Tindakan dan Respon Masyarakat Tegal Rotan Mengenai Urgensi

Dari tabel di atas hanya sebanyak 16 orang atau 11,3 yang tidak memahami tentang keperawanan, yaitu yang melakukan shalat hanya hari Jum’at dan hari hanya 1 orang atau 0,7, yang rajin shalat tapi masih sering meninggalkannya sebanyak 11 orang atau 7,7, yang selalu melaksanakan shalat fardhu, tapi jarang berjamaah sebanyak 3 orang atau 2,2 dan selebihnya sebanyak 1 atau 0,7 terdiri dari yang selalu melaksanakan shalat fardhu dan selalu berjamaah.

D. Tindakan dan Respon Masyarakat Tegal Rotan Mengenai Urgensi

Virginitas. Bagian ini berisi tentang tindakan respon masyarakat mengenai urgensi virginitas yang penulis uraikan dalam dua pertanyaan, yang masing- masing pertanyaan bernilai 1 dan 0, sehingga kriteria jawaban responden menjadi 3 pilihan jawaban. 3 pilihan jawaban tersebut yaitu Tidak Penting TP, Penting P, Sangat Penting SP. Berikut ini adalah distribusi jawaban responden mengenai urgensi virginitas, maka diperoleh hasil sebagaimana yang penulis jabarkan dalam bentuk tabel frekuensi dan prosentase sebagai berikut: Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari Segi Usia Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 No. Usia Alternatif jawaban Jumlah Responden TP P SP F F F f 1 15-20 6 4 43 28,7 17 11,3 66 44 2 21-41 4 2,7 51 34 20 13,3 75 50 3 41-66 2 1,3 1 0,7 6 4 9 6 4 di atas 66 - - - - - - - - Jumlah 12 95 43 150 8 63,4 28,6 100 Dari tabel di atas menjelaskan bahwa dari banyaknya responden 150 jiwa memiliki kategori yang berbeda-beda mengenai tindakan dan respon keperawanan. Yaitu dari 66 orang atau 44 yang berusia 15-20 tahun mayoritas menganggap penting terhadap keperawanan yaitu sebanyak 43 orang atau 28,7, dan 17 orang atau 11,3 menganggap sangat penting mengenai keperawanan, tapi hanya sebanyak 6 orang atau 4 yang menganggap keperawanan itu tidak penting. Dan dari 75 orang atau 50 yang berusia 21-41 tahun, mayoritas beranggapan bahwa keperawanan itu adalah penting sebanyak 51 orang atau 34, sebanyak 20 orang atau 13,3 menganggap bahwa keperawanan itu sangat penting, sedangkan yang beranggapan bahwa keperawana itu tidak penting hanya 4 orang atau 2,7. Sedangkan dari responden yang berusia 41-66 tahun 9 orang atau 6, sebanyak 6 orang atau 4 yang menganggap sangat penting pada keperawanan,sedangkan yang beranggapan penting hanya 1 orang atau 0,7 dan selebihnya hanya 2 orang atau 1,3 yang menganggap bahwa keperawanan itu tidak penting. Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari Segi Pendidikan No. Pendidikan Alternatif Jawaban Jumlah Responden TP P SP f F f f 1 Tidak sekolah 1 0,7 1 0,7 1 0,7 3 2 2 SD-SMP 3 2 26 17,3 13 8,7 42 28 3 SMU atau sederajat 6 4 57 38 22 14,7 85 56,7 4 Sarjana 2 1,3 12 8 6 4 20 13,3 Jumlah 12 96 42 150 8 64 28 100 Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 Dari tabel di atas dapat terlihat jelas bahwa mayoritas responden dari tingkat pendidikan SMU atau sederajat yaitu sebanyak 57 orang atau 38, beranggapan bahwa keperawanan adalah penting, sedangkan sebanyak 22 orang atau 14,7 menganggap sangat penting pada keperawanan, dan hanya 6 orang atau 4 yang tidak menganggap penting terhadap keperawanan. Jika dilihat dari tingkat pendidikan SD- SMP yang menganggap penting pada keperawanan sebanyak 26 orang atau 17,3, sebanyak 6 orang atau 4 menganggap tidak penting keperawanan. Bila diamati dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni Sarjana, maka 12 orang atau 8 yang beranggapan tentang pentingnya keperawanan, sebanyak 6 orang atau 4 memandang sangat penting pada keperawanan, dan hanya 2 orang atau 1,3 tidak menganggap penting tentang keperawanan. Dan dari yang tidak mengenyam bangku sekolah sama sekali, masing- masing dari mereka hanya 1 orang atau 0,7 yang beranggapan penting pada keperawanan, 1 orang yang menganggap sangat penting pada keperawanan dan begitupun dengan yang beranggapan tidak penting pada keperawanan hanya 1 orang atau 0,7, hal ini diakibatkan karena rendahnya kualitas pendidikan mereka. Tabel 4.16 Distribusi jawaban responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari Segi Status Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 No. Status Alternatif Jawaban Jumlah Responden TP P SP F f f f 1 Belum Menikah 8 5,3 74 49,3 29 19,4 111 74 2 Menikah 3 2 20 49,3 12 8 35 23,3 3 Duda 1 2 1 13,3 2 1,3 4 2,7 Jumlah 12 95 43 150 8 63,3 28,7 100 Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa mayoritas responden didominasi oleh yang berstatus belum menikah yaitu dari 111 orang atau 74, yang merespon bahwa keperawanan itu penting, sebanyak 74 orang atau 49,3, sedangkan sebanyak 29 orang atau 19,4 beranggapan bahwa keperawanan itu sangat penting, dan hanya sebanyak 8 orang atau 5,3 yang tidak menganggap penting pada keperawanan. Adapun responden yang menikah yaitu sebanyak 35 orang atau 23,3 , yang beranggapan akan pentingnya keperawanan sebanyak 20 orang atau 13,3, sebanyak 12 orang atau 8 beranggapan sangat penting pada keperawanan, dan hanya 3 orang atau 2 dari mereka yang menganggap tidak penting terhadap keperawanan. Adapun responden yang duda yaitu 4 orang atau 2,7 Dari rincian tersebut sebanyak 2 orang atau 1,3 yang menganggap betapa sangat pentingnya sebuah keperawanan, dan 1 orang atau 0,7 yang menganggap penting, selebihnya hanya 1 orang atau 0,7 yang menganggap tidak penting akan keperawanan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang menilai akan pentingnya keperawanan, terlebih bagi mereka yang belum menikah, walaupun ada pula yang beranggapan tidak penting akan keperawanan, tapi itu hanya sebagian kecil yang beranggapan seperti itu. Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari Pekerjaan No. Pekerjaan Alternatif Jawaban Jumlah Responden TP P SP f f f f 1 Pegawai 10 6,7 25 16,7 10 6,7 45 30 2 WiraswastaPedagang 15 10 32 21,3 3 2 50 33,3 3 Lain- lain 5 3,3 25 16,7 9 6 39 26 4 Pengangguran 3 2 11 7,3 2 1,3 16 10,7 Jumlah 33 93 24 150 22 62 16 100 Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta atau pedagang yaitu dari 50 orang atau 33,3, yang menganggap penting tentang keperawanan sebanyak 32 orang atau 21,3 , sedangkan sebanyak 15 orang atau 10 menganggap bahwa keperawanan itu tidak penting , dan hanya 3 orang atau 2 yang beranggapan keperawana itu sangatla penting. Adapun responden yang bekerja sebagai pegawai yaitu sebanyak 45 orang atau 30 , yang menganggap akan pentingnya keperawanan sebanyak 25 orang atau 16,7 dan sebanyak 10 orang atau 6,7 yang beranggapan sangat penting tentang keperawanan, dan sebanyak 10 orang pula atau 6,7 yang tidak menganggap penting tentang keperawanan. Adapun responden yang berprofesi lain- lain yaitu sebanyak 39 orang atau 26 . Dari rincian tersebut sebanyak 25 orang atau 16,7 hanya sebatas menganggap penting akan keperawanan, sebanyak 9 orang atau 6 yang beranggapan sangat pentingnya keperawanan dan dan selebihnya hanya 5 orang pula atau 3,3 yang tidak menganggap pentingnya keperawanan. Sedangkan responden yang pengangguran sebanyak 11 orang atau 7,3 yang beranggapan pentingnya keperawanan, sedangkan yang menganggap sangat pentingnya keperawanan hanya 2 orang atau 1,3 dan yang beranggapan akan tidak pentingnya keperawanan sebanyak 3 orang atau 2 . Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari segi Penghasilan per bulan No. Penghasilan Alternatif jawaban Jumlah Responden TP P SP f F f f 1 Dibawah Rp. 500.000,00 9 6 32 21,4 28 18,7 69 46 2 Rp.1.000.000,00-Rp 4.500.000,00 12 8 25 16,7 20 13,3 57 38 3 Rp. 4.500.000,00-Rp.6.000.000,00 - - 1 0,7 2 1,3 3 2 4 Di atas Rp.6.000.000,00 - - 2 1,3 3 2 5 3,3 5 Abstain 5 3,3 5 3,3 6 4 16 10,7 Jumlah 26 65 59 150 17,3 43,4 39,3 100 Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa mayoritas penghasilan responden per bulan adalah dibawah Rp. 500.000,00 yaitu dari 69 orang atau 46 , yang menganggap penting akan keperawanan sebanyak 32 orang atau 21,4 , sedangkan sebanyak 28 orang atau 18,7 beranggapan bahwa keperawanan sangatlah penting, namun sebanyak 9 orang atau 6 menganggap bahwa keperawanan tidak penting. Adapun responden yang berpenghasilan Rp.1.000.000,00- Rp 4.500.000,00 yaitu sebanyak 57 orang atau 38 , yang hanya sebatas menganggap penting mengenai keperawanan sebanyak 25 orang atau 16,7 dan sebanyak 20 orang atau 13,3 menganggap sangat penting akan keperawanan, dan hanya 12 orang atau 8 yang tidak menganggap akan pentingnya keperawanan. Adapun responden yang berpenghasilan Rp 4.500.000,00- Rp 6.000.000,00 yaitu hanya 3 orang atau 2 . Dari rincian tersebut hanya 1 orang atau 0,7 hanya sebatas menganggap akan pentingnya keperawanan, selebihnya 2 orang atau 1,3 beranggapan akan sangat pentingnya keperawanan. Sedangkan responden yang berpenghasilan diatas Rp 6.000.000,00 sebanyak 5 orang atau 3,3 yang bahwa keperawanan itu penting hanya 2 orang atau 1,3 , yang menganggap sangat pentinya keperawanan sebanyak 3 orang atau 2 , dari responden yang tidak mempunyai penghasilan pengangguran, yaitu sebanyak 16 orang atau 10,7 , yang hanya sebatas menganggap akan pentinya keperawanan sebanyak 5 orang atau 3,3 , sedangkan yang beranggapan akan sangat pentingnya keperawanan sebanyak 6 orang atau 4 dan yang menganggap bahwa keperawanan tidak penting hanya 5 orang atau 3,3 . Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari Segi Agama No. Agama Alternatif Jawaban Jumlah Responden TP P SP f f F f 1 Islam 11 7,3 93 62 38 25,3 142 94,7 2 Kristen 1 0,7 2 1,3 3 2 3 Katolik 1 0,7 3 2 4 2,6 4 Budha 1 0,7 1 0,7 Jumlah 12 95 43 150 8 63,4 28,6 100 Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 Dari tabel di atas mayoritas responden adalah penganut agama Islam yakni sebanyak 142 orang atau 94,7 dan hampir semua responden menganggap akan pentingnya keperawanan yaitu sebanyak 93 orang atau 62, sedangkan yang beranggapan sangat penting akan keperawanan sebanyak 38 orang atau 25,3, dan hanya sebagian kecil yang menganggap bahwa keperawanan itu tidak penting yaitu sebanyak 11 orang atau 7,3. Terlepas dari agama Islam, dari agama Budha pun ada sebagian kecil yang beranggapan pentingnya keperawanan yaitu hanya 1 orang atau 0,7, dan dari agama Kristen hanya 1 orang atau 0,7 yang menganggap akan tidak pentingnya keperawanan, hanya 2 orang atau 1,3, yang beranggapan bahwa keperawanan itu sangatlah penting. Sedangkan dari agama Katholik hanya 1 orang atau 0,7 yang menganggap akan pentingnya keperawanan dan sebanyak 3 orang atau 2 yang menilai sangat penting akan keperawanan tersebut. Hal ini menunjukkan, bahwa semua agama sebenarnya menganggap penting akan keperawanan, terlebih bagi penganut agama Islam. Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Seputar Urgensi Virginitas dilihat dari segi Pelaksanaan Ibadah bagi Penganut Agama Islam No. Implikasi Alternatif jawaban Jumlah Responden TP P SP f F f f 1 Tidak pernah melakukan shalat sama sekali - - 1 0,7 1 0,7 2 1,4 2 Melakukan shalat hanya hari jumat dan hari raya 1 0,7 - - 1 0,7 2 1,4 3 Rajin shalat tapi masih sering meninggalkannya 5 3,6 41 28,9 10 7,1 56 39,5 4 Selalu melaksanakan shalat fardhu, tapi jarang berjamaah 1 0,7 28 19,9 14 9,9 43 30,2 5 Selalu melaksanakan shalat fardhu dan selalu berjamaah 4 2,9 23 16,3 12 8,6 39 27,5 Jumlah 11 93 38 142 7,9 65,1 27 100 Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010 Dari tabel diatas bahwa dari mayoritas masyarakatnya yang beragama Islam, dalam pelaksanaan ibadah pun beraneka ragam. Sebanyak 93 orang atau 65,1 menganggap penting akan nilai keperawanan, yaitu dari yang tidak pernah shalat sama sekali hanya 1 orang atau 0,7, yang rajin shalat tapi masih sering meninggalkannya sebanyak 41 orang atau 28,9, yang selalu melaksanakan shalat fardhu, tapi jarang berjamaah sebanyak 28 orang atau 19,9 dan sebanyak 23 orang atau 16,3 terungkap dari yang selalu melaksanakan shalat fardhu dan selalu berjamaah. Dari tabel di atas sebanyak 38 orang atau 27 beranggapan bahwa keperawanan merupakan hal yang sangat penting, yaitu yang tidak pernah shalat sama sekali hanya 1 orang atau 0,7, yang melakukan shalat hanya hari Jum’at dan hari raya pun hanya 1 orang atau 0,7, yang rajin shalat tapi masih sering meninggalkannya sebanyak 10 orang atau 7,1, yang selalu melaksanakan shalat fardhu, tapi jarang berjamaah sebanyak 14 orang atau 9,9 dan sebanyak 12 orang atau 8,6 terungkap dari yang selalu melaksanakan shalat fardhu dan selalu berjamaah. Dari tabel di atas hanya sebanyak 11 orang atau 7,9 yang tidak mensganggap penting akan keperawanan, yaitu yang melakukan shalat hanya hari Jum’at dan hari hanya 1 orang atau 0,7, yang rajin shalat tapi masih sering meninggalkannya sebanyak 5 orang atau 3,6, yang selalu melaksanakan shalat fardhu, tapi jarang berjamaah sebanyak 1 orang atau 0,7 dan selebihnya sebanyak 4 orang atau 2,9 terdiri dari yang selalu melaksanakan shalat fardhu dan selalu berjamaah. Hal ini diakibatkan karena adanya sebagian dari mereka, yang dapat dikategorikan kurangnya implementasi ibadah yang bisa mempengaruhi kualitas keimanan mereka.

E. Analisis Penulis