Dasar Hukum Orang yang Hilang Mafqud

hukum tidak sama dan kemampuan akalnya pun berbeda, maka terdapatlah hasil ijtihad fiqih yang berbeda-beda. 84 Hasil pemahaman tentang hukum Islam itu disusun secara sistematis dalam kitab-kitab fiqih dan disebut hukum fiqih. 85 Terkait hal di atas, ketentuan mengenai ahli waris yang hilang mafqud juga disinggung dalam Pasal 191 Kompilasi Hukum Islam: “Bila pewaris tidak meninggalkan ahli waris sama sekali atau ahli warisnya tidak diketahui ada atau tidaknya, maka harta tersebut atas putusan Pengadilan Agama diserahkan penguasaannya kepada Baitul Mal untuk kepentingan Agama Islam dan kesejahteraan umum.” Pasal 191 KHI ini adalah mengenai pewaris yang tidak meninggalkan ahli waris atau ahli warisnya tidak diketahui keadaannya diatur dalam fiqih faraidh. Tentang ahli waris yang tidak diketahui keberadaannya dijelaskan fiqih pada kewarisan mafqud 86 yang akan dibahas dalam pembahasan ini. Menyangkut status hukum orang yang hilang ini para ahli hukum Islam menetapkan bahwa: 87 1. istri orang yang hilang tidak boleh dikawinkan; 2. harta orang yang hilang tidak boleh diwariskan; 3. hak-hak orang yang hilang tidak boleh dibelanjakan atau dialihkan. Ketidakbolehan ketiga hal di atas sampai orang yang hilang tersebut diketahui dengan jelas statusnya, yaitu apakah ia dalam keadaan masih hidup atau sudah meninggal dunia. 88 Para ulama fiqih yang cenderung memandang dari segi positif mengenai penetapan status mafqud apakah ia masih hidup atau tidak, yaitu dengan menganggap orang yang hilang itu masih hidup, sampai dapat dibuktikan dengan bukti-bukti bahwa ia telah wafat. Sikap yang diambil ulama fiqih ini berdasarkan 84 Rachmadi Usman, Loc. cit. 85 Mohammad Daud Ali. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 49. 86 Amir Syarifuddin, Op. Cit, hlm. 332. 87 Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Op. Cit, hlm. 66. 88 Ibid.