahas tentang tasawuf, maka Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tasawuf. Adapun metode penulisan dalam skripsi ini menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendapatkan sebuah pemahaman baru dan lebih mendalam tentang musik yang pada saat ini sudah agak jauh menyimpang dari tujuan bermusik itu sendiri, dan dapat menambah khazanah literatur Islam khususnya mengenai pandangan, gagasan dan ajaran tasawuf mengenai musik. Penelitian ini juga untuk memenuhi salah satu persyaratan guna meraih gelar Sarjana Strata Satu S-1 E. Sistematika Penulisan Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan pada skripsi ini, maka penulis membagi tulisan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I, pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan