Kepustakaan yang Relevan Metode Dasar Lokasi, Sumber Data, dan Instrumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Ada beberapa pendapat ataupun batasan tentang filologi yang dapat dipakai sebagai acuan pada penelitian ini. Baried 1985:2 mengatakan, ”Filologi merupakan sebuah studi yang diperlukan untuk satu upaya yang dilakukan terhadap peninggalan masa lampau.” August dalam Tadillah 2004:60 mengatakan, ”Filologi berarti ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang.” Mario dalam Tadillah 2004:62 mengatakan, ”Filologi merupakan ilmu studi bahasa yang ilmiah seperti yang disandang oleh linguistik pada masa sekarang dan apabila studinya dikhususkan kepada teks, teks tua filologi memperoleh pengertian semacam ilmu linguistik historis.” Robson 2004:3 mengatakan, ”Naskah merupakan perbendaharaan pikiran dan cita-cita para nenek moyang kita. Dengan mempelajari naskah- naskah itu kita bisa mendekati dan menghayati pikiran serta cita-cita yang dulu menjadi pedoman kehidupan mereka.” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, filologi merupakan ilmu pengetahuan yang kajiannya dikhususkan kepada teks terhadap peninggalan masa lampau. Universitas Sumatera Utara

2.2 Teori yang Digunakan

Filologi berusaha mengungkapkan hasil budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Hasil budaya yang diungkapkan oleh teks dapat dibaca dalam peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan yang disebut dengan naskah.

2.2.1 Suntingan Teks

Dalam rangka penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf daerah, perlu terlebih dahulu teks itu ditransliterasikan ke huruf Latin. Salah satu tujuan penyuntingan teks ialah agar teks dapat dibaca dengan mudah oleh kalangan yang lebih luas. Oleh sebab itu, diusahakan agar susunannya mudah dibaca dan dipahami, untuk memudahkan kita mengetahui isinya secara keseluruhan. Naskah-naskah lama merupakan sumber data yang penting tentang bahasa. Oleh karena itu, penyuntingan teks lama atau kuno perlu dijaga kemurniannyasupaya ciri bahasa lama tidak hilang Djamaris, 2002:2. Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lainnya. Istilah ini dipakai bersama-sama dengan istilah transkripsi dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah. Transliterasi dapat diartikan juga sebagai salinan atau tulisan tanpa mengganti macam tulisan huruf tetap. Baried, dkk,1985:59 mengungkapkan bahwa transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan Universitas Sumatera Utara teks-teks lama yang ditulis dengan huruf daerah karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal atau tidak akrab lagi dengan tulisan daerah. Menurut Catford dalam makalah Haslinda 2005:103, “Menerjemahkan adalah mengganti teks dalam bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran”. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa menerjemahkan adalah pengalihan bahasa dengan tujuan pembaca dapat memahami isi naskah. Hoed 1993:1 mengutip pendapat Nida dan Taber 1974:1 bahwa: correctness must be determined by the wxtent to which the average reader for which a translation is intended will be likely to understand it correcly. Berdasarkan keterangan tersebut maka terdapat implikasi sebagai berikut: a Sebelum mulai mengalih bahasakan sebuah teks, penerjemah harus memahami pesan yang terkandung dalam teks tersebut. b Siapa pengirim pesan tersebut, ditujukan kepada siapa, dan siapa calon pembaca dalam bahasa sasaran. c Makin jelas terbatas calon pembaca hasil penerjemahan, makin mudah untuk memuat keputusan tentang pilihan bentuk bahasa dalam proses penerjemahan. d Benar tidaknya suatu terjemahan berkaitan dengan apakah pesan dalam bahasa sumber diterima secara sepadan dalam bahasa sasaran. Djajasudarma 1988:1 mengemukakan bahwa penerjemahan merupakan a penggantian naskah bahasa sumber dengan naskah bahasa sasaran yang berpadanan dan b penciptaan di dalam bahasa sasaran dengan padanan yang Universitas Sumatera Utara wajar dan paling mendekati pesan bahasa sumber. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. objek terjemahan adalah bahasa tulis 2. penerjemah harus dapat memindahkan pesan naskah asli semaksimal mungkin 3. bahasa terjemahan mestilah wajar alamiah 4. di dalam proses penerjemahan, harus dicari padanan yang dinamik, artinya padanan kontekstual, bukan padanan yang hanya berdasarkan makna leksikal di dalam tataran tertentu. Selain itu, Pradotokusumo 1986:173 mengemukakan bahwa terjemahan secara harafiah mungkin masih dapat mengungkapkan pesan, jika teks yang diterjemahkan itu berbentuk prosa serta bahasa sumber dan bahasa sasaran termasuk satu rumpun bahasa, sehingga tidak banyak terjadi perubahan dalam bentuk gaya. Berkaitan dengan penerjemahan teks Ruhalliah 2006:33 memberikan suatu pertimbangan dalam menerjemahkan naskah, antara lain: a. Teks ditulis menggunakan bahasa daerah dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena bahasa yang berbeda memiliki struktur dan makna yang berbeda, maka perbedaan ini harus dipertimbangkan agar makna terjemahannya sama atau mendekati. b. Bahasa yang digunakan dalam naskah adalah bahasa daerah lama, sedangkan terjemahan dalam bahasa Indonesia kosa katanya umumnya Universitas Sumatera Utara disesuaikan dengan bahasa Indonesia “modern”. Dengan demikian akan terjadi perubahan di dalam memahami teks tersebut.

2.2.2 Kedudukan dan Fungsi

Kedudukan adalah letak sesuatu status suatu keadaan atau tindakan sedangkan fungsi adalah kegunaan yang dapat dinikmati dan dapat diambil manfaatnya KBBI, 2002:278. Fungsi dan kedudukan naskah dalam masyarakat Batak dapat dibedakan menurut status dan kedudukan pemiliknya. Pada masa pemerintahan kerajaan, pemilik naskah adalah mereka yang berasal dari masyarakat keturunan dari bangsawan. Mereka itu memiliki status sebagai tokoh pemerintah raja dan seluruh perangkatnya tokoh masyarakat para pemuka adat, dan tokoh datu. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Dasar

Di dalam menyusun suatu karya tulis, lebih-lebih yang bersifat ilmiah sudah barang tentu harus digunakan suatu metode yang baik. Karena metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan Koentjaraninggrat, dalam tesis Adelina, 1990:10. Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode naskah tunggal edisi standar alasannya adalah karena naskah yang hendak dikaji bukan naskah ganda melainkan naskah tunggal.

3.2 Lokasi, Sumber Data, dan Instrumen

Lokasi sumber data adalah Museum Negeri Sumatera Utara yang berada di jalan H.M.Joni. Sumber data diperoleh dari sebuah naskah Batak. Naskahnya bertuliskan aksara Batak. Aksara tersebut bernama lak-lak yang ditulis di atas kulit kayu yang berukuran 9,5 x 6,5 cm, dengan No.INV.943071242075. Lak-lak tersebut belum dialihaksarakan ke aksara Latin dan belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis seperti buku catatan, daftar pertanyaan dan alat rekam, dalam arti lebih lengkap dan sistematis sehingga mudah untuk di olah. Untuk memperlncar Universitas Sumatera Utara proses penelitian ini penulis menggunakan alat bantu seperti: alat tulis, kamera dan buku-buku acuan yang memperlancar proses penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data