Hubungan Virginitas dengan Konsep Kafaah dalam Pernikahan.

G. Hubungan Virginitas dengan Konsep Kafaah dalam Pernikahan.

Dari pemaran di atas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam sangat memandang rendah terhadap perempuan yang tidak bisa menjaga kevirginan mereka, dalam arti yang hilang akibat diberikan kepada orang yang bukan suami mereka, dan berarti keimanan mereka telah tergoyahkan. Maka mengenai Diyanah tingkat kualitas keberagamaan yang menjadi kriteria dalam Kafa’ah, dapat disinggung pula Islam juga menentukan bagaimana kita dalam memilih pasangan, agar perjalanan pernikahan tersebut selamat dan tujuan besar itu bisa tercapai. Ikatan pernikahan harus kokoh dan tiang-tiang keluarga sebagaimana tercantum dalam firman Allah Swt dalam berikut ini : ☺ رﻮ ا ΘΥ: ΘΣ Artinya: wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia surga. Q.S. An- Nur 24: 26 Ayat ini ada disebabkan karena jiwa manusia selalu cenderung mencari temannya, dan tidak senang bersama lawannya. Namun redaksinya bersifat umum, kita juga dapat berkata bahwa ayat ini menegaskan salah satu hakikat ilmiah menyangkut hubungan kedekatan antara dua insan, pria wanita, jalinan hubungan antara keduanya harus bermula dari adanya kesamaan antara keduanya, tanpa kesamaan itu maka hubungan mereka tidak akan langgeng. Ada beberapa fase, agar jalinan hubungan rumah tangga bisa langgeng, diantaranya: 1. Fase pertama, merasakan ada atau tidaknya kedekatan. Biasanya kedekatan ini lahir karena kesamaan perangai, pandangan hidup, latar belakang sosial dan budaya. Dan ini pada gilirannya akan mendorong kedua pasangan untuk saling memperkenalkan diri secara terbuka. 2. Fase kedua, pengungkapan diri dimana masing-masing merasakan ketenangan dan rasa aman, berbicara tentang diri lebih dalam lagi, tentang harapan, keinginan dan cita-citanya. 3. Fase ketiga, saling ketergantungan, masing-masing merasa dari dalam lubuk hatinya yang terdalam bahwa ia memerlukan pasangannya dalam kegembiraan dan kesedihannya. 4. Fase keempat, pemenuhan kebutuhan pribadi, itu yang diberikan oleh pasangannya dengan tulus. 45 Demikianlah aturan-aturan yang telah ditetapkan Islam, agar ikatan pernikahan tetap kokoh dan tercipta keharmonisan keluarga.

H. Virginitas dan kaitannya dengan Wanita Sholehah Pada Masa Kini