Bulan Agustus 1965 semua Bank Pemerintah dibangun menjadi satu dan nama Bank Rakyat Indonesia dimana pihak negara Indonesia Unit II merupakan
wadah ex nama yang bekerja di bidang exim. Pada tanggal 18 Desember 1970 Bank Rakyat Indonesia menampung hak
dan kewajiban serta kepercayaan serta perlengkapan Bank Negara Indonesia Unit II dibidang rural, diundangkan dengan Undang-undang No,21 tahun 1968.
Tahun 1982 Direksi menegaskan sebuah tim untuk mengkaji tentang berdirinya sebuah Bank Rakyat Indonesia yang hasilnya dituangkan dalam SK
Direksi Bank Rakyat Indoneasia No. Kep: 67DIR211982, secara resmi ditetapkan bahwa Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 16 Desember
18895 yaitu Bank Rakyat Indonesia bernama “DE POERWOKERTO SCHENPEN BANK DER INLANDSCHE HOOPDEN”.
Adanya Peraturan Pemerintah yaitu No. 21 Tanggal 29 April 1992 tentang penyesuaian bentuk hokum. Pada tanggal 1 juli 1992 BRI berubah status
Perseroan dengan nama PT. Bank Rakyat Indonesia Persero menjadi PT. Persero dengan akta pendirian PT. Bank Rakyat Indonesia Persero No. 133 tanggal 31
Juli 1992.
4.4 Data Penelitian 4.4.1 Data kualitatif
4.4.1.1 Proses Pemberian Putusan Kredit
Proses pemberian putusan kredit terdiri dari dua tahap yaitu meliputi kegiatan prakasa dan putusan kredit dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Prakasa kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa meliputi:
Universitas Sumatera Utara
• Prakarsa dan atau permohonan kredit
• Analis dan evaluasi kredit
• Negoisasi kredit
• Penetapan struktur dan tipe kredit
• Rekomendasi pemberian putusan kredit
b. Putusan kredit dilakukan oleh pejabat pemutus yang mempunyai limit
kredit tertentu dengan memperhatikan: •
Kelengkapan paket kredit •
Analisis dan evaluasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemerkasa •
Rekomendasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemerkasa •
Memberikan putusan kredit yang dituangkan dalam formulir PTK Sedangkan prakasa dan permohonan kredit dengan penjelasan sebagai
berikut: a. Setiap unit kerja BRI dapat melakukan prakarsa atas calon debitur dengan
domisili atau lokasi usaha diseluruh Indonesia dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pemeriksaan, pembinaan dan
monitoring terhadap usahanya. b. Permohonan kredit baru, perpanjangan jangka waktu, perubahan jumlah,
perubahan struktur, tipe dan syarat kredit , restrukturrisasi maupun penyelesaian kredit harus diajukan secara tertulis oleh debitur yang
dicatatat oleh ADK dalam register permohonan kredit c. Terhadap setiap permohonan kredit pejabat pemerkasa melakukan
penilaian awal dengan memperhatikan antara lain PS, KRD, jenis usaha
Universitas Sumatera Utara
yang dilarang dibiayai, jenis usahapemberian kredit yang perlu dihindari, daftar kredit macet BI, daftar hitam BI, dan daftar hitam BRI.
d. Prakarsa dalam kategori performing loan dilakukan oleh pejabat pemrakarsa bidang RM di Kancapem, Kanca dan Kanwil
e. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori non performing loan dilakukan oleh pejabat pemrakarsa bidang CRM yang ditunjuk menangani
kredit bermasalah di Kancapem, Kanca dan Kanwil f. Pejabat pemrakarsa melakukan pencarian informasi yang relevan dari
berbagai sumber mengenai pemohon yang akan menunjang analisi dan evaluasi terhadap 5C kredit pemohon
g. Apabila dipandang perlu, pejabat pemrakarsa dapat meminta pendapat pejabat di Kancapem, Kanca dan Kanwil yang lebih berpengalaman
mengenai bisnis pemohon atau pihak ketiga yang berkompeten h. Pejabat pemrakarsa harus menyakini kebenaran data dan informasi yang
disampaikan dalam permohonan kredit termasuk kelengkapan
dokumennya i. Apabila dalam penilaian awal diketahui bahwa permohonan kredit tidak
dapat dilayani karena termasuk dalam klasifikasi hitam, maka permohonan tersebut boleh langsung ditolak tanpa harus diadakan analisis dan evaluasi
lebih lanjut, namun tetap harus dicatat dalam register SKPP.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.2 Analisia dan Evaluasi Kredit
Adapun ketentuannya sebagai berikut: a. Semua pemohonan kredit yang akan diproses harus dilakukan analisis dan
evaluasi tertulis oleh pejabta kredit lini b. Analisis dan evaluasi kredit dengan klasifikasi warna “putih” hanya
dilakukan oleh pejabat kredit lini bidanh RM, analisis dan evaluasi kredit dengan klasifikasi warna “abu-abu” dilakukan oleh pejabat kredit lini
bidanh RM dan CRM c. Untuk kredit dengan klasifikasi warna “putih” putusan Kanwil harus
diputus langsung dari pejabat pemutus dari jajaran ARK Kanwil d. Analisis produk yang dilakukan oleh pejabat kredir lini bidang RM
meliputi analisis 5C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut:
• Analisis kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha
dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan serta prospek usahanya
• Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kodisi keuangan
pemohon e. Analisis dan evaluasi yang dilakukan oleh pejabat kredit lini bidang CRM
meliputi: •
Penetapan klasifikasi warna kredit termasuk memeriksa kebenaran perhitungan CRR nya
• Hasil analisis kuantitatif yang dibuat oleh pejabat kredit lini bidang
RM dan membuat perbaikan juga perlu
Universitas Sumatera Utara
• Hasil analisis resiko terhadap bisnis maupun agunan serta memeriksa
kewajaran analisis kualitataif yang dilakukan oleh pejabat kredit lini bidang RM
f. Faktor-faktor yang harus dianalisis dan dievaluasi sesuai ketentuan yang berlaku dan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
beserta perubahannya g. Dokumen analisis dan evaluasi kredit merupakan dokumen yang berisikan
informasi, analisis dan opini
4.2.1.3 Kolektibilitas Kredit
Berdasarkan SE - 09PJ.421999
, pengertian kredit yang digolongkan Lancar, Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet,
disesuaikan dengan pengertian yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu:
1. Kredit digolongkan sebagai kredit Lancar, apabila memenuhi kriteria
sbb : a.
Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu b.
Memiliki mutasi rekening yang aktif c.
Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral 2.
Kredit digolongkan sebagai kredit dalam Perhatian Khusus, apabila memenuhi kriteria sbb :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum
melampaui 90 sembilan puluh hari b.
Kadang-kadang terjadi cerukan c.
Mutasi rekening relatif aktif
Universitas Sumatera Utara
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kredit digolongkan sebagai kredit Kurang Lancar, apabila memenuhi
kriteria sbb : a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 sembilan puluh hari
b. Sering terjadi cerukan
c. Mutasi rekening relatif rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90
sembilan puluh hari e.
Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur f.
Dokumentasi pinjaman lemah 4.
Kredit digolongkan sebagai kredit Diragukan, apabila memenuhi kriteria sbb :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah
melampaui 180 seratus delapan puluh hari b.
Terjadi cerukan yang bersifat permanen c.
Terjadi wanprestasi lebih dari 180 seratus delapan puluh hari d.
Terjadi kapitalisasi bunga e.
Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan
5. Kredit digolongkan sebagai kredit Macet, apabila memenuhi kriteria
sbb:
Universitas Sumatera Utara
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah
melampaui 270 dua ratus tujuh puluh hari b.
Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru c.
Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar
4.2.1.4 Pengelolaan Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah adalah semua kredit yang memiliki resiko tinggi, karena debitur telah gagal atau mengahadapi masalah dalam memenuhi kewajiban
yang telah ditentukan. Kredit bermasalah dapat diartikan suatu keadaan kredit dimana debitur sudah tidak sanggup membayar sebagian atau keseluruhan
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan, atau telah ada suatu indikasi potensial bahwa sebagian maupun keseluruhan kewajibannya tidak akan
mampu dilunasi debitur. Kredit bermasalah dapat disebabkan oleh salah satu atau beberapa factor
yang harus dikenali secara dini karena adanya unsur kelemahan baik dari sisi debitur, sisi intern BRI, maupun sisi ekstern BRI dan debitur yang meliputi:
a. Sisi debitur
Kelemahan dari sisi debitur dapat disebabkan antara lain: 1.
Masalah operasional usaha 2.
Manajemen 3.
Kecurangan atau ketidak jujuran debitur dalm mengelola kredit 4.
Pemutusan hubungan kerja b.
Sisi intern BRI Kelemahan dari sisi intern BRI dapat disebabkan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Itikad tidak baik dan atau kekurangmampuan dari pegawai BRI
2. Kelemahan sejak awal dalam proses pemberian kredit
3. Kelemahan pembinaan kredit
Gambar 4.1 Prosedur Pemberian Kredit
c.
Surat Permohonan Nasabah
Sekretaris
Pimpinan Cabang
Terima Delegasikan ke AO
Tolak Survey
Verifikasi dokumen Administrasi Kredit
Prakarsa Kredit Lanjutkan
Surat Penolakan Dokumen
Pencairan Kredit Administrasi Kredit
Putusan Kredit Pimpinan Cabang
Kembali ke AO
Lulus Kurang
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Data Kuantitatif 4.4.2.1 Perkembangan Kredit PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung
Dalam penelitian ini didapatkan data kuantitatif berupa jumlah kredit yang disalurkan oleh PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung dalam kurun waktu 5
tahun terakhir. Adapun perkembangan perkreditan pada PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perkembangan Perkreditan PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung
dalam jutaan Rupiah
Jenis Kredit
Tahun 2004
2005 2006
2007 2008
Pertanian 34.930
117.253 171.001
194.263 305.063
Komersial 15.511
13.942 19.207
27.277 13.386
KMG 818.869
135.791 162.463
207.101 254.652
KUR 116.488
217.568 327.053
435.672 589.191
Lain-Lain 572.835
536.339 613.353
658.228 916.678
Jumlah 921.673
1.020.893 1.293.076
1.522.541 2.078.970
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan perkreditan pada PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kredit
yang paling banyak diminati oleh masyarakat Tarutung adalah KUR Kredit Usaha Rakyat. Peningkatan jumlah kredit pada tahun 2005 sebesar 10,76 dari
tahun sebelumnya, tahun 2006 sebesar 26,66, tahun 2007 sebesar 17,74, dan tahun 2008 sebesar 36,55 dari tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2.2 Kolektibilitas Kredit PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung
Data kuantitatif lain yang disajikan dalam penelitian ini adalah klasifikasi kolektibilitas kredit pada PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung. Adapun
perkembangan kolektibilitas kredit pada PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kolektibilitas Kredit PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung
dalam jutaan Rupiah Klasifikasi
Kredit Tahun
2004 2005
2006 2007
2008 Lancar
766.670 957.044
1.192.968 1.413.805
1.942.789 DPK
86.246 38.129
48.677 43.078
46.466 Kurang Lancar 3.562
10.028 13.994
17.616 7.927
Diragukan 2.020
7.721 14.086
15.219 7.662
Macet 63.175
7.971 23.351
32.823 74.126
Jumlah
921.673 1.020.893
1.293.076 1.522.541
2.078.970
Jumlah kredit macet pada tahun 2005 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2008 tingkat kredit macet pada
PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung kembali mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan. Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka dapat diperoleh tingkat kredit
macet NPL dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NPL = Jumlah Kolektibilitas Kredit Jumlah Kredit
100
Universitas Sumatera Utara
Jenis kolektibilitas yang digunakan adalah: 1.
Kredit Kurang Lancar 2.
Kredit Diragukan 3.
Kredit Macet Adapun tingkat NPL pada PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung dari
tahun 2004 sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1.
Tingkat macet tahun 2008 NPL = Jumlah Kolektibilitas Kredit
Jumlah Kredit 100
NPL = Rp 7.927,- + Rp 7.662,- + Rp 74.126,- Rp
2.078.970,-
100 NPL = 4,32
2. Tingkat macet tahun 2007
NPL = Jumlah Kolektibilitas Kredit Jumlah Kredit
100
NPL = Rp 17.616,- + Rp 15.219,- + Rp 32.823,- Rp
1.522.541,-
100
NPL = 4,31 3.
Tingkat macet tahun 2006 NPL = Jumlah Kolektibilitas Kredit
Jumlah Kredit 100
NPL = Rp 13.994,- + Rp 14.086,- + Rp 23.351,- Rp
1.293.076,-
100
NPL = 3,97
4. Tingkat macet tahun 2005
NPL = Jumlah Kolektibilitas Kredit Jumlah Kredit
100
Universitas Sumatera Utara
NPL = Rp 10.028,- + Rp 7.721,- + Rp 7.971,- Rp
1.020.893,-
100
NPL = 2,52 5.
Tingkat macet tahun 2004 NPL = Jumlah Kolektibilitas Kredit
Jumlah Kredit 100
NPL = Rp 3.562,- + Rp 2.020,- + Rp 63.175,- Rp
921.673,-
100
NPL = 7,46
Tingkat kredit macet pada PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung dapat dilihat dari grafik berikut:
Gambar 4.2 Tingkat NPL PT. BRI Persero Tbk Cabang Tarutung
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Pengolahan Data 4.3.1 Analisis Deskriptif