Terjadinya Teks Sistem Penyalinan

8. Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monumen sastra lain. 9. Pekerjaan seorang penyalin harus diteliti secara menyeluruh. 10. Rekonstruksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah-naskah.

4.2.2 Terjadinya Teks

Sangat jarang sekali ada teks yang bentuk aslinya atau bentuk sempurnanya sekaligus terlihat sangat jelas dan tersedia secara utuh dari keseluruhan teks tersebut. Menurut De Haan dalam Baroroh 1985:57 mengenai terjadinya teks ada beberapa kemungkinan: 1. Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pengelola cerita. Turun-temurun terjadi secara terpisah yang satu dari yang lain melalui dikte apabila orang ingin memiliki teks itu sendiri. Tiap kali teks diturunkan dapat terjadi variasi. Perbedaan teks adalah bukti dari berbagai pelaksanaan penurunan dan perkembangan cerita sepanjang hidup pengarang. 2. Aslinya adalah teks tertulis, yang lebih kurang merupakan kerangka yang masih memungkinkan atau memerlukan kebebasan seni. Dalam hal ini, ada kemungkinan bahwa aslinya disalin begitu saja dengan tambahan seperlunya. Kemungkinan lain adalah aslinya disalin, dipinjam, diwarisi, atau dicuri. Terjadilah cabang tradisi kedua atau Universitas Sumatera Utara ketiga di samping yang telah ada karena varian-varian pembawa cerita dimasukkan. 3. Aslinya merupakan teks yang tidak mengijinkan kebebasan dalam pembawaannya, karena pengarang telah menentukan pilihan kata, urut- urutan kata, dan komposisi untuk memenuhi maksud tertentu yang ketat dalam bentuk literer itu.

4.2.3 Sistem Penyalinan

Dalam penurunan yang dilewati oleh suatu teks yang turun-temurun disebut tradisi. Naskah diperbanyak karena orang ingin memiliki sendiri naskah tersebut, kemungkinan karena naskah asli sudah rusak dimakan zaman, atau karena kekhawatiran terjadi sesuatu terhadap naskah tersebut, misalnya hilang, terbakar, ketumpahan benda cair yang dapat membuat kerusakan. Mungkin pula naskah disalin denga tujuan magis, dengan menyalin suatu naskah tertentu orang merasa mendapat kekuatan magis dari yang disalinnya tersebut. Naskah yang dianggap penting disalin dengan berbagai tujuan, misalnya tujuan politik, agama, pendidikan, dan sebagainya. Akibat dari penyalinan tersebut, terjadilah beberapa atau bahkan banyak naskah mengenai suatu cerita. Dalam penyalinan yang berkali-kali tersebut, tidak tertutup kemungkinan timbulnya berbagai kesalahan atau perubahan. Hal ini terjadi, anatara lain, karena mungkin si penyalin kurang memahami bahasa atau pokok persoalan naskah yang disalin tersebut, mungkin pula karena tulisan tidak terang, karena salah baca, atau karena Universitas Sumatera Utara ketidaktelitian sehingga beberapa huruf hilang haplografi, atau penyalinan yang maju dari perkataan yang sama, suatu kata suatu bagian dalam kalimat, beberapa baris, atau satu bait terlampaui, atau sebaliknya ditulis dua kali ditografi. Penggeseran dalam lafal dapat mengubah ejaan, ada kalanya huruf yang terbalik atau dalam setiap barisnya tertukar, demik ian pula dapat terjadi peniruan bentuk kata karena pengaruh dari perkataan yang lain yang baru saja disalin. Dalam proses salin-menyalin yang demikian, kerusakan terhadap bacaan tidak dapat terhindarkan lagi. Di samping dari perubahan yang terjadi karena unsur ketidaksengajaan, setiap penyalin bebas untuk dengan sengaja menambah, mengurangi, mengubah naskah, menurut seleranya masing-masing yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman penyalin. Sehubungan dengan itu, teks modern juga perlu diadakan penelitian secara filologi karena ada kemungkinan juga yang menyebabkan terjadinya beberapa bentuk penyajian tersebut adalah perubahan-perubahan yang dilakukan oleh penyusunnya sendiri dengan maksud menyempurnakan teks sesuai dengan pertimbangan atau pandangan yang dianggap baik. Di samping itu, unsur-unsur dari luar yang berhubungan dengan teks tersebut, antara lain sensor dari pemerintah, pengetik, pencetak, dan sebagainya dapat merupakan penyebab timbulnya perbedaan antara beberapa penyajian atau penerbitan karya yang sama. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, naskah salinan belum tentu merupakan bagian yang sempurna dari naskah yang disalin. Ada kalanya perbedaan sangat kecil sekali, tetapi ada pula perbedaan yang besar sehingga timbul naskah-naskah yang berbeda versi atau berbeda bacaannya. Oleh karena itu, terlihatlah bahwa tugas utama filologi adalah untuk memurnikan teks dengan mengadakan kritik terhadap teks. Tujuan dari hal ini yaitu menghasilkan sesuatu teks yang paling mendekati aslinya. Teks yang sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan dan telah tersusun kembali seperti semula merupakan teks yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber untuk kepentingan berbagai penelitian dalam bidang ilmu-ilmu lainnya. Dalam penyalinan tersebut, naskah pada umumnya tidak menyebutkan waktu dari penulisannya. Oleh karena itu, umur naskah hanya dapat diketahui melalui keterangan dari dalam dan keterangan dari luar naskah itu sendiri. Namun, adakalanya penyalin memberi catatan pada akhir teks mengenai bilamana dan dimana teks tersebut selesai disalin kolofon. Apabila kolofon tidak ada, kertas bahan naskah sering memperlihatkan tanda atau lambang yang dipergunakan. Di samping itu, perlu diperhatikan catatan-catatan di sampul luar, sampul kertas depan dan belakang naskah, serta ciri-ciri lain yang dapat memberi keterangan tentang umur naskah. Demikian pula asal mula naskah menjadi milik berbagai perpustakaan dapat memberikan penanggalan. Yang Universitas Sumatera Utara akhirnya, dapat juga memberi petunjuk dalam memperkirakan umur naskah ialah waktu atau peristiwa-peristiwa sejarah yang disebut-sebut dalam teks. 4.3 Suntingan Teks 4.3.1 Transliterasi