hukum kewarisan Islam, hubungan tersebut dapat berupa hubungan nasab, hubungan karena susuan dan hubungan sebab perkawinan.
27
2.1.2 Dasar Hukum Waris menurut Hukum Islam
Mengenai hukum faraidh, tidak ada satu ketentuan pun nash yang menyatakan bahwa membagi harta warisan menurut ketentuan faraidh itu tidak
wajib. Bahkan sebaliknya di dalam Surah An-Nisa’ ayat 13-14 Allah SWT menetapkan
28
bahwa: “Hukum-hukum tersebut itu adalah ketentuan-ketentuan dari
Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal
di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.”
Ketentuan di atas jelas menunjukkan perintah dari Allah SWT agar kaum muslimin dalam melaksanakan pembagian harta warisan mestilah berdasarkan
ketentuan Al-Qur’an. Terkait hal ini Rasulullah SAW lebih mempertegas lagi dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud: “Bagilah harta
pusaka antara ahli-ahli waris menurut KitabullahAl-Qur’an”.
29
Ketentuan tentang pembagian harta warisan yang terdapat dalam Al- Qur’an dan Hadist adalah ketentuan hukum yang bersifat memaksa, dan
karenanya wajib pulalah bagi setiap pribadi muslim untuk melaksanakannya. Dan apabila pembagian harta warisan di luar ketentuan tersebut, maka perbuatan itu
sudah dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum. Adapun yang
melatarbelakangi pendapat ini juga didasari ketentuan yang ada dalam Surah An- Nisa’ ayat 29.
30
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil.”
27
Sukris Sarmadi. Hukum Waris Islam di Indonesia Perbandingan Kompilasi Hukum Islam dan Fiqh Sunni. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013, hlm. 20.
28
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Op. Cit, hlm. 3.
29
Ibid, hlm. 3-4.
30
Ibid, hlm. 4-5.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah kewarisan, baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam Al-Qur’an dapat dijumpai dalam beberapa surah
dan ayat, yaitu sebagai berikut.
31
1. Menyangkut tanggung jawab orang tua dan anak ditemui dalam QS. Al- Baqarah 2 ayat 233.
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena
anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”
2. Menyangkut harta pusaka dan pewarisnya ditemui dalam QS. An-Nisa’ 4 ayat 33, QS. Al-Anfal 8 ayat 75, dan QS. Al-Ahzab 33 ayat 6.
Terjemahan QS. An-Nisa’ 4 ayat 33 menyebutkan: “Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu
bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan jika ada orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan
mereka, maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”
Terjemahan QS. Al-Anfal 8 ayat 75 menyebutkan: “Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian brhijrah
dan berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu juga. Orang-orang yang mempunyai hubungan itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang kerabat di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Terjemahan QS. Al-Ahzab 33 ayat 6 menyebutkan: “Nabi itu hendaknya lebih utama bagi orang-orang mukmin dari
diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih
berhak waris mewarisi di dalam Kitab Allah daripada orang-
31
Ibid, hlm. 20-34.