Abses Periodontal

(1)

1

ABSES PERIODONTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DAMERIA FITRIANI SRG

NIM : 060600074

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

 

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia

Tahun 2010

Dameria Fitriani Srg Abses Periodontal viii + 36 halaman

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Abses periodontal ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi abses (abses gingiva, abses periodontal dan abses perikoronal), berdasarkan jalannya lesi (abses periodontal akut dan abses periodontal kronis) dan berdasarkan jumlah abses (abses periodontal tunggal dan abses periodontal kronis).

Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ketiga yang paling sering terjadi. Etiologi terjadinya abses periodontal dapat dibagi atas dua yaitu abses yang berhubungan dengan periodontitis dan yang tidak berhubungan dengan periodontitis. Bakteri yang paling banyak ditemukan pada abses periodontal adalah Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum. Abses periodontal dapat menyebabkan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi.

Diagnosis abses periodontal diperoleh berdasarkan gejala-gejala yang dijumpai pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi, keluhan-keluhan pasien serta melalui riwayat medis gigi pasien. Diagnosis banding abses periodontal adalah infeksi akut seperti abses periapikal, kista periapikal lateral, fraktur vertikal akar dan abses endo-periodontal.


(3)

3

Perawatan pada abses periodontal akut dilakukan dengan mengurangi gejala, mengendalikan penyebaran infeksi dan melakukan drainase meliputi drainase melalui saku periodontal dan insisi eksternal. Pada perawatan abses periodontal kronis dilakukan dengan skeling dan penyerutan akar atau terapi bedah, seperti gingivektomi atau prosedur bedah flep. Perawatan antibiotik sistemik diperlukan pada abses periodontal akut maupun kronis yang bertujuan untuk mencegah penyebaran bakteri dan komplikasi yang serius.


(4)

 

ABSES PERIODONTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DAMERIA FITRIANI SRG

NIM : 060600074

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(5)

5

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Agustus 2010

Pembimbing: Tanda tangan

Drg. Irma Ervina Sp.Perio (K)

NIP : 19710702 199601 2 001 ...  

     


(6)

 

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 10 Agustus 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) ... ANGOTA : 1. Zulkarnain, drg,. M.Kes ... 2. Pitu Wulandari, drg, S. Psi, Sp.Perio ...

Mengetahui KETUA DEPARTEMEN

Zulkarnain, drg,. M.Kes

NIP : 19551020 198503 1 001 ...  


(7)

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drg. Irma Ervina Sp.Perio (K) selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drg. Zulkarnain M.Kes selaku dosen pembimbing akademik dan kepala Departemen Periodonsia FKG USU yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar FKG USU khususnya di Departemen Periodonsia yang telah memberi ilmu dan bimbingan di bidang Kedokteran gigi.

4. Teristimewa kepada ibunda dan ayahanda tercinta, Rosdiana Harahap A.Ma.Pd dan Darwin Siregar yang telah memberikan kasih sayang, didikan, do’a dan dukungan baik moril maupun materil dan hanya Allah SWT yang dapat membalasnya.

5. Kakanda Mardiah Srg, Amkeb, Leny Adriana Srg, S.Hut, Rahma donny Rizka Srg, S.Pd dan abanganda Ahmad Rifa’i Srg, A.Ma.Pd, Adinda Ahmad Ikhwan Srg, abang iparku Ginda Mora Nst, Am.Tk dan bunda ’Aisy namora Nst yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan moril, semoga kita semua sukses di dunia dan akhirat, Amin.


(8)

 

6. Teman-teman terbaik penulis yaitu Rani, Eky, Reni, Ayu, Devi, Ani, Rika, kak Adek, kak Rahmah, Mida dan teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan sahabat terbaik Julaika Siregar yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.

7. Teman-teman pengajian Tathmainal Quluub yaitu Hendri, Bang Sub’han, Rizu dan yang lainnya serta adik angkatku Mugi dan sahabatku Irwan terima kasih atas segala motivasinya.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

Medan, Agustus 2010

Penulis

(Dameria Fitriani Srg) NIM : 060600074


(9)

9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 DESKRIPSI ABSES PERIODONTAL 2.1. Defenisi ... 3

2.2. Klasifikasi ... 3

2.3. Prevalensi ... 10

2.4. Etiologi ... 10

2.5. Patogenesis dan histopatologi ... 11

2.6. Mikrobiologi ... 12

2.7. Komplikasi Abses Periodontal ... 13

2.7.1. Kehilangan Gigi ... 13

2.7.2. Penyebaran Infeksi ... 14

BAB 3 DIAGNOSIS ABSES PERIODONTAL 3.1. Diagnosis Abses Periodontal ... 16

3.1.1 Pemeriksaan Klinis ... 16

3.1.2 Pemeriksaan Radiografi ... 18

3.2. Diagnosis Banding Abses Periodontal ... 19

3.3. Perbedaan antara Abses Periodontal dengan Abses Dental / Periapikal... 20


(10)

 

BAB 4 PERAWATAN ABSES PERIODONTAL ... 23

4.1. Perawatan Abses Periodontal Akut ... 23

4.1.1. Drainase Melalui Saku Periodontal ... 24

4.1.2. Drainase Melalui Insisi Eksterna ... 26

4.2. Perawatan Abses Periodontal Kronis ... 26

4.3. Perawatan dengan Antibiotik Sistemik ... 28

BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN ... 32

DAFTAR RUJUKAN ... 34  


(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Abses gingiva ... 4

2. Abses gingiva pada gigi kaninus dan premolar satu kanan

bawah ... 4

3. Abses periodontal ... 6

4. Abses perikoronal ... 7 5. Abses periodontal akut ... 8 6. Abses periodontal akut, pada pemerikasaan terlihat

tanda- tanda dan gejala yanga sangat jelas ... 8

7. Abses periodontal kronis ... 9 8. Parulis (abses gingiva) = akumulasi lokal

neutrofil-neutrofil ... 12 9. Periodontal patogen biasanya diisolasi dari abses

periodontal ... 13 10. Abses periodontal akut pada gingiva bagian bukal dari

gigi molar satu maksila ... 17 11. Abses peridodontal kronis pada bagian

labial ginggiva dari gigi insisivus ... 18

12. Gambaran radiografi abses periodontal ... 19 13. Abses periodontal yang berkembang dengan cepat selama 2 hari

diantara molar dua dan tiga maksila pada pasien wanita umur 43 tahun dengan periodontitis kronis yang tidak terawat, pulpa gigi

masih vital tidak ada penyakit pulpa ... 21


(12)

 

15. A. abses periodontal pada molar satu kanan maksila, B. prob periodontal digunakan untuk merektraksi dinding saku dengan

hati-hati ... 25

16. Penekanan dengan jari secara lembut bisa mengeluarkan

purulen dengan cepat ... 25

17. Perawatan Abses Periodontal Kronis ... 27

18. Abses periodontal sebelum diberi antibiotik ... 30

19 . Abses periodontal setelah diberikan terapi antibiotik sistemik

selama 3-5 hari ... 30

20 . Abses periodontal setelah diberikan terapi antibiotik sistemik


(13)

2

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia

Tahun 2010

Dameria Fitriani Srg Abses Periodontal viii + 36 halaman

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Abses periodontal ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi abses (abses gingiva, abses periodontal dan abses perikoronal), berdasarkan jalannya lesi (abses periodontal akut dan abses periodontal kronis) dan berdasarkan jumlah abses (abses periodontal tunggal dan abses periodontal kronis).

Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ketiga yang paling sering terjadi. Etiologi terjadinya abses periodontal dapat dibagi atas dua yaitu abses yang berhubungan dengan periodontitis dan yang tidak berhubungan dengan periodontitis. Bakteri yang paling banyak ditemukan pada abses periodontal adalah Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum. Abses periodontal dapat menyebabkan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi.

Diagnosis abses periodontal diperoleh berdasarkan gejala-gejala yang dijumpai pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi, keluhan-keluhan pasien serta melalui riwayat medis gigi pasien. Diagnosis banding abses periodontal adalah infeksi akut seperti abses periapikal, kista periapikal lateral, fraktur vertikal akar dan abses endo-periodontal.


(14)

 

Perawatan pada abses periodontal akut dilakukan dengan mengurangi gejala, mengendalikan penyebaran infeksi dan melakukan drainase meliputi drainase melalui saku periodontal dan insisi eksternal. Pada perawatan abses periodontal kronis dilakukan dengan skeling dan penyerutan akar atau terapi bedah, seperti gingivektomi atau prosedur bedah flep. Perawatan antibiotik sistemik diperlukan pada abses periodontal akut maupun kronis yang bertujuan untuk mencegah penyebaran bakteri dan komplikasi yang serius.


(15)

13

BAB 1 PENDAHULUAN

Abses merupakan pus yang terlokalisir akibat adanya infeksi dan supurasi jaringan. Abses bisa terjadi pada semua struktur atau jaringan rongga mulut. Abses rongga mulut yang paling sering terjadi adalah abses periodontal dan abses periapikal.1 Abses periodontal merupakan lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium dan bisa terjadi dalam bentuk akut dan kronis.2-5 Abses periodontal merupakan salah satu dari beberapa kondisi klinik dalam periodontik sehingga pasien diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Apabila tidak dilakukan perawatan atau perawatan yang adekuat, akan menyebabkan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain.5 Abses periodontal mempunyai gejala yang mirip dan terlihat seperti abses periapikal. Oleh karena itu, diagnosa yang tepat harus ditegakkan agar dapat dilakukan perawatan yang tepat.1,6,7

Oleh karena hal-hal tersebut diatas penulis merasa perlu untuk meninjau lebih lanjut mengenai abses periodontal ini. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang abses periodontal, maka pada bab 2 akan diuraikan mengenai defenisi, klasifikasi, prevalensi , etiologi, patogenesis dan histopatologi, mikrobiologi dan komplikasi abses periodontal.

Pada bab 3 akan diuraikan mengenai diagnosis abses periodontal baik dari pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi dan mengenai diagnosis banding abses periodontal serta perbedaan antara abses periodontal dengan abses dental / periapikal.


(16)

 

Pada bab 4 akan diuraikan mengenai perawatan abses periodontal akut baik dengan drainase melalui saku periodontal dan melalui insisi eksternal dan perawatan abses periodontal kronis serta perawatan dengan antibiotik sistemik. Bab 5 akan ditutup dengan diskusi dan kesimpulan.

Dengan adanya pembahasan masalah-masalah diatas diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai abses periodontal sebagai salah satu inflamasi dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan perawatan abses periodontal.


(17)

15

BAB 2

DESKRIPSI ABSES PERIODONTAL

Abses periodontal merupakan salah satu kondisi klinik dalam periodontik dimana pasien diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Hal ini penting dilakukan, tidak hanya untuk prognosis periodontitis pada gigi yang dipengaruhi, tetapi juga kemungkinan adanya penyebaran infeksi.2,5

2.1 Defenisi

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium.3,8-10 Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal.8-10 Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak di dalam saku periodontal.2,5

2.2 Klasifikasi

Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu: 1. Berdasarkan lokasi abses

a. Abses gingiva

Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi


(18)

 

benda asing. Gambaran klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan sering berfluktuasi.3,11,12

b. Abses periodontal

Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding gingiva pada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan

Gambar 1. Abses gingiva (http://medical-dictionary.thefreedictionarycom /gingival + abscess)

Gambar 2. Abses gingiva pada gigi kaninus dan premolar satu kanan bawah (http://www.tpub.com/content/m edical/10670-c/ccs/10670-c_65. htm).


(19)

17

tulang alveolar.11-13 Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva.2,3 Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan cepat dapat terjadi.11

Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku periodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada ketidaksempurnaan dalam menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah perawatan bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik dan akibat dari penyakit rekuren. Abses periodontal yang tidak berhubungan dengan inflamasi penyakit periodontal termasuk perforasi gigi, fraktur dan impaksi benda asing. Kurangnya kontrol terhadap diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi dari pembentukan abses periodontal. Pembentukan abses periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi. Namun, dengan perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan kehilangan tulang yang signifikan dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.3


(20)

 

Gambar 3. Abses periodontal (http://toothfoundation. com/treatment.htm )

c. Abses perikoronal

Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah.3,12 Sama halnya dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma.3 Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan malaise.11


(21)

19

Gambar 4. Abses perikoronal ( http://www. nycdentist.com/dental-photodetail

/569/213/212/dental-teeth-abscess- infection-tooth)

2. Berdasarkan jalannya lesi a. Abses periodontal akut

Abses periodontal akut biasanya menunjukkan gejala seperti sakit, edematous, lunak, pembengkakan, dengan penekanan yang lembut di jumpai adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku, sensitifitas terhadap palpasi dan kadang disertai demam dan limfadenopati.2,3


(22)

 

Gambar 5. Abses periodontal akut (http://www. dent. ucla.edu /pic/members/ antibiot ics /abscess/abscess.html)

b. Abses periodontal kronis

Abses periodontal kronis biasanya berhubungan dengan saluran sinus dan asimtomatik, walaupun pada pasien didapatkan gejala-gejala ringan.2 Abses ini terbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan oleh drainase spontan, respon

Gambar 6. Abses periodontal akut, pada pemeriksaan klinisnya tanda-tanda dan gejala sangat jelas terlihat ( S. schward.Periodontal Disease, a different diagnostic.Periodontics. 1986:1:76)


(23)

21

host atau terapi. Setelah hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri yang tumpul akan timbul dengan adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran fistula.3

Gambar 7. Abses periodontal kronis (http://www. dent.ucla.edu/pic/members/antibiotics

/abscess/abscess.html )

3. Berdasarkan jumlah abses a. Abses periodontal tunggal

Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada.2

b. Abses periodontal multipel

Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi.2,8


(24)

 

2.3 Prevalensi

Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ke tiga yang paling sering terjadi mencapai 7-14 % setelah abses dentoalveolar akut (14-25%), perikoronitis ( 10-11 %) dan 6-7 % kasus abses periodontal pada pasien-pasien di klinik gigi.1,5 Sebagai konsekuensi kasus abses periodontal penting, selain prevalensinya yang relatif tinggi, abses ini juga mempengaruhi prognosis dari gigi terutama pada pasien periodontitis. Pada pasien ini abses periodontal lebih mungkin terjadi dalam saku periodontal yang sudah ada sebelumnya. Dahulu, gigi dengan abses tidak berhubungan karena terjadinya abses dapat menjadi salah satu alasan utama ekstraksi gigi selama perawatan periodontal.5

2.4 Etiologi

Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:

a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis

Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan periodontitis adalah: 2,5

1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.

2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku tertutup.

3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam pertahanan host bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan pengeluaran suppurasi.


(25)

23

4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan abses.

b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis

Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan dengan periodontitis adalah: 2,5

1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn, potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.

2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik. 3. Infeksi lateral kista.

4. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya cervical cemental tears dapat memicu pekembangan yang cepat dari periodontitis dan perkembangan abses.

2.5 Patogenesis dan Histopatologi

Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan lunak merupakan awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan memproduksi pus.2,7

Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-neutrofil yang utuh mengelilingi bagian tengah debris jaringan lunak dan destruksi leukosit. Pada tahap berikutnya, membran piogenik yang terdiri dari makrofag dan neutrofil telah terbentuk. Laju


(26)

 

destruksi abses tergantung pada pertumbuhan bakteri di dalamnya, virulensinya dan pH lokal. Adanya pH asam akan memberi keuntungan terhadap enzim lisosom.2,7

2.6 Mikrobiologi

Banyak artikel menuliskan bahwa infeksi purulen oral adalah polimikroba, dan disebabkan oleh bakteri endogen. Topoll dkk, Newman dan sims melaporkan bahwa sekitar 60 % di jumpai bakteri anaerob. Bakteri ini tidak terlihat spesifik, tetapi diketahui patogen terhadap periodontal seperti Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum merupakan spesis bakteri paling banyak.1,5 Pada penelitian David Herrera dkk juga melaporkan, selain ketiga bakteri diatas dijumpai juga Porphyromonas melaninogenica, Bacteriodes forsythus,

Peptostreptococus micros dan Campylobacter rectus.8,14

Gambar 8. Parulis ( abses gingiva) = akumulasi lokal neutrofil-neutrofil (http://oc w.tufts.edu /Content/51/lecturenotes/51512 /551729)


(27)

25

Menurut hasil penelitian Jaramillo A dkk terhadap sejumlah subjek dilaporkan bahwa pada subingival abses periodontal dijumpai Fusobacterium spp. (75%), P. intermedia/nigrescens (60%), P. gingivalis (51%) dan A. actinomycetemcomitans (30%). Pada umunya, mikrobiota pada subgingiva abses periodontal ini terutama terdiri dari mikroorganisme yang berkaiatan dengan penyakit periodontal. Bakteri penginfeksi batang gram negatif adalah keenam kelompok organisme paling banyak (13 kasus, 21.7%) yaitu Enterobacter aerogenes (3,3%), Pseudomonas spp. (3,3%), Klebsiella pneumoniae (1,7%), Acinetobacter lwofii (1,7%), A. baumanii (1,7%),

E.agglomerans (1,7%), dan dikenal non fermenter batang gram negatif (8,3%).15

2.7 Komplikasi Abses Periodontal

Komplikasi yang dapat timbul karena abses periodontal meliputi kehilangan gigi dan penyebaran infeksi, dibawah ini akan dijelaskan secara rinci.2,7

Gambar 9.Periodontal patogen biasanya diisolasi dari abses periodontal (Herrera D, Rolda n S, Sanz M: The periodontal abscess: a review. J Clin Periodontol 2000; 27: 380)


(28)

 

2.7.1 Kehilangan Gigi

Abses periodontal yang dikaitkan dengan kehilangan gigi biasanya dijumpai pada kasus-kasus periodontitis sedang sampai parah dan selama fase pemeliharaan. Abses periodontal merupakan penyebab utama dilakukan ekstraksi gigi pada fase pemeliharaan dimana terjadi pembentukan abses yang berulang dan gigi mempunyai prognosis buruk.2,7

2.7.2 Penyebaran Infeksi

Sejumlah tulisan menyatakan bahwa diduga infeksi sistemik dapat berasal dari abses periodontal. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penyebaran bakteri dalam jaringan selama perawatan atau penyebaran bakteri melalui aliran darah karena bakteremia dari abses yang tidak dirawat.2,7

Pada abses dentoalveolar yang berasal dari endodontik lebih sering menyebabkan komplikasi penyebaran infeksi daripada abses periodontal. Cellulitis, infeksi subkutaneus, phlegmone dan mediastinitis dapat berasal dari infeksi odontogenik tetapi jarang berasal dari abses periodontal. Namun, abses periodontal dapat berperan sebagai pusat infeksi non oral. Abses periodontal bisa menjadi pusat dari penyebaran bakteri dan produk bakteri dari rongga mulut ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan keadaan infeksi yang berbeda. Pada perawatan mekanikal abses periodontal bisa menyebabkan bakteremia seperti pasien dengan endoprotesa atau imunokompromise dapat menyebabkan infeksi non oral.7

Paru-paru bisa bertindak sebagai barier makanikal dimana bakteri periodontal dapat terjebak dan dapat menyebabkan penyakit. Adakalanya penyebaran bakteri


(29)

27

periodontal dapat berakibat menjadi abses otak. Sejumlah laporan kasus dari periodontal patogen bahwa pada abses otak tersebut didapatkan adanya bakteri P.micros, F. nucleatum, pigmen hitam pada bakteri batang anaerob dan Actinomyces spp, diantaranya merupakan spesis bakteri periodontal anaerob yang diisolasi dari abses intra cranial. Infeksi lain yang berhubungan dengan abses periodontal adalah


(30)

 

BAB 3

DIAGNOSIS ABSES PERIODONTAL

Abses periodontal sering tampak pada seluruh atau sebagian dari tanda–tanda inflamasi lokal akut dan infeksi: terjadi dalam waktu yang cepat, pembengkakan pada gingiva atau mukosa atau pada keduanya, eritema yang hebat pada jaringan yang terlibat dan adanya rasa sakit.6

3.1 Diagnosis Abses Periodontal

Diagnosis abses periodontal diperoleh berdasarkan gejala-gejala yang dijumpai pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi, keluhan-keluhan pasien serta melalui riwayat medis gigi pasien.2,5

3.1.1 Pemeriksaan Klinis

Tanda-tanda klinis abses periodontal berbeda-beda tergantung berapa lama abses itu menetap.16 Tanda dan gejala yang dijumpai pada abses periodontal akut sebagai berikut:2,3,5,6,8

1. Ketidaknyamanan ringan sampai parah

2. Merah dan membengkak berbentuk ovoid yang terlokalisir 3. Adanya saku periodontal

4. Adanya mobiliti gigi 5. Naiknya gigi dari soket

6. Terasa lunak jika diperkusi atau menggigit


(31)

29 7. Adanya eksudasi

8. Kenaikan suhu.

9. limfadenopati regional.

Tanda dan gejala yang dijumpai pada abses periodontal kronis sebagai berikut :2,3,5,6,8

1. Tidak ada sakit atau sedikit nyeri. 2. Adanya lesi inflamasi yang terlokalisir 3. Gigi sedikit meninggi

4. Adanya eksudat intermiten

5. Adanya saluran fistula yang berhubungan dengan saku yang dalam 16

Gambar 10: abses periodontal akut pada gingiva bagian bukal dari gigi molar satu maksila ( Keys. David captain. Periodontal condition of relevanceto the Australia defence force.ADF, 2000:1:115)


(32)

 

3.1.2 Pemeriksaan Radiografi

Pemerikasaan radiografi dapat terlihat normal atau adanya kehilangan tulang, mulai dari pelebaran ruang periodontal sampai kehilangan tulang yang dramatis.2,5 Gambaran radiografi yang khas dari abses periodontal adalah adanya gambaran radiolusen disekitar daerah lateral akar. Gambaran radiografi abses periodontal biasanya bervariasi tergantung pada : 17

1. Fase awal abses periodontal akut sangat sakit tapi tidak ada perubahan gambaran radiografi.

2. Terlihat kerusakan tulang yang meluas

3. Lesi yang terlokalisir pada dinding jaringan lunak saku periodontal sedikit memperlihatkan perubahan gambaran radiografi dibandingkan dengan abses yang berada jauh dijaringan pendukung

Gambar 11. Abses peridodontal kronis pada bagian labial gingiva dari gigi insisivus (Keys.David captain. Periodontal condition of Relevance to the Australia defence force. ADF,2000:1:115)


(33)

31

4. Abses pada permukaan fasial atau lingual tidak jelas terlihat oleh karena gambaran radiopak dari akar, lesi interproksimal lebih terlihat gambaran radiografinya.

3.2 Diagnosis Banding Abses Periodontal

Diagnosis Banding abses periodontal adalah infeksi akut seperti abses periapikal, kista periapikal lateral, fraktur vertikal akar dan abses endo-periodontal mempunyai gejala yang mirip dan terlihat seperti abses periodontal, walaupun mempunyai etiologi yang jelas berbeda. Tanda- tanda seperti pulpa nonvital, adanya lesi karies yang dalam, adanya saluran sinus dan terlihat terbentuk pada pemeriksaan radiografi yang dapat membantu membedakan abses dari segi perbedaan etiologinya.1,2,7

Menurut laporan diketahui ada tiga kasus lesi osteomyelitis pada pasien periodontitis, yang awalnya didiagnosis sebagai abses periodontal. Tumor pada

Gambar 12.Gambaran radiografi abses periodontal(http://balsandir a.blogspot.com /2009/03/ abses-pada-gigi. html)


(34)

 

rongga mulut juga bisa terlihat mirip dengan abses periodontal seperti gingival squamous cell carcinoma, metastastic carcinoma yang berasal dari pankreas dan eosinophilik carcinoma didiagnosa dengan kerusakan tulang yang cepat setelah perawatan periodontal. Diagnosa secara patologi anatomi harus dilakukan jika abses tidak memberikan respon terhadap perawatan konvensional.2,7

3.2.1 Perbedaan antara Abses Periodontal dengan Abses Dental / Periapikal

Perbedaan diagnosa dari abses periodontal dan abses periapikal adalah: 1,3,8,16 Pada abses periodontal:

1. Dihubungkan dengan saku periodontal yang sudah ada sebelumnya.

2. Gambaran radiografi menunjukkan kehilangan tulang periodontal angular dan gambaran radiolusen pada daerah furkasi gigi, 3 dan daerah lateral gigi.16 3. Tes menunjukkan pulpa vital.

4. Pembengkakan biasanya pada jaringan gingiva dan kadang-kadang adanya fistula.

5. Rasa sakit biasanya sedikit dan terlokalisir. 6. Peka terhadap perkusi dan terkadang tidak peka 7. Tidak ada karies pada gigi.

8. Adanya mobiliti gigi.


(35)

33

Pada Abses periapikal / pulpa:

1. Terjadi pada gigi dengan restorasi yang besar.

2. Tidak memiliki saku periodontal atau jika ada, saku dangkal 3. Tes menunjukkan pulpa nonvital.

4. Pembengkakan sering terlokalisir pada apeks dengan saluran fistula . 5. Rasa sakit sering terasa parah dan terlokalisir

6. Peka terhadap perkusi. 7. Adanya karies gigi.

8. Adanya gambaran radiolusen pada apikal.

Gambar 13.Abses periodontal yang berkembang dengan cepat selama 2 hari diantara molar dua dan tiga maksila pada pasien wanita umur 43 tahun dengan periodontitis kronis yang tidak terawat, pulpa gigi masih vital,tidak ada penyakit pulpa. (Armitage. Gery C.Periodontal diagnoses and classifycation of


(36)

 

9. Tidak ada atau sedikit mobiliti.

Gambar 14. Abses periapikal (http://www.tpub.com/ content/medical/14274/css/14274_99.htm) 

Pada abses periodontal umumnya ditemukan bakteri Fusobacterium spp. (75%), P.intermedia/nigrescens (60%), P.gingivalis (51%) dan A.actinomycetemcomitans (30%) sedangkan pada abses periapikal bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Microaerophilic streptococci dari S. milleri grup (S. anginosus, S.constellatus dan S.intermedius ), Streptococus anaerobic (P.anaerobius dan P. micros ), batang gram positif anaerob (Eubacterium sp., Actinomyces sp. dan Propionibacterium sp.) dan batang gram negatif anaerob (Porphyromonas sp., Provotella sp., Bacteriodes sp., Campylobacter sp., Fusobacterium sp., dan


(37)

35

BAB 4

PERAWATAN ABSES PERIODONTAL

Perawatan abses periodontal yang tepat ditentukan oleh tingkat pembentukan abses, lokasi dan luas abses, luas dan bentuk kehilangan perlekatan dari gigi dan peranan gigi terhadap rencana perawatan keseluruhan.1 Pada bab ini akan dibahas mengenai perawatan abses periodontal akut dan kronis serta perawatannya dengan antibiotik sistemik.

4.1 Perawatan Abses Periodontal Akut

Perawatan abses periodontal akut biasanya mencakup dua tahap yaitu pengelolaan lesi akut dan perawatan yang tepat terhadap sumber lesi atau lesi yang masih ada setelah keadaan akut dikontrol. Jika gigi rusak berat dan prognosis buruk, perawatan yang paling tepat dilakukan adalah ekstraksi gigi. 2,3,5-7,15

Perawatan abses periodontal akut dilakukan dengan mengurangi gejala, mengendalikan penyebaran infeksi dan melakukan drainase. Sebelum perawatan, dilakukan evaluasi terhadap riwayat medis pasien, riwayat gigi dan kondisi sistemik untuk membantu dalam diagnosis serta untuk menentukan kebutuhan antibiotik sistemik. 3

Drainase abses periodontal akut dapat dilakukan dari dalam saku periodontal, atau dengan insisi dari permukaan luarnya. Sedapat mungkin drainase dilakukan dari dalam saku. Namun bila drainase dari dalam saku sukar untuk dilakukan, atau


(38)

 

absesnya telah menonjol ke arah luar, maka diindikasikan drainase dengan insisi eksternal.18

4.1.1 Drainase Melalui Saku Periodontal

Daerah periferal disekitar abses dianastesi dengan anastesi topikal secukupnya dan anastesi lokal untuk menjamin rasa nyaman. Dinding saku diretraksi hati-hati dengan prob periodontal atau kuret untuk memulai drainase kedalam saku. Penekanan dengan jari secara lembut dan irigasi bisa dilakukan untuk mengeluarkan eksudat dan membersihkan saku. Jika lesi kecil dan jalan masuk tidak sulit, debridemen dalam bentuk skeling dan penyerutan akar bisa dilakukan, Jika lesi luas dan drainase tidak dapat dilakukan maka debridemen akar dengan skeling dan penyerutan akar atau pembedahan untuk mendapatkan akses sebaiknya ditunda sampai tanda-tanda umum mereda. Pada pasien diberikan antibiotik sistemik tambahan dengan dosis tinggi jangka pendek. Terapi antibiotik saja tidak di indikasikan tanpa tindakan drainase dan skeling subgingiva.3


(39)

37

Gambar 16. Penekanan dengan jari secara lembut bisa mengeluarkan purulen dengan cepat (Melnick.Philip R, Takei. Henry H. Treatment of periodontal Abscess. Elsivier, 2006 : 719)

Gambar 15. A. Abses periodontal pada molar satu kanan maksila B. prob periodontal digunakan untuk merektraksi dinding saku dengan hati-hati (Melnick. Philip R, Takei. Henry H. Teatment of periodontal Abscess. Elsivier, 2006 : 718)


(40)

 

4.1.2 Drainase Melalui Insisi Eksternal

Daerah abses diisolasi dengan gulungan kain kasa, dikeringkan dan diberi anastesi lokal. Setelah anastesi berjalan, daerah abses dipalpasi untuk mencari daerah yang lunak.3,18

Apabila abses pada permukaan vestibular, dilakukan insisi vertikal dengan pisau skalpel mulai dari lipatan mukosagingiva melintasi daerah yang paling lunak sampai ke tepi gingiva. Bila absesnya pada permukaan oral, insisi dimulai tepat apikal dari pembengkakan meluas sampai ke tepi gingiva. Pada waktu menginsisi harus dipastikan bahwa ujung pisau sampai menyentuh jaringan keras guna memastikan telah tercapainya daerah pernanahan.18

Beberapa ahli menganjurkan agar insisi tidak dilakukan dalam arah vertikal tetapi dalam arah horizontal, perlu diperhatikan apakah tepi plat tulang alveolar masih utuh. Insisi vertikal bisa dilakukan apabila tepi tulang alveolar masih utuh.18

Setelah pus dan darah keluar, daerah insisi diirigasi dengan air hangat, dan luka insisi dikuakkan untuk memungkinkan drainase selanjutnya. Setelah drainase absesnya berhenti, daerah insisi dikeringkan dan diolesi dengan antiseptika.18

4.2 Perawatan Abses Periodontal Kronis

Perawatan abses periodontal kronis dengan saku periodontal biasanya dirawat dengan skeling dan penyerutan akar atau terapi bedah, seperti gingivektomi atau prosedur bedah flep terutama pada abses dengan cacat vertikal yang dalam atau lesi furkasi dimana penyembuhan abses hanya dapat dicapai dengan pembedahan.2,3


(41)

39

Bedah flep juga dianjurkan pada kasus post-profilaksis abses periodontal, dimana kalkulus tertinggal pada subgingiva setelah perawatan. Tujuan utama dari terapi ini untuk menghilangkan kalkulus dan mendapatkan drainase pada waktu yang bersamaan.2,5,10,17

 

 

Gambar 17. Perawatan abses periodontal kronis A. Abses periodontal kronis pada kaninus kanan maksila, B. dengan menggunakan anastesi lokal prob periodontal dimasukkan untuk mendeteksi lesi yang parah, C.gunakan insisi vertikal pada mesial dan distal,di buka dengan flep ketebalan penuh , terlihatnya dehisensi tulang yang parah, penambalan subgingiva dan kalkulus pada akar D. permukaan akar dilicinkan sehungga bebas dari kalkulus dan penambalan menjadi licin, E.flep ketebalan penuh diposisikan kembali pada posisi awal dan dijahit dengan penjahitan absorbed, F. 3 bulan kemudian jaringan gingiva berwarna merah muda, kaku dan beradaptasi dengan baik pada gigi dengan kedalaman probing periodontal yang minimal.( Melnick. Philip R, Takei. Henry H. Teatment of periodontal Abscess. Elsivier, 2006 : 720)

 

A  B C


(42)

 

4.3 Perawatan dengan Antibiotik sistemik

Perawatan antibiotik sistemik pada abses gigi bertujuan mencegah penyebaran bakteri dan komplikasi yang serius. Konsentrasi antibiotik pada abses sangat lebih rendah daripada didalam darah, karena suplai darah yang buruk dimana puncak konsentrasi maksimal antibiotik lebih lambat pada abses daripada didarah. Penambahan antibiotik pada abses periodontal seharusnya juga menerima terapi mekanis atau terapi mekanis dan pembedahan.5

Indikasi untuk terapi antibiotik pada penderita dengan abses periodontal akut yaitu:3

1. Selulitis ( tidak terlokalisir, infeksi yang menyebar). 2. Abses yang dalam, saku yang tidak dapat dicapai. 3. Demam.

4. Limfadenopati regional. 5. Pasien immunocompromised

Beberapa antibiotik yang digunakan untuk perawatan abses periodontal adalah:

1. Amoxicillin

1,0 g loading dose ( dosis tinggi yang diberikan pada awal perawatan sebelum diberikan dosis yang lebih rendah pada fase pemeliharaan ), kemudian 500 mg tiga kali sehari selama 3 hari dan dievaluasi kembali setelah tiga hari untuk menentukan perlunya diteruskan atau disesuaikan lagi terapi antibiotiknya.3


(43)

41

Tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 250 mg 4 kali sehari selama 3 hari atau 500mg 3 kali sehari selama 3 hari.19

3. Cephalexin

250 mg 4 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg 2 kali sehari selama 3 hari.20

4. Ceftibuten

Dosisnya 400 mg sekali sehari.21

5. Clindamycin

Clindamycin 600 mg loading dose ( dosis tinggi yang diberikan pada awal perawatan sebelum diberikan dosis yang lebih rendah pada fase pemeliharaan ), kemudian 300 mg 4 kali sehari salama 3 hari.3

6. Metronidazole

Tersedia dalam bentuk tablet, biasanya dengan dosis 250 mg tiga kali sehari selama 3 sampai 5 hari, jika infeksi parah dosisnya 500 mg dua kali sehari selama 3 sampai 5 hari.22

7. Azithromycin

Azithromycin atau clarithromycin 1,0 g loading dose ( dosis tinggi yang diberikan pada awal perawatan sebelum diberikan dosis yang lebih rendah pada fase pemeliharaan ), kemudian 500 mg 4 kali sehari selama 3 hari.3

Pada dasarnya, pemakaian antibiotik dianjurkan dengan dosis yang tinggi dalam jangka waktu pendek. Apabila pasien sembuh dengan baik, pemberian antibiotik tidak boleh diberikan lebih dari lima hari.7


(44)

 

Gambar 19. Abses periodontal setelah dilakukan perawatan mekanikal (debridemen dan skeling) dan penambahan terapi antibiotik sistemik selama 3-5 hari (HerreraD, Rolda´n S,O’Connor A, Sanz M: The periodontal abscess (II). Shortterm clinical and microbiology efficacy of 2 systemic antibiotic regimes. J Clin Periodontol 2000: 27: 399).

 

Gambar 18. Keadaan abses periodontal sebelum diberi antibiotik (Herrera D, Rolda´n S, O’Connor A, Sanz M: The periodontal abscess (II). Shortterm clinical and microbiological efficacy of 2 systemic antibiotic regimes. J Clin Periodontol 2000; 27: 399).


(45)

43

Gambar 20.Abses periodontal setelah dilakukan perawatan mekanikal (debridemen dan skeling dan diberikan penambahan terapi antibiotik sistemik selama 10-12 hari (Herrera D, Rolda´n S,O’Connor A,Sanz M: The periodontal abscess (II). Shortterm clinical and microbiological efficacy of 2 systemic antibiotic regimes. J Clin Periodontol 2000; 27: 399).  


(46)

 

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1 Diskusi

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal. Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ke tiga yang paling sering terjadi mencapai 7-14 % setelah abses dentoalveolar akut (14-25%), perikoronitis (10-11 %) dan 6-7 % kasus abses periodontal pada pasien-pasien di klinik gigi. Etiologi terjadinya abses periodontal dapat dibagi atas dua yaitu abses yang berhubungan dengan periodontitis dan yang tidak berhubungan dengan periodontitis. Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan lunak merupakan awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan memproduksi pus. Bakteri yang paling banyak ditemukan pada abses periodontal adalah Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum. Abses periodontal dapat menyebabkan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi.

Diagnosis abses periodontal diperoleh berdasarkan gejala-gejala yang dijumpai pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi, keluhan-keluhan pasien serta melalui riwayat medis gigi pasien. Perawatan abses periodontal yang tepat ditentukan oleh tingkat pembentukan abses, lokasi dan luas abses, luas dan bentuk


(47)

45

kehilangan perlekatan gigi dan peranan gigi terhadap rencana perawatan keseluruhan. Perawatan pada abses periodontal akut dilakukan dengan mengurangi gejala, mengendalikan penyebaran infeksi dan melakukan drainase meliputi drainase melalui saku periodontal dan insisi eksternal. Pada perawatan abses periodontal kronis meliputi skeling dan penyerutan akar atau terapi bedah, seperti gingivektomi atau prosedur bedah flep. Jika gigi rusak berat dan prognosis buruk, perawatan yang paling tepat dilakukan adalah ekstraksi gigi. Perawatan antibiotik sistemik diperlukan pada abses periodontal akut maupun kronis yang bertujuan untuk mencegah penyebaran bakteri dan komplikasi yang serius.

5.2 Kesimpulan

Dalam melakukan perawatan pada abses periodontal diperlukan diagnosis yang tepat dengan mempertimbangkan keluhan pasien, riwayat medis, tanda dan gejala serta pemeriksaan klinis dan radiografi, sehingga dapat dilakukan perawatan yang tepat yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, mencegah penyebaran infeksi serta pembentukan lesi residual.


(48)

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of Periodontics, Second Edition. Hong Kong: Quintesence Publishing Co Inc, 2003: 491-3.

2. Herrera D, Roldan S, Sanz M. The Periodontal Abscess: a review. Journal of Clinical Peridontology, 2000: 27: 377-386.

3. Newman MG, Takei HH, Kiokkevold PR. Clinical Periodontology, Tenth Edition. China: Saunders Elsevier, 2006: 714-20.

4. Dalimunthe SH. Periodonsia, Edisi revisi. Medan, 2008: 196-99.

5. Radmila OR, Draginja KB, Vesna BR. The therapy of periodontal abscess. Acta Stomatologica Naissi, 2008: vol 24, no.5: 775-780.

6. Topazian, Goldberg, Hupp. Oral maxillofacial, 4th edition. USA: W.B.Saunders Company, 2002: 137-9.

7. Linde J, Karring T, Lang NP. Clininical periodontology and implant dentistry, 4th edition. USA: Blackwell Publishing Company, 2006: 260-66.

8. Eley BM, Manson JD. Periodontics, fifth edition. Philadelphia: Elsivier, 2004: 328-31.

9. Ying J. Periodontal abscess. <http://www.dent.uda.edu/pic/members /antibiotics/abscess .html > (11 Maret 2010).

10. Weinberg MA, Westphal C, Froum SJ, Palat M. Comprehensive Periodontics for the dental hygienist, second edtion. New York: Pearson Prentice Hall, 2006: 196-99.


(49)

47

11. Anonymous. Parameter on acute periodontal disease. J.Periodontal, 2000: vol 71, no.5: 863-66.

12. Martinez B, Ruiz F. Peridontal disease as bacterial infection. Av periodon Implantol, 2005: 17,3:111-118.

13. Dahlen G. Microbiology and treatment of dental abscesses and periodontal-endodontics lesion. J.Periodontology: 2000: 28: 206-39.

14. Herrera D, Roldan S, Gonzales I, Sanz M. The periodontal abscess(I). Clinical and microbiological finding. J.Clin Periodontol, 2000: 27: 387-394.

15. Jaramillo A, Arce RM, Herrera D, Betancourth M, Botero JE, Contreras A. Clinical and mocrobiological characterization of periodontal abscesses. J.clin Periodontol, 2005: 32:1213-18.

16. Keys GCD, Bartold WCM. Peridontal condition of relevance to the Australian defence force. ADF Health, 2000:1:115-16.

17. Carranza FA, Perry DA. Clinical periodontology for the dental hygienist. Philadelphia: W.B. Saunders Company,1986: 65-7,179.

18. Dalimunthe SH. Terapi periodontal. Medan, 2006: 67-69.

19. Ganiswarna SG,dkk. Farmakologi dan terapi. edisi 4. Jakarta: Gaya baru, 2005: 626, 630

20. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). ISO. Jakarta: PT.Ikrar Mandiri Abadi, 2007: 7

21. Hardjasputra SL, dkk. Data Obat di Indonesia(DOI). edisi 10. Jakarta: Grafidian Medipress, 2002: 1322


(50)

 

22. Anynomous. The comprehensive resource for physician, drug and illness information.<http://www.rxmed.com/b.main/b2.pharmaceutical/b2.1.monographs /CPS-%20Monographs/CPS- %20 %28General %20Monographs %20M%29/ metronidazole.html > (23 Mei 2010).

   


(1)

Gambar 20.Abses periodontal setelah dilakukan perawatan mekanikal (debridemen dan skeling dan diberikan penambahan terapi antibiotik sistemik selama 10-12 hari (Herrera D, Rolda´n S,O’Connor A,Sanz M: The periodontal abscess (II). Shortterm clinical and microbiological efficacy of 2 systemic antibiotic regimes. J Clin Periodontol 2000; 27: 399).  


(2)

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1 Diskusi

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal. Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ke tiga yang paling sering terjadi mencapai 7-14 % setelah abses dentoalveolar akut (14-25%), perikoronitis (10-11 %) dan 6-7 % kasus abses periodontal pada pasien-pasien di klinik gigi. Etiologi terjadinya abses periodontal dapat dibagi atas dua yaitu abses yang berhubungan dengan periodontitis dan yang tidak berhubungan dengan periodontitis. Masuknya bakteri kedalam dinding saku jaringan lunak merupakan awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan memproduksi pus. Bakteri yang paling banyak ditemukan pada abses periodontal adalah Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia dan Fusobakterium nucleatum. Abses periodontal dapat menyebabkan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi.

Diagnosis abses periodontal diperoleh berdasarkan gejala-gejala yang dijumpai pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi, keluhan-keluhan pasien serta melalui riwayat medis gigi pasien. Perawatan abses periodontal yang tepat


(3)

kehilangan perlekatan gigi dan peranan gigi terhadap rencana perawatan keseluruhan. Perawatan pada abses periodontal akut dilakukan dengan mengurangi gejala, mengendalikan penyebaran infeksi dan melakukan drainase meliputi drainase melalui saku periodontal dan insisi eksternal. Pada perawatan abses periodontal kronis meliputi skeling dan penyerutan akar atau terapi bedah, seperti gingivektomi atau prosedur bedah flep. Jika gigi rusak berat dan prognosis buruk, perawatan yang paling tepat dilakukan adalah ekstraksi gigi. Perawatan antibiotik sistemik diperlukan pada abses periodontal akut maupun kronis yang bertujuan untuk mencegah penyebaran bakteri dan komplikasi yang serius.

5.2 Kesimpulan

Dalam melakukan perawatan pada abses periodontal diperlukan diagnosis yang tepat dengan mempertimbangkan keluhan pasien, riwayat medis, tanda dan gejala serta pemeriksaan klinis dan radiografi, sehingga dapat dilakukan perawatan yang tepat yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, mencegah penyebaran infeksi serta pembentukan lesi residual.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of Periodontics, Second Edition. Hong Kong: Quintesence Publishing Co Inc, 2003: 491-3.

2. Herrera D, Roldan S, Sanz M. The Periodontal Abscess: a review. Journal of Clinical Peridontology, 2000: 27: 377-386.

3. Newman MG, Takei HH, Kiokkevold PR. Clinical Periodontology, Tenth Edition. China: Saunders Elsevier, 2006: 714-20.

4. Dalimunthe SH. Periodonsia, Edisi revisi. Medan, 2008: 196-99.

5. Radmila OR, Draginja KB, Vesna BR. The therapy of periodontal abscess. Acta Stomatologica Naissi, 2008: vol 24, no.5: 775-780.

6. Topazian, Goldberg, Hupp. Oral maxillofacial, 4th edition. USA: W.B.Saunders Company, 2002: 137-9.

7. Linde J, Karring T, Lang NP. Clininical periodontology and implant dentistry, 4th edition. USA: Blackwell Publishing Company, 2006: 260-66.

8. Eley BM, Manson JD. Periodontics, fifth edition. Philadelphia: Elsivier, 2004: 328-31.

9. Ying J. Periodontal abscess. <http://www.dent.uda.edu/pic/members /antibiotics/abscess .html > (11 Maret 2010).

10.Weinberg MA, Westphal C, Froum SJ, Palat M. Comprehensive Periodontics for the dental hygienist, second edtion. New York: Pearson Prentice Hall, 2006:


(5)

196-11.Anonymous. Parameter on acute periodontal disease. J.Periodontal, 2000: vol 71, no.5: 863-66.

12.Martinez B, Ruiz F. Peridontal disease as bacterial infection. Av periodon Implantol, 2005: 17,3:111-118.

13.Dahlen G. Microbiology and treatment of dental abscesses and periodontal-endodontics lesion. J.Periodontology: 2000: 28: 206-39.

14.Herrera D, Roldan S, Gonzales I, Sanz M. The periodontal abscess(I). Clinical and microbiological finding. J.Clin Periodontol, 2000: 27: 387-394.

15.Jaramillo A, Arce RM, Herrera D, Betancourth M, Botero JE, Contreras A. Clinical and mocrobiological characterization of periodontal abscesses. J.clin Periodontol, 2005: 32:1213-18.

16.Keys GCD, Bartold WCM. Peridontal condition of relevance to the Australian defence force. ADF Health, 2000:1:115-16.

17.Carranza FA, Perry DA. Clinical periodontology for the dental hygienist. Philadelphia: W.B. Saunders Company,1986: 65-7,179.

18.Dalimunthe SH. Terapi periodontal. Medan, 2006: 67-69.

19.Ganiswarna SG,dkk. Farmakologi dan terapi. edisi 4. Jakarta: Gaya baru, 2005: 626, 630

20.Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). ISO. Jakarta: PT.Ikrar Mandiri Abadi, 2007: 7

21.Hardjasputra SL, dkk. Data Obat di Indonesia(DOI). edisi 10. Jakarta: Grafidian Medipress, 2002: 1322


(6)

22.Anynomous. The comprehensive resource for physician, drug and illness information.<http://www.rxmed.com/b.main/b2.pharmaceutical/b2.1.monographs /CPS-%20Monographs/CPS- %20 %28General %20Monographs %20M%29/ metronidazole.html > (23 Mei 2010).