Terjemahan Analisis Suntingan Teks .1 Transliterasi

tu soto moto asuhuton bea dibisara nagodang asa imana tiding gurunta guru tandang ni aji bao aji bunga bunga anak na boru honsitan ni tiyan tano na buyar Dari contoh tersebut terbukti cara melakukan transliterasi dari penggalan naskah yang dilakukan dalam penelitian. Dimana terlebih dahulu harus mengetahui arti dari tulisan-tulisan yang ada dalam penggalan naskah tersebut agar lebih mempermudah melakukan transliterasi.

4.3.2 Terjemahan

Setelah melakukan transliterasi dalam naskah maka tugas selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan terjemahan dimana terjemahan dapat diartikan sebagai usaha pemindahan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Bahasa sasaran yang dimaksudkan adalah ke bahasa mana kita terjemahkan hasil transliterasi tersebut, apakah ke bahasa Indonesia ataupun ke bahasa lain yang diinginkan oleh penerjemah. Dari contoh yang diambil diketahui bahwa bahasa sumber adalah bahasa Batak Toba sementara bahasa sasaran yang dilakukan oleh penulis adalah bahasa Indonesia. Universitas Sumatera Utara Contoh bahasa sumber dalam naskah mani hasuhuton di mulani juhut mate tu soto moto asuhuton bea dibisara nagodang asa imana tiding gurunta guru tandang ni aji bao aji bunga bunga anak na boru honsitan ni tiyan tano na buyar Sementara untuk melakukan terjemahan atau memindahkannya ke bahasa sasaran harus dilakukan sesuai dengan kemampuan dan aturan dalam melakukan terjemahan. Hasil dari transliterasi yang dilakukan ke terjemahan adalah sebagai berikut. “untuk orang yang melakukan pesta di awal agar daging yang telah mati namun memiliki kekuatan yang banyak untuknya yang diberikan oleh guru kita, maka datanglah guru yang sudah tua,guru bunga- bunga tersebut sangat menyayangi anak perempuannya yang telah hampir kembali ke tanah “. Untuk selanjutnya dapat dilihat dalam lampiran yang tertera dalam tulisan ini, karena ini hanya penggalan dari beberapa naskah yang diambil sebagai contoh dalam pembahasan mengenai transliterasi dan terjemahan. Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Analisis

Sebagai analisis dari hasil transliterasi, peneliti memberikan analisis berdasarkan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu: 1. Halaman 1 : meninggal saat mengandung. 2. Halaman 2 : menghilangkan kesialan dengan bantuan singa. 3. Halaman 3-4: melakukan pesta untuk anak perempuannya yang hampir ke tanah dan memberi nasehat oleh Guru Hamuntal. 4. Halaman 5-7: guru yang bermimpi akan mendapat berkah, apa yang diinginkan semuanya tercapai. 5. Halaman 8-10: meminta teman untuk pergi meninggalkan kampung karena kedatangannya membawa masalah. 6. Halaman 11-14: ada pesta pernikahan yang menyedihkan karena mengalami banyak kerugian mulai dari kebakaran, pembunuhan dan lainnya. 7. Halaman 15-19: melakukan ritual dengan menggunakan rempah- rempah, bulu ayam, daun sirih, ikan mas, pandan, padi, asam dan garam. Semua ini adalah bahan untuk melakukan ritual buang sial. 8. Halaman 20-21: bermantra untuk mengembalikan niat jahat orang kepada diri kita, dan orang itu akan meninggal nantinya. 9. Halaman 22-28: hasil dari mantra terlihat dalam waktu tiga hari berikutnya, mantra ini juga dilengkapi dengan beberapa ramuan, semua Universitas Sumatera Utara diperantarakan melalui kalajengking kecil yang akan mengantarkannya ke tempat musuh. 10. Halaman 29-41: untuk mengembalikan mantra dipergunakan daun sirih, agar musuh habis meninggal, lalu semua yang menjadi syarat harus dipenuhi kata Guru Banggu Asinapati Siatipal. 11. Halaman 42-47: yang menang saat melawan musuh, kehidupannya aman dan nyaman. 12. Halaman 48-51: orang yang meninggal di rumah kalau dikuburkan harus menyediakan sesajen. 13. Halaman 52-55: bapak dan ibu panglima memanggil hantu lalu menyuruh untuk membunuh orang. 14. Halaman 56-58: membuat ramuan-ramuan untuk membunuh orang yang diinginkan. 15. Halaman 59-65: melihat nasib baik atau buruk dari arah penjuru mata angin. 16. Halaman 66-68: mengingatkan agar jangan mencuri bila tak ingin mati dibunuh orang kampung. 17. Halaman 69-73: mencari tahu hari atau waktu yang baik dan yang buruk untuk berhutang kepada banyak orang. 18. Halaman 74-76: membayar hutang lalu berpestadengan memilih waktu yang baik untuk melakukan acara tersebut. Universitas Sumatera Utara 19. Halaman 77-78: menyelesaikan masalah dilakukan pada waktu sipaha sembilan, siapapun yang berhutang akan membayar hutangnya dengan cepat. 20. Halaman 79-81: kemenangan untuk melawan musuh, membayar hutang, lalu perjuangan untuk kaya raya. Pada masyarakat Batak, mengenal pembagian hari-hari, waktu dan letak mata angin Panggorda Desa Na Walu dipercayai untuk menentukan hari yang baik dan buruk diantaranya yaitu: a. nama-nama hari • Artia hari pertama • Suma hari kedua • Anggara hari ketiga • Muda hari keempat • Boraspati hari kelima • Sikora hari keenam • Samisara hari ketujuh b. waktu pormamis na lima • Sogot = mamis pagi hari kira-kira jam 6-9 • Pangului = hala naik matahari kira-kira jam 9-12 • Hos = sori tengah hari kira-kira jam 12-14 • Guling = borma turun matahari kira-kira jam 14-17 Universitas Sumatera Utara • Bot = wisnu sore hari kira-kira jam 17=18 c. letak mata angin • Purba timur • Anggoni tenggara • Dangsina selatan • Nariti barat daya • Pastima barat • Manabiya barat laut • Otara utara • Irisan timur laut Dari keterangan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat di tanah Batak sebelum mengenal agama meyakini adanya kekuatan di luar kemampuan manusia. Masyarakat yakin bahwa guru atau datu dengan kekuatan mantranya beserta ramuan-ramuannya dapat meramal keadaan masyarakat dimasa depan. Dan untuk melaksanakan suatu acara, kegiatan membuat obat, berperang, dan membunuh musuh, dukun meramal hari dan waktu yang baik untuk melaksanakannya agar tujuan tersebut tercapai dengan baik, kekuatan mantranya beserta ramuannya dapat meramalkan kehidupan di masa yang datang, misalnya meramal hari yang baik dan buruk untuk melakukan pekerjaan dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan