menganggap bahwa kontak mata yang ditampilkan komunikator akan menarik umpan balik dari komunikan.
Dalam Hattori 1987 pelbagai kebudayaan, pandangan mata kerap kali ditafsirkan sebagai pernyataan tingkat keseriusan perhatian, mendengarkan,
melihat, mengerti, melamun, menerawang, bingung, marah, cinta, sayu, menggoda, sensual, menguasai, membiarkan, dan masa bodoh yang semuanya
harus ditafsir dalam konteks sosial budaya tertentu Liliweri, 2003:197.
• Isyarat tangan
Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Sebagian orang menggunakan tangan mereka dengan leluasa, sebagaian lagi moderat dan sebagian
lagi hemat. Untuk memperteguh pesan verbal mereka, orang-orang Prancis, Italia, Spanyol, Mexico dan Arab termasuk orang-orang yang sangat aktif menggunakan
tangan mereka, lebih aktif daripada orang Amerika atau orang Inggris, seakan- akan mereka tidak mau diam. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas
berlainan dari budaya ke budaya.
• Postur Tubuh
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik
dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan oleh William Sheldon misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan
tempramen. Sebagian anggapan mengenai bentuk tubuh dan karakter yang dihubungkannya mungkin sekadar stereotip.
II.3.3.2 Sentuhan Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika haptics. Sentuhan
seperti foto, adalah suatu perilaku nonverbal yang multimakna., dapat menggantikan seribu kata. Menurut Heslin Mulyana,2003:336, terdapat lima
kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut :
-
Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
- Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktek sosial yang berlaku, msialnya berjabat tangan.
- Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang
menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, msialnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah.
Universitas Sumatera Utara
- Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang meyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan lembut; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain; dua orang yang
“bermain kaki” di bawah meja; orang eskimo yang saling menggosokkan hidung.
- Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,
hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.
Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.
II.3.3.3 Parabahasa Parabahasa, atau vokalika vocalics, merujuk pada aspek-aspek suara
selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada tinggi atau rendah, intensitas volume suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus,
suara yang gemetar, suitan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan
pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan atau ketakutan.
Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang , bukan karena isi pembicaraannya, melainkan karena cara menyampaikannya yang lamban dn
monoton.
Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan atau
emosi. menurut formula mereka, parabahasa punya andil 38 dari keseluruhan impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55 dari keseluruhan
impak pesan, lebih dari 90 isi emosionalnya ditentukan secara nonverbal.
II.3.3.4 Penampilan Fisik Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik