Terapi Antibiotik Kombinasi Amoksisilin dengan Metronidazole dalam Perawatan Periodontal.
TERAPI KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN
DENGAN METRONIDAZOLE DALAM PERAWATAN
PERIODONTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
SADLI JOHARIE NIM: 060600109
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2010
Sadli Joharie
Terapi Antibiotik Kombinasi Amoksisilin dengan Metronidazole dalam Perawatan Periodontal
vii + 28 halaman
Kombinasi amoksisilin dan metronidazole dalam perawatan periodontal didasarkan atas kemampuannya dalam menekan pertumbuhan bakteri Actinobacillus
actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus, dan Prevotella intermedia.
Kedua antibiotik ini akan menghasilkan efek sinergis karena amoksisilin dapat meningkatkan penyerapan metronidazole sehingga konsentrasinya menjadi lebih tinggi dalam cairan sulkus gingiva (CGF / crevicular gingival fluid) dan dapat mencapai batas MIC ( minimum inhibitory concentration ).
Beberapa dosis kombinasi yang digunakan untuk kedua jenis antibiotik ini adalah amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg diberikan 3 kali sehari selama 7 hari dan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg yang diberikan 3 kali sehari selama 7 hari.
(3)
Evaluasi klinis yang diperoleh dari penelitian-penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai perkiraan keberhasilan dari terapi kombinasi yang dilakukan.
Daftar Rujukan : 11 ( 1991 – 2010 )
(4)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 22 November 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Zulkarnain, drg., M. Kes
(5)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 November 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Tanda tangan
Zulkarnain, drg., M. Kes
NIP: 19551020 198503 1 001 ………
ANGGOTA :
1. Pitu Wulandari, drg., Sp.Perio
NIP: 19790514 200502 2 001 ……….
2. Saidina Hamzah Dalimunthe,drg.,Sp.Perio (K)
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Zulkarnain, drg., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Departemen Periodonsia yang telah banyak membantu dan memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Oktavia Dewi, drg., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.
4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi USU.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalani kuliah
(7)
6. Kedua orang tua tercinta, H. Hartono (Alm) dan Hj. Umi Kalsum yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis, serta kepada Ririn Ridzky Fanisah yang selalu memberi dukungannya kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis (Hanif, Yanci, Ryan, Ika, Kiki, Fauzan) serta teman-teman angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat. Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT memberi ridho-Nya pada kita semua.
Medan, 22 November 2010
Penulis
Sadli Joharie NIM : 060600109
(8)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……….. HALAMAN PERSETUJUAN………... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... vii
BAB 1 PENDAHULUAN……….………1
BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL………....3
2.1.Terapi Antibiotik Sebagai Penunjang Terapi Periodontal……….3
2.2. Kombinasi Amoksisilin dan Metronidazole……….4
2.2.1.Efek Sinergisme Antara Amoksisilin dengan Metronidazol…..………....6
2.2.2.Dosis Kombinasi Antara Amoksisilin dan Metronidazole……….6
BAB 3 EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI AMOKSISILIN 375 mg DENGAN METRONIDAZOLE 250 mg………7
BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI AMOKSISILIN 500 mg DENGAN METRONIDAZOLE 250 mg………...………17
BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN………...……..25
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata parameter klinis dan standart deviasi pada keadaan awal, setelah terapi insisal (IT) dan setelah terapi amoksilin +
metronidazole (AM) pada 22 sampel ... 10 2. Rata-rata (±SD) parameter klinis pada kelompok plasebo dan
kelompok pengujian untuk keadaan awal (KA) dan setelah terapi
(ST) ... 12 3. Rata-rata (±SD) perubahan kedalaman saku (IKS) dan level
perlekatan klinis (LPK) pada berbagai kategori kedalaman saku
insisal kelompok plasebo dan kelompok pengujian setelah terap... 13 4. Jumlah pasien dengan keterlibatan patogen periodontal subgingival
dan rata-rata (±SD) presentase pasien yang positif kelompok plasebo dan kelompok pengujian pada keadaan awal (KA) dan setelah terapi
(ST) ... 14 5. Data parameter klinis (rata-rata ± standart deviasi) ... 15
6. Data parameter klinis (rata-rata ± standart
deviasi)……….. ... 16 7. Jadwal penelitian ... 18 8. Perubahan parameter klinis pada kelompok A+M (n=20) setiap 2
bulan hingga 12 bulan setelah terapi ... 19 9. Perubahan parameter klinis pada kelompok kontrol (n=20) setiap 2
bulan hingga 12 bulan setelah terapi ... 19 10. Perubahan parameter klinis ... 22 11. Perbedaan jumlah sel pada subgingival (x 103/µ) sebelum dan
(10)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2010
Sadli Joharie
Terapi Antibiotik Kombinasi Amoksisilin dengan Metronidazole dalam Perawatan Periodontal
vii + 28 halaman
Kombinasi amoksisilin dan metronidazole dalam perawatan periodontal didasarkan atas kemampuannya dalam menekan pertumbuhan bakteri Actinobacillus
actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus, dan Prevotella intermedia.
Kedua antibiotik ini akan menghasilkan efek sinergis karena amoksisilin dapat meningkatkan penyerapan metronidazole sehingga konsentrasinya menjadi lebih tinggi dalam cairan sulkus gingiva (CGF / crevicular gingival fluid) dan dapat mencapai batas MIC ( minimum inhibitory concentration ).
Beberapa dosis kombinasi yang digunakan untuk kedua jenis antibiotik ini adalah amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg diberikan 3 kali sehari selama 7 hari dan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg yang diberikan 3 kali sehari selama 7 hari.
(11)
Evaluasi klinis yang diperoleh dari penelitian-penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai perkiraan keberhasilan dari terapi kombinasi yang dilakukan.
Daftar Rujukan : 11 ( 1991 – 2010 )
(12)
BAB I PENDAHULUAN
Penggunaan antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal telah lama dipraktekkan. Telah diketahui bahwa bakteri merupakan etiologi utama penyakit periodontal. Beberapa penelitian membuktikan bahwa antibiotika turut berperan dalam penyembuhan penyakit periodontal. Pendekatan dengan kombinasi obat pun dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam perawatan penyakit periodontal. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat sejauh mana keberhasilan penggunaan kombinasi antibiotik amoksisilin dan metronidazole dalam perawatan periodontal.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai alasan pemberian kombinasi amoksisilin dan metronidazole, pada bab 2 ini akan dibahas mengenai latar belakang penggunaan amoksisilin dan metronidazole sebagai penunjang perawatan periodontal. Pada bab 3 akan dibahas mengenai evaluasi pemberian kombinasi amoksisilin 375 mg dengan metronidazole 250 mg dan hasil pengukuran parameter klinis terapinya.
Pada bab 4 akan dijelaskan mengenai evaluasi pemberian kombinasi amoksisilin 500 mg dengan metronidazole 250 mg dan juga hasil dari pengukuran parameter klinis terapi tersebut. Kemudian pada bab 5 akan ditutup dengan diskusi dan kesimpulan yang merupakan penjelasan dari bab-bab sebelumnya.
Dengan pembahasan yang dikemukakan dan hasil evaluasi yang diuraikan pada setiap bab, diharapkan akan memberi pemahaman pada kita mengenai
(13)
penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazole sebagai penunjang perawatan periodontal, serta pada kasus yang bagaimana penggunaan kombinasi ini digunakan beserta dosis pemberian yang efektif.
(14)
BAB 2
LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL
Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal adalah didasarkan pada kenyataan bahwa etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri yang dikenal sebagai plak bakteri. Beberapa spesies bakteri dapat mengadakan invasi ke jaringan ikat gingiva, akar gigi, bahkan sampai ke permukaan tulang alveolar. Bakteri yang invasi tersebut tidak dapat disingkirkan hanya dengan tindakan penskeleran dan penyerutan akar, sehingga perlu diberikan terapi antibiotik sebagai penunjang dalam perawatan periodontal.
2.1. Terapi Antibiotik Sebagai Penunjang Terapi Periodontal
1
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam bab ini akan dibahas mengenai terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal serta efek sinergis dan dosis kombinasi yang digunakan.
Terapi periodontal bertujuan untuk mengurangi plak supra dan subgingiva serta kalkulus dengan tindakan yang tepat dan menjaga kebersihan mulut dengan melakukan penskeleran dan penyerutan akar.2 Penyingkiran plak dan bakteri hanya dengan teknik mekanik saja biasanya kurang menunjukkan hasil maksimal dalam waktu panjang. Hal ini dikarenakan perlakuan mekanik saja tidak bisa menghilangkan etiologi primer secara tuntas sehingga bakteri-bakteri tersebut akan mengalami rekolonisasi. Untuk mencegah hal tersebut, penggunaan antibiotik pun dilakukan
(15)
sebagai penunjang untuk terapi periodontal secara mekanik dalam mendapatkan peningkatan keuntungan klinis.3
Pemberian antibiotik sangat menunjang hasil perawatan secara mekanik, karena antibiotik akan membunuh bakteri-bakteri patogen subgingiva yang masih ada pasca perawatan mekanis.1
Penggunaan antibiotik tambahan secara sistemik dapat meningkatkan hasil perawatan periodontal karena dapat menekan patogen periodontal pada pasien yang mengalami periodontitis.2 Namun demikian, pemilihan antibiotik yang diberikan sebagai penunjang periodontal harus didasarkan pada kerentanan bakteri yang hendak disingkirkan. Selain itu, antibiotik yang dipilih harus memiliki efek samping yang minimal, tidak umum digunakan pada perawatan medis, dan sedapat mungkin murah harganya.
2.2. Kombinasi Amoksisilin dan Metronidazole
1,4
Antibiotik yang dipilih sebagai penunjang perawatan periodontal haruslah sesuai dengan bakteri yang menjadi target. Dalam hal ini yang menjadi patokan adalah MIC (minimum inhibitory concentration) atau konsentrasi penghambat minimal, yaitu konsentrasi terendah dimana tidak ada pertumbuhan terlihat. Antibiotik yang dipilih juga harus cukup tinggi konsentrasinya dalam cairan sulkus gingiva (CGF).
Alasan penggunaan kombinasi amoksisilin dengan metronidazole dalam perawatan periodontal adalah untuk mengatasi infeksi yang melibatkan bakteri berspektrum luas. Metronidazole mencakup bakteri anaerob dan amoksisilin
(16)
mencakup bakteri fakultatif aerob yang terlibat dalam infeksi.5 Penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazole ini dapat menekan pertumbuhan bakteri
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Treponema denticola, Treponema forsythia, dan Fusobacterium nucleatum.3,6
Metronidazole yang dikombinasikan dengan amoksisilin efektif terhadap perawatan kasus-kasus periodontitis lanjut, terutama yang berhubungan dengan infeksi Actinobacillus actinomycetemcomitans.2 Penelitian lain yang dilakukan juga menunjukkan kombinasi amoksisilin dengan metronidazole dapat menahan perkembangan periodontitis kronis, dan juga meningkatkan parameter klinis penyakit secara signifikan serta mengurangi jumlah sisi yang terinfeksi Porphyromonas
gingivalis, dan Prevotella intermedia.6
Metronidazole memiliki efek oral pada mikrobiota subgingiva dan dapat menembus cairan sulkus gingiva dan saliva. Setelah beberapa kali pemberian dosis 250 mg, metronidazole dapat mencapai konsentrasi 26,7 mg/ml dalam cairan sulkus gingiva, dan dosis tunggal 750 mg metronidazole memberikan konsentrasi 8,7-13,8 mg/ml pada cairan sulkus gingiva. Amoksisilin juga sangat efektif terhadap kebanyakan patogen periodontal dan menunjukkan aktivitas antimikroba tingkat tinggi yang dicapai dalam cairan sulkus gingiva. Sehingga, kombinasi amoksisilin dan metronidazole dijadikan suatu terapi tambahan yang efektif untuk penekanan jumlah A.actinomycetemcomitans dan mengurangi jumlah P.intermedia dan
(17)
2.2.1. Efek Sinergisme Antara Amoksisilin Dengan Metronidazole
Keefektifan kombinasi metronidazole dengan amoksisilin telah terbukti dalam berbagai infeksi campuran pada manusia terutama yang berkaitan dengan
Actinobacillus actinomycetemcomitans pada penyakit periodontal. Hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan terdapat tindakan sinergis antara senyawa kombinasi tersebut terhadap A.actinomycetemcomitans. Selain itu, hydroxymetabolite dari metronidazole yang dihasilkan di dalam hati manusia juga bertindak sinergis dengan kedua senyawa. Oleh karena itu, terlihat tidak hanya dari aksi masing-masing antibiotik yang bertanggung jawab terhadap penghapusan mikroorganisme, tetapi juga tindakan sinergis antara kedua senyawa dan hydroxymetabolite yang berkontribusi terhadap kombinasi dalam campuran anaerob yang parah.5
Tindakan sinergis antara kedua senyawa kombinasi tersebut menyebabkan konsentrasi yang rendah dari MIC sudah cukup efektif terhadap Actinobacillus
actinomycetemcomitans.5 Manfaat spesifik dalam penekanan patogen periodontal dari kombinasi antara amoksisilin dan metronidazole membuat kombinasi obat ini menjadi pilihan pertama terapi untuk penyakit periodontal yang terkait dengan
Actinobacillus actinomycetemcomitans.
2.2.2. Dosis Kombinasi Antara Amoksisilin Dengan Metronidazole
7
Kombinasi amoksisilin dan metronidazole telah diusulkan sebagai rejimen yang berguna karena keberhasilannya dalam bakterisida dan meningkatkan spektral dibandingkan dengan monoterapi dari masing-masing obat tersebut. Dalam kombinasi ini metronidazole dicerna di dalam hati dimana terdapat hydroxymetabolite
(18)
yang sangat efektif dari obat tersebut diproduksi dan amoksisilin bertindak sinergis pada A.actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola,
Treponema forsythia. Selain itu, Prevotella intermedia dan Fusobacterium nucleatum
menunjukkan respon terhadap kombinasi ini. Laporan-laporan tersebut memberikan bukti dan mendorong penggunaan antibiotik polifarmasi tambahan dalam perawatan periodontal.3,5
Beberapa kelompok penggolongan penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazole adalah 375 mg amoksisilin ditambah 250 mg metronidazole 3 kali sehari selama 7 hari dan 500 mg amoksisilin ditambah 250 mg metronidazole 3 kali sehari selama 7 hari.1,2,7
(19)
BAB 3
EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI KOMBINASI AMOKSISILIN 375 mg DENGAN METRONIDAZOLE 250 mg
Dalam bab ini akan ditinjau mengenai hasil evaluasi terhadap perawatan periodontal yang ditunjang dengan pemberian amoksisilin 375 mg dan metronidazole 250 mg. Sebagai bahan rujukan untuk evaluasi ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Winkel EG dkk pada tahun 1998, Winkell EG dkk pada tahun 2001 serta penelitian oleh Atici,K pada tahun 2005.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Winkel EG dkk tahun 1998 digunakan sampel 22 pasien dengan diagnosis periodontitis yang berkaitan dengan
Actinobacillus actinomycetemcomitans, yang terdiri dari 7 pasien laki-laki dan 15
pasien wanita dengan usia rerata 40 tahun. Syarat sampel yang ditentukan sebagai berikut adalah usia lebih dari 25 tahun, minimal mempunyai 4 saku periodontal dengan kedalaman ≥ 6 mm dan sekurang-kurangnya kehilangan perlekatan ≥ 3 mm, menunjukkan adanya perdarahan gingiva dan kehilangan tulang alveolar, tanpa ada riwayat perawatan periodontal, terdapat infeksi subgingiva dengan keterlibatan
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus, dan Prevotella intermedia, tidak terdapat abnormalitas dalam feses, juga
tidak mendapat terapi antibiotika secara topikal maupun sistemik dalam jangka waktu 6 bulan sebelum penelitian dimulai, tidak dalam keadaan hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan, tidak memiliki penyakit sistemik seperti diabetes,
(20)
terinfeksi HIV, periodontitis nekrosis akut, tidak menggunakan obat anti inflamasi non steroid, obat kumur dan status merokok juga diperhitungkan.
0 21 23 35
2,8
Penelitian dilakukan dengan mengamati perkembangan sampel yang dimulai dari keadaan awal, yaitu menanyakan persetujuan, melakukan pengukuran klinis pada keadaan awal, melihat sampel bakterinya dan memulai melakukan terapi inisial yang dilakukan dari hari -0 sampai dengan minggu ke-21, kemudian minggu ke-21 hingga minggu ke-23 dilakukan wawancara, pengukuran klinis, melihat sampel bakteri dan perawatan ( amoksisilin 375mg + metronidazole 250 mg). Pada minggu ke-23 dilakukan wawancara ulang untuk menanyakan perkembangan objek dan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole. Setelah itu, pada minggu ke-35 pasien-pasien dipanggil kembali untuk dilakukan pengukuran klinis, dan melihat sampel bakteri. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut :
Keadaan awal Setelah terapi inisial Setelah A + M
minggu
persetujuan wawancara wawancara pengukuran klinis pengukuran klinis pengukuran klinis sampel bakteri sampel bakteri sampel bakteri
mulai terapi inisial obat-obatan
Gambar 1 : garis besar penelitian (Winkel EG dkk. Additional Clinical and Microbiological Effects of Amoxicillin and Metronidazole After Initial Periodontal Therapy. J Clin Periodontal 1998, hal: 858)
(21)
Hasil penelitian yang dilakukan Winkel EG dkk ini akan dilampirkan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata Parameter Klinis dan Standar Deviasi pada Keadaan Awal, Setelah Terapi Inisial (IT) dan Setelah Terapi Amoksisilin + Metronidazole ( AM ) pada 22 sampel (Winkel EG dkk. J Clin Periodontal. 1998, hal : 859 )
N=22
Keadaan awal (SD)
I
Terapi inisial ( SD )
II
Setelah AM ( SD )
III
WILCOXON
I versus II II versus III I versus III IPL O,5(0,5) 0,1(0,2) 0,3(0,4) 0,002 0,02 0,004
IP 1,6(0,4) 1,2(0,5) 0,7(0,5) <0,001 0,002 <0,001 IS 0,6(0,3) 0,3(0,3) 0,0 0,001 <0,001 <0,001 IKS 8,1(1,2) 6,7(1,0) 5,6(0,9) <0,001 <0,001 <0,001 LPK 8,6(1,5) 7,5(1,4) 6,6(1,2) <0,001 <0,001 <0,001 N = jumlah total pasien; IPL: indeks plak; IP: indeks perdarahan; IS:indeks supurasi; IKS: kedalaman saku; LPK: level perlekatan klinis; p<0,001: nilai perbedaan signifikan pada KA,setelah IT dan setelah AM
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara indeks plak terdapat perbedaan pada keadaan awal namun tidak signifikan, setelah terapi inisial, dan setelah pemberian amoksisilin+ metronidazole. Untuk indeks perdarahan terdapat perbedaan yang signifikan antara keadaan awal dengan setelah terapi inisial dan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole (P < 0,001). Untuk indeks supurasi terdapat perbedaan yang signifikan pada keadaan awal jika dibandingkan dengan setelah pemberian kombinasi amoksisilin + metronidazole, dan setelah terapi inisial jika dibandingkan dengan setelah pemberian kombinasi (P< 0,001). Untuk indeks kedalaman saku, perbedaan signifikan terdapat pada keadaan awal jika dibandingkan dengan setelah terapi inisial dan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole dan juga pada setelah terapi inisial jika dibandingkan dengan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole. Untuk level perlekatan klinis terdapat perbedaan yang
(22)
signifikan antara keadaan awal, setelah terapi inisial, dan setelah pemberian kombinasi amoksisilin + metronidazole (P <0,001).8
Pada penelitian lain yang dilakukan Winkel EG dkk pada tahun 2001 digunakan 49 sampel dengan diagnosis periodontitis kronis generalisata yang parah. Sampel dikelompokkan dalam dua kelompok yang dipilih secara acak, yaitu : 26 orang merupakan kelompok kontrol (P) dengan usia rerata 40 tahun dan 23 orang merupakan kelompok uji (T) dengan usia rerata 45 tahun.
Penelitian klinis yang dilakukan merupakan randomized double blind,
placebo-controlled, parallel study dan dievaluasi mulai dari awal penelitian sampai
jangka waktu 6 bulan. Pengukuran klinis dan pemeriksaan mikrobiologis dimulai pada awal (hari ke- 0) dan 3 bulan setelah terapi periodontal dengan pemberian antibiotik maupun placebo. Setelah kunjungan awal, pasien datang kembali untuk skeling dan penyerutan akar, yang dilakukan selama 1 jam dalam 3 sampai 6 kali kunjungan, dengan anestesi lokal jika diperlukan. Pada setiap kali kunjungan, langkah-langkah untuk kebersihan mulut diulang kembali. Sekitar 6 minggu setelah kunjungan skeling dan penyerutan akar terakhir, pasien- pasien dipanggil kembali untuk pemeriksaan secara menyeluruh dimana skeling dan penyerutan akar dilakukan pada sisi dengan kedalaman saku ≥ 3 mm dan sisi yang menunjukkan perdarahan pada probing. Kemudian pengukuran kebersihan rongga mulut diulang kembali. Pada hari yang sama, pasien secara acak menerima antibiotik berupa amoksisilin 375 mg yang dikombinasikan dengan metronidazole 250 mg atau menerima tablet placebo yang dikonsumsi setiap 8 jam selama 7 hari berikutnya. Pasien diberitahu untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama masa perawatan. Pasien – pasien tersebut diminta
(23)
datang kembali untuk dipantau sampai 3 bulan setelah penyelesaian perawatan. Pasien-pasien juga diminta mengembalikan sisa obat untuk memeriksa kepatuhan.
N = 49 Grup
2
Hasil penelitian yang dilakukan Winkel EG dkk tahun 2001 ini akan dilampirkan dalam tabel-tabel dan grafik berikut :
Tabel 2. Rata-rata ( ± SD) Parameter Klinis pada Kelompok Placebo dan Kelompok Pengujian untuk Keadaan Awal (KA) dan Setelah Terapi (ST) (Winkel EG dkk. J Clin Periodontal. 2001, hal: 299)
n
IPL IP LPK IKS % sisi IKS ≥ 5mm KA ST KA ST KA ST KA ST KA ST
placebo
26 0,9
(0,4) 0,3 (0,2)* 0,8 (0,2) 0,4 (0,1)* 4,0 (1,3) 3,6 (1,1) 4,4 (0,5) 3,4 (0,5)* 44,6 (11,4) 20,9 (12)*
TS ** ** ** **
pengujian
23 1,0
(0,4) 0,4 (0,3)* 0,8 (0,2) 0,2 (0,1)* 3,9 (1,1) 3,2 (1,0) 4,4 (0,6) 3,0 (0,4)* 43,8 (16,8) 12,0 (10,3)*
N : jumlah total pasien; n: jumlah pasien kelompok placebo dan kelompok pengujian; IPL: Indeks plak; IP: indeks perdarahan; LPK : Level perlekatan klinis; IKS: kedalaman saku; *: perubahan signifikan dari keadaan awal (p < 0,05); **: perbedaan signifikan antara kedua kelompok setelah terapi (p < 0,05); TS : tidak signifikan
Dari tabel 2 ini dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : untuk indeks plak terdapat perbedaan signifikan antara keadaan awal dan setelah terapi pada kedua grup (P < 0,05). Namun, antara grup kontrol dan grup uji terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada keadaan setelah terapi. Untuk indeks perdarahan, perbedaan signifikan terdapat pada kedua grup jika dibandingkan dengan keadaan awal serta pada perbandingan kedua grup (P < 0,05). Untuk level perlekatan klinis perbedaan signifikan hanya terdapat pada keadaan setelah terapi antara grup kontrol dan grup
(24)
uji. Untuk indeks kedalaman saku, terdapat perbedaan signifikan pada kedua grup saat dibandingkan dengan keadaan awalnya dan juga terlihat pada keadaan setelah terapi antara kedua grup saat dibandingkan. Demikian juga pada % sisi IKS ≥ 5 mm, terdapat perbedaan signifikan saat dibandingkan dengan keadaan awalnya pada kedua grup dan juga pada perbandingan kedua grup (P < 0,05).
N = 49 Grup
2
Tabel 3. Rata-rata (±SD) Perubahan Kedalaman Saku ( IKS ) dan Level Perlekatan Klinis ( LPK ) pada Berbagai Kategori Kedalaman Saku Inisial Kelompok Placebo dan Kelompok Pengujian Setelah Terapi (Winkel EG dkk. J Clin periodontal. 2001, hal: 299)
IKS inisial
n
Efek terapi pada IKS Efek terapi pada LPK 0-3 mm 4-6 mm ≥ 7 mm 0-3 mm 4-6 mm ≥ 7 mm
placebo 26 0,11(0,19) 1,37(0,36) 2,46(0,89) -0,31(0,29) 0,68(0,44) 1,46(0,70)
P =0,002* P=0,005* P=0,012* P=0,04* TS P=0,015*
pengujian 23 0,27(0,14) 1,72(0,42) 3,18(0,92) -0,14(0,32) 0,88(0,38) 1,97(0,79)
N: jumlah total pasien; n: jumlah pasien kelompok placebo dan kelompok pengujian; *: perbedaan signifikan antara kelompok placebo dan kelompok pengujian(Mann-whitney U-test); TS : tidak signifikan; p < 0,05: nilai perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
Dari tabel 3 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : untuk indeks kedalaman saku terdapat perbedaan yang signifikan antara grup kontrol dan grup uji pada setiap parameter yang diukur (P < 0,05). Sedangkan untuk level perlekatan klinis perbedaan signifikan antara kedua grup hanya terdapat pada pengukuran dengan parameter 0-3 mm (P = 0,04) dan pada parameter ≥ 7 mm (P = 0,015).2
(25)
Tabel 4. Jumlah Pasien dengan Keterlibatan Patogen Periodontal Subgingival dan Rata-rata (±SD) Persentase Pasien yang Positif Kelompok Placebo dan Kelompok Pengujian pada Keadaan Awal ( KA ) dan Setelah Terapi ( ST ) (Winkel EG dkk. J Clin Periodontal.2001, hal: 300)
N= 49 grup
Aa Pg Bf Pi Pm Fn
KA ST KA ST KA ST KA ST KA ST KA ST Placeb o 0,8 (1,0) 0,3 (0,4) 39,9 (24,4) 18,6 (14,4) 10,4 (9,4) 10,7 (9,8) 4,4 (5,6) 3,4 (4,3) 8,1 (9,9) 6,5 (5,9) 8,7 (11,6) 6,1 (7,9) n=26 5 3[1] 13 11[2] 22 16[2] 24 18[1] 15 13[8] 22 20[4]
** ** TS ** TS
Pengu jian
4 0 13 3* 19 3[1]* 19 9[1]* 18 10[1] 21 19[2]
n=23 0,6 (0,4) 25,0 (22,9) 10,6 (8,4) 7,5 (7,9) 3,0 (4,0) 4,5 (6,3) 4,1 (7,1) 6,4 (7,1) 7,9 (8,2) 3,8 (3,1) 3,9 (3,7) Aa: A.actinomycetemcomitans; Pg: P.gingivalis; Bf: B.forsythus; Pi: P.intermedia; Pm:P.micros; Fn: F.nucleatum; N: jumlah total pasien; n: jumlah pasien kelompok placebo dan kelompok pengujian; []: jumlah pasien kultur negatif pada keadaan awal dan positif setelah terapi; *: perubahan signifikan dari keadaan awal(p<0,05); **: perbedaan signifikan kedua kelompok (p<0,05); TS: tidak signifikan
Tabel ini menggambarkan mengenai efek mikrobiologis penggunaan kombinasi amoksisilin dengan metronidazole terhadap beberapa patogen periodontal . Dari tabel ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengurangan yang signifikan terhadap bakteri P.gingivalis, B.forsythus, dan P.intermedia pada kelompok pengujian saat dibandinngkan dengan keadaan awal ( P < 0,05 ). Dari tabel di atas juga dapat terlihat adanya perbedaan yang signifikan terhadap bakteri P.gingivalis,
B.forsythus, dan P.micros dari perbandingan kedua kelompok ( P < 0,05 ).
Penelitian serupa dilakukan oleh Atici. K, Hakki S pada tahun 2005, pada penelitiannya, mereka memilih sampel yang secara klinis dan radiografi menderita periodontitis agresif. Sebanyak 31 pasien terdiri dari 18 orang wanita dan 13 orang laki-laki dikelompokkan secara acak ke dalam 2 kelompok berdasarkan perlakuan yang diberikan, yaitu : 16 orang dengan umur rerata 29 ± 5,22 tahun dimasukkan dalam grup AgP1 yang hanya menerima perlakuan perawatan non bedah dan 15
(26)
orang dengan usia rerata 27 ± 5,3 tahun dimasukkan ke dalam grup AgP2 dan menerima perlakuan perawatan non bedah serta diberikan kombinasi amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg 3x sehari selama 7 hari.9
Penelitian dilakukan dengan cara mengukur CGF pada keadaan awal untuk kedua grup. Kemudian dilakukan instruksi kebersihan mulut dan melakukan skeling dan penyerutan akar pada AgP1 serta pemberian amoksisilin + metronidazole pada AgP2 3x sehari sebelum skeling dan penyerutan akar. 3 minggu kemudian, sampel CGF diambil dan dilakukan pengukuran pada setiap parameter klinis.
Kelompok
9
Hasil dari penelitian Atici, K dan Hakki, S ini akan dilampirkan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Data Parameter Klinis (rata-rata ± standar deviasi). (Kubra ATICI, DDS,PhD dan Sema S. HAKKI, DDS, PhD. Arastirma.2005, hal: 61)
Waktu Indeks plak (SM)
Indeks plak ( AC)
Kedalaman saku (SM)
Kedalaman saku (AC) AgP1 Keadaan awal 0,76±0,53 0,72±0,62 4,40±0,25 4,50±0,25
Non-bedah 0,50±0,29 0,38±0,34 4,03±0,33 4,18±0,43 AgP2 Keadaan awal 0,69±0,30 0,59±0,16 4,20±0,52 4,30±0,34 Antibiotik 0,30±0,19 0,25±0,03 2,29±0,28 2,45±0,24 Non bedah 0,05±0,05 0,03±0,04 2,00±0,53 1,97±0,57 kontrol Keadaan awal 0,13±0,05 0,12±0,09 1,43±0,30 1,34±0,34 AgP 1 : pasien periodontitis agresif yang menerima perlakuan non bedah saja; AgP2 : pasien yang menerima amoksisilin +metronidazole; SM : seluruh mulut; AC : area contoh.
Dari tabel ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kombinasi amoksisilin dan metronidazole sangat menunjang perawatan periodontal. Dari tabel ini dapat terlihat adanya penurunan yang signifikan untuk setiap parameter klinis yang diukur pada kelompok AgP2 jika dibandingkan dengan kelompok AgP1 dan kelompok kontrol. 9
(27)
Tabel 6. Data Parameter Klinis (rata-rata ± standar deviasi ). (Kubra ATICI, DDS,PhD dan Sema S. HAKKI, DDS, PhD. Arastirma.2005, hal: 61)
Kelompok Waktu Indeks perdarahan (SM)
Indeks perdarahan (AC) AgP1 Keadaan awal 2,40±0,45 2,34±0,72
Non bedah 1,92±0,57 1,70±1,21
AgP2
Keadaan awal 2,52±0,45 2,75±0,57 Antibiotik 1,40±0,52 0,90±0,8 Non bedah 0,56±0,42 0,26±0,12 kontrol Keadaan awal 0,61±0,49 0,54±0,07 AgP 1 : pasien periodontitis agresif yang menerima perlakuan non bedah saja; AgP2 : pasien yang menerima amoksisilin +metronidazole; SM : seluruh mulut; AC : area contoh.
Dari data tabel 5 tersebut dapat ditarik kesimpulan, yaitu : terlihat adanya penurunan yang signifikan untuk indeks perdarahan yang diukur pada kelompok AgP2 (p<0,05) dibandingkan pada AgP1 dan kelompok kontrol (p<0,05).9
(28)
BAB 4
EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI KOMBINASI AMOKSISILIN 500 mg DENGAN METRONIDAZOLE 250 mg
Dalam bab ini akan ditinjau mengenai hasil evaluasi terhadap perawatan periodontal yang ditunjang dengan pemberian kombinasi amoksisilin 500 mg dan metronidazole 250 mg. Sebagai bahan rujukan untuk evaluasi ini mengacu pada penilitian yang dilakukan oleh Lopez NJ pada tahun 2000 dan penelitian yang dilakukan Buchmann. R dkk pada tahun 2010.10,11
Penelitian yang dilakukan oleh Lopez NJ, Gamonal pada tahun 2000 menggunakan 60 sampel yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 42 orang wanita dengan umur rerata 43,6 ± 8 tahun. Syarat sebagai sampel dalam penelitian ini adalah : minimal memiliki 4 saku periodontal dengan kedalaman saku ≥ 4 mm, memiliki 6 sisi dengan kehilangan level perlekatan > 3 mm, tidak pernah mendapat perawatan periodontal, tidak menggunakan obat-obatan seperti antibiotik steroid maupun non steroid dan anti inflamasi dalam jangka waktu 6 bulan terakhir, dan juga tidak memiliki penyakit sistemik.
Penelitian dimulai dengan melakukan tindakan skeling dan penyerutan akar terlebih dahulu pada semua subjek. Kemudian perkembangan pasien tersebut diamati untuk melihat aktivitas periodontal dengan cara mengukur level perlekatan. Kriteria kerusakan aktif pada penelitian ini ditetapkan dengan nilai kehilangan perlekatan sebesar 2 mm atau kehilangan perlekatan yang parah sekurang-kurangnya di 2 sisi
(29)
atau terdapat abses periodontal. Pasien-pasien tersebut diamati setiap 2 bulan setelah aktivitas periodontal terdeteksi.10 Kemudian subjek-subjek tersebut dibagi secara acak atas kelompok yang menerima 21 tablet amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg dan kelompok kontrol yang menerima placebo (1 tablet setiap 8 jam selama seminggu). Pengamatan dilakukan pada bulan ke-2, 4, 6, 8, 10 dan 12. Kombinasi amoksisilin + metronidazole ataupun tablet placebo diberikan kembali pada bulan ke-4 dan ke-8.10
Tabel 7. Jadwal penelitan (Lopez NJ dkk. Repeated Metronidazole and Amoxicillin Treatment of Periodontitis. A follow-up study. J Periodontal.2000, hal: 81)
Bulan
0 2 4 6 8 10 12
Pengamatan • • • • • • •
M + A atau
placebo • • •
Pengukuran klinis yang selalu dilakukan terhadap pasien-pasien tersebut meliputi : status hygiene oral yang berkaitan dengan skor plak pada daerah servikal, bukal, mesial, lingual, dan permukaan distal dari masing-masing komponen gigi yang diperiksa, inflamasi gingival dengan perdarahan setelah probing pada ke-6 sisi untuk setiap gigi yang dilakukan pengukuran, pengukuran kedalaman probing dan level perlekatan relatif yang dilakukan pada 6 sisi terhadap komponen gigi yang diperiksa (mesiobukal, bukal, distobukal, distolingual, lingual, mesiolingual).
Hasil penelitian yang dilakukan Lopez NJ dkk akan dilampirkan dalam tabel berikut.
(30)
Tabel 8. Perubahan Parameter Klinis Pada Kelompok A+M (n=20) Setiap 2 Bulan Hingga 12 Bulan Setelah Terapi (Lopez NJ dkk.J Periodontal.2000, hal: 83)
parameter Keadaan awal
2 bulan 4 bulan 6 bulan 8 bulan 10 bulan 12 bulan
Plak 62,2±18,9 61±15,5 62,6±16,2 62,7±18,2 59,1±15,2 57,6±15,2 55,7±12,9 Perdarahan 33,2±14,6* 20,3±12,3* 20,3±8,7* 18,7±8,5* 17,6±8,3* 16,5±6,9* 16,1±7*
Sisi aktif 3,3±1,63+ 1,17±1,24+ 0,95±0,87+ 1,01±0,93+ 1,25±1,03+ 0,66±0,74+ 0,95±0,88+ Perolehan
level perlekatan
0,57±1,03x 1,48±1,8 x 2,32±1,93x 1,25±1,79x 1,63±1,58x 2,05±2,04x 2,01±1,48x
Rata-rata perolehan perlekatan
0 0,26±0,27§ 0,25±0,22 0,35±0,29 0,39±0,31§ 0,45±0,35§ 0,46±0,38§
Rata-rata kedalaman
saku
2,93±0,92y 2,64±0,81y 2,57±0,71y 2,42±0,65y 2,42±0,58y 2,3±0,61 y 2,35±0,60y
*
Keadaan awal dibanding: 2 bulan (p=0,0001), 4 bulan (p=0,0005), 6 bulan (p=0,0002), 8 bulan (p=0,0001),10 bulan (p=0,0002), 12 bulan (p=0,0001); +keadaan awal dibanding: 2 bulan (p=0,001); 4 bulan (p=0,0002); 6 bulan (p=0,0004); 8 bulan (p=0,0005);10 bulan (p=0,0001);12 bulan
(p=0,0003);xkeadaan awal dibanding: 4 bulan (p=0,0001);8 bulan (p=0,03);10 bulan (p=0,01);12 bulan
(p=0,009);§keadaan awal dibanding: 8 bulan (p=0,05),10 bulan (p=0,01), 12 (p=0,009);y
Paramater
keadaan awal dibanding: 2bulan (p=0,0004), 4 dan 8 bulan (p=0,0006),6 bulan(p=0,0003), 10 dan 12 bulan (p=0,0002)
Tabel 9. Perubahan Parameter Klinis pada Kelompok Kontrol (n=20) Setiap 2 Bulan Hingga 12 Bulan Setelah Terapi (Lopez NJ dkk . J Periodontal.2000, hal: 83)
Keadaan awal
2 bulan 4 bulan 6 bulan 8 bulan 10 bulan 12 bulan
Plak 57,7±17,8* 57,3±17,3 64,4±19,1 63,4±16,4 64,4±14,8* 61,3±11,5 65±13,7 Perdarahan 29,1±14,2+ 31,4±15,8 33,3±17,6 34±17,4+ 35,7±17,7 36,4±16,5+ 38,2±16,4+
Sisi aktif 3,14±1,45 3,06±2,09 2,8±1,72 4,43±3,05 2,98±3,09 2,83±1.74 3,36±1,75 Perolehan
level perlekatan
0,53±0,78 0,60±1,35 0,88±1,17 0,50±0,82 0,59±0,74 0,38±0,52 0,13±0,34
Rata-rata perolehan perlekatan
0 0,13±0,18x 0,23±0,32 0,32±0,34 x 0,32±0,38 x 0,38±0,39 x 0,43±0,43 x
Rata-rata kedalaman
saku
2,66±0,66§ 2,71±0,64 2,72±0,69 2,74±0,72 2,84±0,72§ 2,83±0,77§ 2,95±0,82§
*
keadaan awal dibanding : 8 bulan (p=0,02) +
keadaan awal dibanding : 6, 10, 12 bulan (p≤0,03) x
keadaan awal dibanding : 6 bulan (p=0,005), 8 bulan (p=0,02), 10 bulan (p=0,007),12
bulan(p=0,005) §
Dari tabel 8 dan 9 di atas, dapat ditarik kesimpulan : untuk indeks plak pada kelompok M + A terdapat perbedaan tetapi tidak signifikan pada bulan ke- 8, 10,dan
(31)
12 dibanding hari- 0 (tabel 8). Sedangkan untuk kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan hanya pada bulan ke-8, dimana terdapat peningkatan indeks plak di banding hari- 0 (P =0,021 ) (tabel 9).
Untuk indeks perdarahan pada kelompok M+A terdapat penurunan yang signifikan pada bulan ke- 2 (P=0,0001), bulan ke- 4 (P=0,0005), bulan ke- 6 (P=0,0002), bulan ke- 8 (P=0,0001), bulan ke- 10 (P=0,0002) dan pada bulan ke- 12 (P=0,0001) ketika dibandingkan dengan keadaan awal ( tabel 8 ). Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan ke- 6, bulan ke- 10 dan bulan ke- 12 (P ≤ 0,03) saat dibandingkan dengan keadaan awal (tabel 9).
Untuk indeks kedalaman saku pada kelompok M+A terdapat pengurangan yang signifikan di bulan ke- 2 (P=0,0004), bulan ke- 4 dan bulan ke- 8 (P=0,0006), bulan ke- 6 (P=0,0003), bulan ke- 10 dan bulan ke- 12 (P=0,0002) ketika dibandingkan dengan keadaan awal (tabel 8). Sedangkan pada kelompok kontrol didapati peningkatan kedalaman saku yang signifikan pada bulan ke- 8 (P=0,01), bulan ke- 10 (P=0,04), dan bulan ke- 12 (P=0,007) ketika dibandingkan dengan keadaan awal (tabel 9).
Untuk level perlekatan pada kelompok M+A terlihat adanya perolehan perlekatan yang signifikan pada bulan ke- 4 (P=0,0001), bulan ke- 8 (P=0,03), bulan ke-10 (P=0,01) dan bulan ke- 12 (P=0,009) ketika dibandingkan dengan keadaan awal (tabel 8). Tabel ini juga menunjukkan rata- rata perolehan perlekatan di kelompok M+A ini secara signifikan pada bulan ke- 8 (P=0,05), bulan ke- 10(P= 0,01), dan bulan ke- 12 (P=0,009) jika dibandingkan dengan bulan ke- 2. Sedangkan pada kelompok kontrol terlihat adanya rata-rata pengurangan yang signifikan pada
(32)
level perlekatan di bulan ke- 6 (P=0,005), bulan ke- 8 (P=0,02), bulan ke- 10 (P=0,007), dan bulan ke- 12 (P=0,005) (tabel 9).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Buchmann. R dkk pada tahun 2010 menggunakan sampel 68 orang pasien dengan diagnosis periodontitis agresif dan memiliki umur rata-rata 42,4 ± 7,5 tahun serta 29 pasien dengan diagnosis periodontitis kronis dengan umur rata-rata 62,5 ± 10,2 tahun dan menunjukkan kerusakan berat pada gambaran radiografi ditandai adanya saku infraboni sampai 50% dari panjang akar gigi dan meliputi 30% pada pasien periodontitis kronis. Syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Buchmann R dkk adalah kedalaman probing mencapai 5 mm pada 8 sisi atau lebih pada tiap kuadran, kerusakan berat dan menyeluruh pada jaringan periodontal, kehilangan pendukung periodontal tidak sesuai dengan umur, inflamasi gingiva yang menetap, peningkatan kedalaman pada probing, menunjukkan mobiliti gigi, tidak merokok, tidak dalam keadaan hamil, tidak mendapat terapi periodontal atau antibiotik selama 6 bulan terakhir, tidak memiliki penyakit sistemik yang bisa mempengaruhi perkembangan terapi periodontitis, dan tidak memperoleh premedikasi antibiotik sebelum terapi gigi.
Penelitian dilakukan dengan mengamati keseluruhan pasien pada keadaan awal dan pada hari ke-2, 3, 4, 7, 10, dan 21 diikuti dengan skeling dan penyerutan akar dengan anestesi lokal. Pasien periodontitis agresif secara acak menerima skeling dan penyerutan akar dengan tablet placebo (n=32) maupun dengan dengan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg (n= 36) yang diberikan 3 x sehari selama 7 hari. Demikian juga dengan pasien periodontitis kronis (n=29). Kepatuhan
(33)
pasien terhadap terapi dilakukan dengan cara meminta pasien mengembalikan tablet-tablet sisa tiap kunjungan.11
Hasil penelitian yang dilakukan Buchmann. R dkk pada tahun 2010 ini akan dilampirkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 10. Perubahan pada Parameter Klinis (Buchmannm dkk. Quintessence Int.2010, hal: 306)
Parameter/grup * Waktu Rata-rata (SD) + Pengurangan 3 minggu
kisaran Perubahan Perubahan 3 minggu x
§ Kedalaman saku -
1 - 6,0(1,0) - - - 5,0-7,8 - - - - AP+AB
2 3,6(0,7) 2,4(0,6) 2,9-5,0 0,008 - AP 1 5,4(0,8) - 4,0-6,3 - -
2 3,7(0,7) 1,7(0,7) 2,5-5,0 0,005 1vs2 0,07 CP 1 5,8(0,9) - 4,2-7,0 - 1vs3 0,12 2 3,9(0,7) 1,9(0,9) 3,0-5,0 0,005 2vs3 0,91 Level
perlekatan
- - - -
AP+AB 1 6,7(1,5) - 5,3-10,0 - - 2 4,6(1,2) 2,1(0,7) 3,3-7,0 0,008 - AP 1 5,9(1,0) - 4,0-7,3 - -
2 4,6(0,9) 1,3(0,5) 3,5-6,0 0,007 1vs2 0,03 CP 1 6,0(1,2) - 4,3-8,3 - 1vs3 0,02 2 5,0(1,0) 1,0(0,7) 4,0-6,5 0,005 2vs3 0,34 Indeks gingiva - - - -
AP+AB 1 1,9(0,7) - 1,3-2,8 - - 2 0,1(0,2) 1,8(0,7) 0-0,8 0,008 - AP 1 1,5(0,6) - 0,3-2,3 - -
2 0,1(0,2) 1,4(0,6) 0-0,5 0,005 1vs2 0,20 CP 1 1,6(0,6) - 0,8-2,5 - 1vs3 0,23 2 0,3(0,2) 1,3(0,5) 0-0,5 0,005 2vs3 0,62 Indeks plak - - - -
AP+AB 1 1,1(0,6) - 0,5-2-5 - - 2 0,2(0,3) 0,9(0,6) 0-0,8 0,01 - AP 1 0,3(0,4) - 0-1,3 - -
2 0,3(0,4) 0.03(0,4) 0-1,0 0.86 1vs2 0,003? CP 1 0,6(0,5) - 0-1,5 - 1vs3 0,006? 2 0,3(0,4) 0,3(0,4) 0-1,0 0,03 2vs3 0,16 *
: pada setiap grup, parameter klinis berbeda (sebelum dan sesudah) kecuali indeks plak dan AP. +
: keadaan awal, minggu 2-3. x
: tes Wilcoxon §
: tes Kruskal-Wallis ?
(34)
Dari ketiga grup menunjukkan efek perawatan yang signifikan, dibuktikan dengan perubahan pada kedalaman saku, level perlekatan klinis, indeks ginggiva, dan indeks plak (p=0,12 ke p = 0,005). Meskipun demikian, pada 3 minggu tidak ada perbedaan yang signifikan pada tiap grup kecuali indeks plak (p=0,003 ke 0,006).11
Tabel 11. Perbedaan jumlah sel pada subgingival (x 103/µ ) sebelum dan sesudah terapi periodontal selama 3 minggu.(Buchmann Rainer dkk.Quintessence Int.2010, hal: 309)
AP+AB(n=36) AP(n=32) CP(n=29) Perubahan setelah 3 minggu*(p)§
Rata-rata SD Rata-rata SD Rata-rata SD 1 vs 2 1 vs 3 2 vs 3
Aa
9,11* 15,81+
0,01
6,40 15,75
0,07 #
-1,15++ 4,41 0,27
0,68
0,02 0,08 3
minggu
Pg 125,61 329,26
0,01
100,65 316,00
0,07 #
-0,30 4,11
0,83
0,05 0,04 0,58 3
minggu
Tf 8,44 15,91 0,02
6,75 15,52
0,03
# 0,50 2,17 0,24
0,36 0,16 0,34 3
minggu
Pi 14,72 20,47
0,01
20,25 42,10
0,11 #
4,85 15,76
0,36
0,25 0,19 0,67 3
minggu
Aa : A.actinomycetemcomitans ; Pg : P. Gingivalis; Tf: T.forsytus; Pi : P.intermedia; AP+AB: antibiotik + periodontitis agresif; AP: periodontitis agresif; CP : periodontitis kronis
*
perbedaan rata-rata jumlah sel x 103/µL, +standar deviasi, ++perubahan negatif= jumlah sel meningkat dibanding keadaan awal §: Wilcoxon tes #
Dari tabel 11 diperoleh hasil terdapat pengurangan dari jumlah
A.actinomycetemcomitans pada AP+AB dan AP setelah terapi, perbedaan yang
signifikan setelah 3 minggu terdapat pada AP+AB dibandingkan dengan AP dan CP. Untuk P.gingivalis , pengurangan setelah terapi secara signifikan, yaitu: 125,6±329,3 x 10
signifiksn setelah disesuaikan dengan Bonferoni.
3
/µL(p=0,012) terjadi pada AP+AB,. Perubahan T.forsytus setelah terapi adalah
(35)
terjadi tidak secara signifikan. Untuk P.intermedia pada AP perubahan hingga 20,3±42,1 x 103/µL(p=0,106) tapi tidak secara signifikan.11
─────║─────
(36)
BAB 5
DISKUSI DAN KESIMPULAN
5.1 DISKUSI
Penggunaan amoksisilin yang dikombinasikan dengan metronidazole dalam perawatan periodontal memberikan dampak positif terhadap hasil perawatan. Hal ini dikarenakan kombinasi amoksisilin dan metronidazole ini dapat menekan pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas
gingivalis, Bacteroides forsythus, serta Prevotella intermedia.
Amoksisilin sendiri merupakan antibiotika yang sangat efektif terhadap bakteri patogen periodontal terutama bakteri gram positif dibanding bakteri gram negatif. Amoksislin juga dikenal sebagai antibiotik berspektrum luas karena kemampuannya dapat menekan pertumbuhan kebanyakan bakteri patogen periodontal. Sedangkan metronidazole merupakan antibiotik yang spesifik terhadap bakteri-bakteri obligat aerob dan anaerob fakultatif. Sehingga pengkombinasian amoksisilin dan metronidazole ini diusulkan sebagai rejimen berguna karena keberhasilannya dalam bakterisida dan spektral yang meningkat dibandingkan monoterapi masing-masing obat.
Dalam penelitiannya Winkell EG dkk menyatakan bahwa pengkombinasian amoksisilin dan metronidazole berhasil dalam pengobatan periodontitis kronis terutama yang berkaitan dengan infeksi Actinobacillus actinomycetemcomitans. Beberapa penelitian lain yang dilakukan juga menunjukkan keefektifan kombinasi
(37)
amoksisilin dan metronidazole ini terhadap bakteri patogen lain seperti
Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia.
Dari pengukuran klinis yang dilakukan pada penelitian-penelitian yang dilakukan terdapat perbaikan yang signifikan dari masing-masing parameter, serta penekanan terhadap pertumbuhan bakteri patogen.
Pemakaian kombinasi obat atau polifarmasi dapat berguna dalam pendekatan kemoterapi periodontal. Beberapa kelompok antibiotika dapat dikombinasikan dengan takaran dosis sebagai berikut : amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg yang diberikan 3 kali sehari selama 7 hari dan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg yang diberikan 3 kali sehari selama 7 hari. Perbedaan dari penggunaan kombinasi dosis tersebut didasarkan pada CGF, dimana amoksisilin dengan dosis 500 mg mempunyai CGF yang lebih tinggi dibanding dengan amoksisilin dosis 375 mg. sehingga kombinasi amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg mempunyai daya serap yang lebih tinggi terhadap patogen periodontal di daerah saku periodontal dibanding dengan kombinasi amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg. Maka pada kasus-kasus periodontitis yang parah kombinasi amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg lebih efektif digunakan.
5.2 KESIMPULAN
Pengkombinasian amoksisilin dengan metronidazole efektif terhadap penyakit-penyakit periodontal yang disebabkan oleh infeksi bakteri terutama yang didominasi oleh bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. Hal ini didasarkan oleh kemampuan masing-masing obat dan juga adanya interaksi sinergis dari kedua
(38)
obat ini, dimana kerja dari amoksisilin mampu meningkatkan penyerapan metronidazole sehingga meningkatkan konsentrasinya dalam CGF ( crest gingival
fluid) dan mencapai nilai MIC ( minimum inhibitory concentration ). Penyingkiran
patogen periodontal ini berkaitan dengan stabilitas periodontal jangka panjang.
Pemberian kombinasi antibiotika ini adalah sebagai penunjang perawatan periodontal. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, harus disertai dengan skeling dan penyerutan akar untuk memperbaiki oral higienis. Hasil yang didapat dari tabel-tabel penelitian yang dilampirkan pada bab-bab sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi antibiotik amoksisilin + metronidazole akan mencapai hasil yang jauh lebih baik secara klinis maupun dalam mikrobiologisnya jika digunakan bersama dengan terapi mekanis ( skeling dan penyerutan akar ) dibandingkan terapi mekanis saja sehingga dapat mengurangi kebutuhan untuk terapi tambahan.
Pemberian antibiotik harus diperhatikan dalam waktu penggunaan dan dosis yang diberikan serta dilakukan pengujian mikrobiologis terlebih dahulu sebelum diberikan resep antibiotik untuk menghindari adanya efek negatif yang mungkin terjadi.
5.3. SARAN
Kombinasi antibiotik ini digunakan pada kasus-kasus periodontitis yang berkaitan dengan infeksi bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans karena kemampuannya dalam menekan pertumbuhan bakteri tersebut. Pemberian kombinasi ini harus memperhatikan dosis dan waktu pemberian.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar konsentrasi kombinasi amoksisilin dengan metronidazole yang efektif dalam menekan
(39)
pertumbuhan bakteri ini. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mendapatkan hasil klinis yang lebih jelas mengenai keefektifan perawatan periodontal secara mekanis dengan pengkombinasian amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg dan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg.
(40)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalimunthe SH. Terapi Periodontal. Medan, USU Press 2002, hal: 179-185
2. Winkel EG, van Winkelhoff AJ, Timmerman MF, van der Velden U, van der Weijden GA. Amoxicillin Plus Metronidazole in the Treatment of Adult Periodontitis Patients. A double-blind placebo-controlled study. J Periodontal
2001; 28: 296-305
3. Yek EC, Serdar Cintan, Nursen Topcuoglu, Guven Kulekci, Halim Issever, alpdogan Kantarci. Efficacy of Amoxicillin and Metronidazole Combination for the Management of Generalized Aggresive Periodontitis. J Periodontal 2010. 4. Cionca N, Giannopoulou C, Ugolotti G, Mombelli A. Microbiologic Testing and
Outcomes of Full-Mouth Scalling and Root Planning With or Without Amoxicillin / Metronidazole in Chronic Periodontitis. J Periodontal 2010; 81: 15-23
5. Pavicic MJAMP, Van Winkelhoff AJ, de Graaff J. Synergistic Effects Between Amoxicillin, Metronidazole, and the Hydroxymetabolite of Metronidazole Against Actinobacillus actinomycetemcomitans. American Society for Microbiology. 1991;
35: 961-966
6. Lopez NJ, Socransky SS, Da Silva I, Japlit MR, Haffajee AD. Effects of Metronidazole plus Amoxicillin as the Only Therapy on the Microbiological and Clinical Parameters of Untreated Chronic Periodontitis. J Periodontal 2006; 33:
(41)
7. Cionca N, Giannopoulou C, Ugolotti G, Mombelli A. Amoxicillin and Metronidazole as an Adjunct to Full-Mouth Scalling and Root Planning of Chronic Periodontitis. J Periodontal 2009; 80: 364-371
8. Winkel EG, van Winkellhof AJ, van der Velden U. Additional Clinical and Microbiological Effects of Amoxicillin and Metronidazole After Initial Periodontal Therapy. J Periodontal 1998; 25: 857-864
9. Atici K, Hakki S S. Effect of Combined Antibiotic Therapy on Intracytoplasmic Enzyme Activities of Gingival Crevicular Fluid. Arastirma 2005; 29: 57-64
10. Lopez NJ, Gamonal JA, Martinez B. Repeated Metronidazole and Amoxicillin Treatment of Periodontitis. A follow-up study. J Periodontal 2000; 71: 78-89 11. Buchmann R, Georg Conrad, Anton Sculean. Short-term Effects of Systemic
Antibiotics During Periodontal Healing. Quintessence Int 2010; 41: 303-312
(1)
BAB 5
DISKUSI DAN KESIMPULAN
5.1 DISKUSI
Penggunaan amoksisilin yang dikombinasikan dengan metronidazole dalam perawatan periodontal memberikan dampak positif terhadap hasil perawatan. Hal ini dikarenakan kombinasi amoksisilin dan metronidazole ini dapat menekan pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus, serta Prevotella intermedia.
Amoksisilin sendiri merupakan antibiotika yang sangat efektif terhadap bakteri patogen periodontal terutama bakteri gram positif dibanding bakteri gram negatif. Amoksislin juga dikenal sebagai antibiotik berspektrum luas karena kemampuannya dapat menekan pertumbuhan kebanyakan bakteri patogen periodontal. Sedangkan metronidazole merupakan antibiotik yang spesifik terhadap bakteri-bakteri obligat aerob dan anaerob fakultatif. Sehingga pengkombinasian amoksisilin dan metronidazole ini diusulkan sebagai rejimen berguna karena keberhasilannya dalam bakterisida dan spektral yang meningkat dibandingkan monoterapi masing-masing obat.
Dalam penelitiannya Winkell EG dkk menyatakan bahwa pengkombinasian amoksisilin dan metronidazole berhasil dalam pengobatan periodontitis kronis terutama yang berkaitan dengan infeksi Actinobacillus actinomycetemcomitans. Beberapa penelitian lain yang dilakukan juga menunjukkan keefektifan kombinasi
(2)
amoksisilin dan metronidazole ini terhadap bakteri patogen lain seperti Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia.
Dari pengukuran klinis yang dilakukan pada penelitian-penelitian yang dilakukan terdapat perbaikan yang signifikan dari masing-masing parameter, serta penekanan terhadap pertumbuhan bakteri patogen.
Pemakaian kombinasi obat atau polifarmasi dapat berguna dalam pendekatan kemoterapi periodontal. Beberapa kelompok antibiotika dapat dikombinasikan dengan takaran dosis sebagai berikut : amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg yang diberikan 3 kali sehari selama 7 hari dan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg yang diberikan 3 kali sehari selama 7 hari. Perbedaan dari penggunaan kombinasi dosis tersebut didasarkan pada CGF, dimana amoksisilin dengan dosis 500 mg mempunyai CGF yang lebih tinggi dibanding dengan amoksisilin dosis 375 mg. sehingga kombinasi amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg mempunyai daya serap yang lebih tinggi terhadap patogen periodontal di daerah saku periodontal dibanding dengan kombinasi amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg. Maka pada kasus-kasus periodontitis yang parah kombinasi amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg lebih efektif digunakan.
5.2 KESIMPULAN
Pengkombinasian amoksisilin dengan metronidazole efektif terhadap penyakit-penyakit periodontal yang disebabkan oleh infeksi bakteri terutama yang didominasi oleh bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. Hal ini didasarkan oleh kemampuan masing-masing obat dan juga adanya interaksi sinergis dari kedua
(3)
obat ini, dimana kerja dari amoksisilin mampu meningkatkan penyerapan metronidazole sehingga meningkatkan konsentrasinya dalam CGF ( crest gingival fluid) dan mencapai nilai MIC ( minimum inhibitory concentration ). Penyingkiran patogen periodontal ini berkaitan dengan stabilitas periodontal jangka panjang.
Pemberian kombinasi antibiotika ini adalah sebagai penunjang perawatan periodontal. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, harus disertai dengan skeling dan penyerutan akar untuk memperbaiki oral higienis. Hasil yang didapat dari tabel-tabel penelitian yang dilampirkan pada bab-bab sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi antibiotik amoksisilin + metronidazole akan mencapai hasil yang jauh lebih baik secara klinis maupun dalam mikrobiologisnya jika digunakan bersama dengan terapi mekanis ( skeling dan penyerutan akar ) dibandingkan terapi mekanis saja sehingga dapat mengurangi kebutuhan untuk terapi tambahan.
Pemberian antibiotik harus diperhatikan dalam waktu penggunaan dan dosis yang diberikan serta dilakukan pengujian mikrobiologis terlebih dahulu sebelum diberikan resep antibiotik untuk menghindari adanya efek negatif yang mungkin terjadi.
5.3. SARAN
Kombinasi antibiotik ini digunakan pada kasus-kasus periodontitis yang berkaitan dengan infeksi bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans karena kemampuannya dalam menekan pertumbuhan bakteri tersebut. Pemberian kombinasi ini harus memperhatikan dosis dan waktu pemberian.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar konsentrasi kombinasi amoksisilin dengan metronidazole yang efektif dalam menekan
(4)
pertumbuhan bakteri ini. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mendapatkan hasil klinis yang lebih jelas mengenai keefektifan perawatan periodontal secara mekanis dengan pengkombinasian amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg dan amoksisilin 500 mg + metronidazole 250 mg.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalimunthe SH. Terapi Periodontal. Medan, USU Press 2002, hal: 179-185 2. Winkel EG, van Winkelhoff AJ, Timmerman MF, van der Velden U, van der
Weijden GA. Amoxicillin Plus Metronidazole in the Treatment of Adult Periodontitis Patients. A double-blind placebo-controlled study. J Periodontal 2001; 28: 296-305
3. Yek EC, Serdar Cintan, Nursen Topcuoglu, Guven Kulekci, Halim Issever, alpdogan Kantarci. Efficacy of Amoxicillin and Metronidazole Combination for the Management of Generalized Aggresive Periodontitis. J Periodontal 2010. 4. Cionca N, Giannopoulou C, Ugolotti G, Mombelli A. Microbiologic Testing and
Outcomes of Full-Mouth Scalling and Root Planning With or Without Amoxicillin / Metronidazole in Chronic Periodontitis. J Periodontal 2010; 81: 15-23
5. Pavicic MJAMP, Van Winkelhoff AJ, de Graaff J. Synergistic Effects Between Amoxicillin, Metronidazole, and the Hydroxymetabolite of Metronidazole Against Actinobacillus actinomycetemcomitans. American Society for Microbiology. 1991; 35: 961-966
6. Lopez NJ, Socransky SS, Da Silva I, Japlit MR, Haffajee AD. Effects of Metronidazole plus Amoxicillin as the Only Therapy on the Microbiological and Clinical Parameters of Untreated Chronic Periodontitis. J Periodontal 2006; 33: 648-660
(6)
7. Cionca N, Giannopoulou C, Ugolotti G, Mombelli A. Amoxicillin and Metronidazole as an Adjunct to Full-Mouth Scalling and Root Planning of Chronic Periodontitis. J Periodontal 2009; 80: 364-371
8. Winkel EG, van Winkellhof AJ, van der Velden U. Additional Clinical and Microbiological Effects of Amoxicillin and Metronidazole After Initial Periodontal Therapy. J Periodontal 1998; 25: 857-864
9. Atici K, Hakki S S. Effect of Combined Antibiotic Therapy on Intracytoplasmic Enzyme Activities of Gingival Crevicular Fluid. Arastirma 2005; 29: 57-64
10. Lopez NJ, Gamonal JA, Martinez B. Repeated Metronidazole and Amoxicillin Treatment of Periodontitis. A follow-up study. J Periodontal 2000; 71: 78-89 11. Buchmann R, Georg Conrad, Anton Sculean. Short-term Effects of Systemic
Antibiotics During Periodontal Healing. Quintessence Int 2010; 41: 303-312