Tipe Penelitian Metode Penelitian

2. Pengumpulan bahan-bahan hukum dan sekiranya dipandang mempunyai relevansi juga bahan-bahan non hukum; 3. Melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan; 4. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukum; dan 5. Memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam kesimpulan. 22 Kesimpulan di dalam penelitian hukum tersebut dilakukan dengan cara memberikan preskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan dapat diterapkan terkait dengan isu hukum yang dibahas. Hal ini sesuai dengan karakter ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. 22 Ibid, hlm. 213. 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Waris menurut Hukum Islam

2.1.1 Pengertian Hukum Waris menurut Hukum Islam

Waris adalah berbagai aturan tentang perpindahan hak milik seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya. 23 Hukum waris dalam ajaran Islam disebut dengan istilah “Faraid”. Kata faraid adalah bentuk jamak dari faridah yang berasal dari kata fardu yang berarti ketetapan, pemberian sedekah. Fardu dalam Al-Qur’an mengandung beberapa pengertian yaitu ketetapan, kewajiban. 24 Maka istilah lain dari waris disebut juga dengan faraid, yang artinya bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang berhak menerimanya. 25 Hukum kewarisan Islam yaitu hukum yang mengatur peralihan pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris, menetapkan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris, menentukan berapa bagian masing-masing ahli waris, dan mengatur kapan pembagian harta kekayaan pewaris dilaksanakan. 26 Pengertian hukum waris menurut hukum Islam diatur di dalam Pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam: “Hukum Kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masing.” Pasal 171 huruf a KHI menegaskan fungsi atau tujuan dari diadakannya hukum warisan. Adanya pengaturan tersebut berarti telah terjabarnya hak-hak keperdataan mengenai harta tersebut berupa hak menerima harta dari orang tertentu kepada dirinya ditimbulkan karena adanya hubungan khusus antara dirinya sebagai penerima hak dengan orang yang memiliki harta dimaksud. Dalam 23 Beni Ahmad Saebani. Fiqh Mawaris. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009, hlm. 13. 24 Amin Husein Nasution, Op. Cit, hlm. 49. 25 Beni Ahmad Saebani, Loc. cit. 26 Mardani, Op. Cit, hlm. 2.