dada atau pelvis, demam tanpa penyebab yang jelas, tulang yang fraktur tanpa penyebab yang jelas.
10,11
3.2 Gambaran Histopatologis Ewing’s Sarcoma
Walaupun Ewing’s sarcoma berawal dari tulang sumsum, namun secara histologis penyakit ini berhubungan dengan sel kanker retikulum.
9
Pada sel kanker, ditemukan gambaran sel yang kecil dan sejenis, batas sel tidak jelas dan
menghasilkan gambaran nukleus syncytial suatu massa multinukleus yang terbentuk dari penyatuan beberapa sitoplasma sel.
21
Gambar 4. Lembaran sel kecil yang sejenis dan padat dengan inti bulat serta menunjukkan butiran halus dari kromatin nuklear pewarnaan Hematoxyclin dan Eosin, pembesaran a 200 x,
b 400 x dan kurangnya serat retikulin rantai retikulin Novotny, c 400 x. Indeks proliferasi tinggi sekitar 80 dari sel-sel menunjukkan immunoreactivity terhadap MIB1,
d 400 x dan sel-sel tumor menunjukkan CD99 positif e 630x . Analisis FISH menggunakan EWSR1 22q12 dual warna yang memisah, menyebabkan penataan ulang
dimana sel-sel tumor terpisah dengan sinyal oranye dan hijau menunjukkan t11;12 Q24;Q12 f 630 x.
8
Universitas Sumatera Utara
Nukleus syncytial ini kecil, bentuknya bulat, berlekuk, dan biasanya aktivitas mitosisnya cepat. Beberapa sel bergabung di sekitar pembuluh darah membentuk
pseudorosette seperti mawar tanpa lumen sentral. Sel-sel kanker tersebut dapat
berkembang dengan baik pada jaringan vaskular. Gambaran nekrosis sering terjadi dan mungkin mendominasi jika dilihat secara mikroskopis.
21
3.3 Gambaran Radiologis Ewing’s Sarcoma
Pemeriksaan radiogradis dibagi atas beberapa cara, yaitu : 1.
X-rays : tes diagnostik yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk menghasilkan gambaran dari jaringan internal, tulang, dan organ-organ pada
film.
6,17
2. Bone Scan : metode pencitraan nuklir untuk mengevaluasi setiap
degeneratif danatau perubahan arthritis pada sendi; untuk mendeteksi penyakit tulang dan tumor; untuk menentukan penyebab nyeri tulang atau peradangan. Tes ini biasa
dilakukan untuk mendeteksi setiap infeksi atau fraktur tulang.
6,12,17
3. Magnetic Resonance Imaging MRI : prosedur diagnostik yang
menggunakan kombinasi dari magnet besar, radiofrekuensi, dan komputer untuk menghasilkan gambaran yang lebih detail dari organ dan struktur anatomi dalam
tubuh. Tes ini dilakukan untuk mendiagnosa pada kelainan yang berkaitan dengan tulang belakang dan saraf.
6,12,17
4. Computed Tomography scan dikenal dengan CT atau CAT scan :
prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi dari X-rays sinar X dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambaran cross-sectional penampang
Universitas Sumatera Utara
atau lebih sering disebut slices, secara horizontal dan vertikal dari tubuh.
6,17
CT scan dada sangat penting utnuk melihat penyebaran kanker apapun yang mungkin telah
sampai ke paru-paru.
12
CT scan lebih detail daripada rontgen umum.
6,17
5. Positron Emission Tomography PET : glukosa gula yang mengandung
radioaktif disuntikkan ke dalam aliran darah. Jaringan yang menggunakan glukosa lebih banyak dari jaringan normal seperti tumor dapat dideteksi oleh PET scanner,
yang dapat digunakan untuk menemukan tumor kecil atau untuk memeriksa apakah pengobatan untuk tumor yang diketahui bekerja atau tidak.
6,17
Pada pengambilan gambaran radiografis konvensional, yang paling umum dari gambaran osseus adalah lesi permeatif litik dengan reaksi periosteal. Deskripsi
klasik dari lamella atau reaksi periosteal tipe “onion skin” sering dikaitkan dengan lesi ini, juga ditemukan gambaran dekstruksi tulang “moth eaten”.
22
Plain film memberi informasi penting dalam evaluasi awal atau pemeriksaan. Lebar zona
transisi misalnya permeatif termasuk karakteristik plain film yang paling berguna dalam menentukan diferensiasi lesi jenis jinak maupun agresif atau ganas.
2
Pada beberapa kasus, pada pemeriksaan radiografis dengan oklusal film ditemukan
gambaran floating tooth arrangement gigi melayang.
23
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Gambaran floating tooth arrangement pada oklusal radiografis.
23
Gambar 6. Gambaran panoramik pada seorang wanita berusia 24 tahun yang telah menderita Ewing’s sarcoma selama 10 tahun dan diobati dengan radioterapi dan kemoterapi menunjukkan
produksi tulang pada setengah mandibula panah putih.
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Gambar axial CT pada pasien pria berusia 10 tahun menunjukkan pembengkakan jaringan lunak dan gambaran radiasi pembentukan tulang pada bagian bukal panah putih.
22
Gambar 8. Gambar axial CT menunjukkan pembentukan tulang pada bagian bukal dan lingual panah putih.
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Ewing’s sarcoma pada femur. Frontal radiografis dan lateral radiografis dari femur menunjukkan mottled appearance moth eaten appearance, lesi osteolitik lingkaran biru
dengan tepi yang tidak jelas dari diafisis tulang. Pada lingkaran merah menunjukkan gambaran reaksi periosteal sunburst dan reaksi lamella periostealonion skin panah
putih.
24
MRI harus dilakukan secara rutin dalam pemantauan tumor ganas. MRI akan menunjukkan tulang lengkap dan jaringan lunak dan menghubungkan tumor ke
struktur anatomis sekitar misalnya pembuluh darah. Kontras gadolinium tidak diperlukan karena tidak memberikan informasi tambahan pada penelitian nonkontras,
walaupun beberapa peneliti saat ini berpendapat bahwa dinamis, kontras yang ditingkatkan pada MRI dapat membantu menentukan besarnya nekrosis pada tumor,
sehingga membantu dalam menentukan respon terhadap pengobatan sebelum dilakukannya pembedahan.
2
Universitas Sumatera Utara
CT juga dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana tumor ekstraosseus berkembang, terutama pada tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, dan pelvis.
Baik CT maupun MRI dapat digunakan untuk memantau respon terhadap radiasi danatau kemoterapi. Scintigrafi tulang juga dapat digunakan untuk mengikuti respon
terhadap terapi tumor.
2
Gambar 10. Radiografis menunjukkan permeatif jaringan lunak, sklerosis, dan litik pada distal phalanx dan ujung dari middle phalanx.
20
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 PROGNOSA, DAN PERAWATAN
4.1 Prognosa